Sore itu hujan deras. Jadi Sooyoung lebih memilih berdiam di rumah. Padahal harusnya gadis itu keluar untuk menemani Lucas mencari bahan pembelajaran untuk ujian masuk universitas. Lagipula, Lucas bilang dia mau tidur sore saja karena hujan.
Jadi Sooyoung bisa duduk santai menemani Ayahnya nge-teh sore hari di ruang keluarga. Ketiga kakaknya sedang sibuk dengan aktivitas masing-masing. Jaehyung sedang di studio-nya di samping kamar. Lelaki itu sepertinya sedang mengurus project terbarunya.
Kakak keduanya, Chanyeol baru saja keluar menemui client yang tertuduh sebagai pembunuh. Duh, hujan-hujan begini client kakaknya kok tidak pengertian banget ya?
Sementara Jinyoung sedang dalam perjalanan pulang. Lelaki itu habis ikut rapat BNN untuk mengatur strategi 'penggrebekan'.
Ya, Sooyoung adalah anak perempuan satu-satunya di keluarga ini. Tidak heran semuanya jadi serba over jika menyangkut kehidupan Sooyoung.
"Sooyoung nggak mau ah, Yah...."
Haejin, Ayah Sooyoung meletakan cangkir teh yang baru di seruputnya. Asap terlihat mengepul tipis dari isi cangkir tersebut.
"Harus mau, kan demi masa depan kamu juga." kata Haejin sambil menatap Sooyoung.
"Kenapa sih Ayah tuh suka banget maksain kehendak Ayah?! Ayah tuh nggak mikirin perasaan anak-anak Ayah banget deh!" protes Sooyoung keras.
Gadis itu mengerucutkan bibir dan duduk menjauh dari Ayah nya. Sementara Haejin terlihat santai-santai saja dan malah meraih kembali cangkir teh nya di atas meja.
"Kalo yang kamu maksud adalah maksain kehendak kakak-kakak kamu, mungkin iya. Tapi justru dari situlah Ayah tau gimana perasaan kakak-kakak kamu sekarang. Nyatanya, mereka bahagia dan bersyukur dengan apa yang mereka miliki sekarang. Abang mu yang bilang kemaren pas wawancara di televisi. Kamu juga nanti pasti bakal gitu, kalo sukses."
Pikiran Sooyoung di tarik ke kejadian kemarin malam. Saat kakak pertamanya seminggu lalu meraih penghargaan tertinggi sebagai komposer paling sukses di usianya yang terbilang muda. Jaehyung bilang semua berkat arahan dari sang Ayah, Haejin. Dan Jaehyung mengaku sangat bersyukur untuk itu.
"Kalo kamu mau Ayah nurutin kemauan Jaehyung. Bukan cuma Ayah, kamu juga pasti bakal malu. Kamu tau cita-cita Abang mu satu itu apa kan?" lanjut Haejin.
Sooyoung berusaha menahan tawa jika mengingat cita-cita konyol kakak pertamanya itu. "Superman...." jawab Sooyoung.
"Nah itu tau! Ayah bisa aja wujudin itu. Tapi Ayah nggak mau lah, orang superman kan goblok. Make sempak aja nggak bisa." kata Haejin sambil meniup teh yang masih di pegangnya.
Sooyoung nyaris menyemburkan tawa mendengarnya. Terkadang, Haejin memang suka tidak sadar diri. Dia ini orang terpandang di negeri ini. Salah satu pejabat negeri paling di segani. Tapi untuk urusan hujat menghujat, netizen yang maha benar saja bisa kalah dengan mulut pedas Haejin.
"Abang kamu mungkin goblok, tapi Ayah nggak mau dia semakin goblok kalo jadi superman. Iya kalo yang Jaehyung contoh sifat pahlawannya. Kalo enggak gimana? Mending dia kayak sekarang, jadi komposer sama youtuber. Duitnya banyak, jalan-jalan ke luar mulu. Sekalipun cuma ke Jonggol, seenggaknya dia keluar rumah kan?"
Sooyoung cuma diam merapatkan bibir mendengar ocehan panjang Ayahnya. Bukan apa-apa, Jaehyung barusan jalan ke dapur. Dan bisa di pastikan kalau lelaki kurus itu mendengar ucapan Ayahnya.
"Abang denger loh, kalo Ayah lagi gibahin Abang."
Tuh kan! Orangnya protes sambil menuangkan air putih di gelas kaca. Haejin menoleh, agak melotot melihat anak sulungnya ternyata ada di belakang mereka. Dapur dan ruang keluarga memang tidak ada pembatas khusus.
"Kan Abang emang goblok. Sekolah belum bel istirahat aja Abang pulang duluan. Mana nilai ujian telor bundar mulu lagi."
Haejin kembali berucap santai, sementara Jaehyung berdecak pelan dan mendekat duduk di antara Haejin dan Sooyoung yang berjauhan. Lelaki itu mulai memainkan ponselnya.
"Ya jangan goblok juga dong bahasa Ayah. Abang bukan goblok lagi, cuma kurang pinter aja dikit...."
Gantian Sooyoung yang berdecak, "sama aja kali." katanya. "Terus kak Chanyeol, mas Jinyoung? Mereka juga di suruh Ayah kan?" lanjut Sooyoung masih melancarkan protesnya.
"Kakakmu itu mintanya nge-DJ. Pergi malem pulang pagi, kerjaannya di club. Ajep-ajep. Lah, Ayah kerjanya di pemerintah. Bukan apa-apa, kita semua bakal kena nyinyiran netizen nantinya. Bukan cuma Ayah...."
Haejin menepuk pundak Jaehyung untuk tukar posisi, tapi Jaehyung tidak mau. Mereka ribut kecil. Sooyoung menghela nafas. Kalau di perhatikan. Haejin dan Jaehyung seperti kembar. Sifatnya tidak jauh berbeda.
"Kalau mas mu, dia yang minta sendiri jadi polisi. Ya Ayah bantu mengarahkan, sekaligus bersyukur punya anak yang pinter dan penurut kayak Jinyoung." lanjut Haejin setelah kalah rebutan dengan anaknya.
Kalimat pria paruh baya itu juga terkesan menyindir Jaehyung. Masih sakit hati sepertinya setelah kalah dari anak sulungnya. Apalagi melihat Jaehyung yang sekarang malah bersandar di pundak Sooyoung.
"Assalamu'alaikum...."
Suara berat yang berucap serempak dari depan pintu utama membuat ketiga orang di ruangan itu menoleh. Mendapati dua orang lelaki yang mulai mendekat.
"Wah, harmonis sekali keluargaku ini. Kakak ikutan dooongggg....."
Satu yang paling tinggi melompat ke arah Haejin, Jaehyung dan Sooyoung. Duduk mendesak sana-sini. Membuat sofa panjang itu jadi sempit. Sementara satu lagi sibuk melepas sepatu dengan mendudukan diri di sofa tunggal sebelahnya.
"Kak Chanyeol.... Sempit! Adek ke gencet ini... AAAK!" protes Sooyoung dan setelahnya menjerit karena terjepit tubuh besar Ayah dan Kakaknya.
Kalau tadi Haejin dan Jaehyung seperti kembar dua. Sekarang di tambah Chanyeol, mereka jadi kembar tiga. Mereka adalah para lelaki bersifat sama.
"Mas pergi jalan-jalan aja yuk! Di sini berisik."
Ajak Sooyoung mendekat ke arah Jinyoung. Sayangnya, Jinyoung menggeleng.
"Kamu mas temenin belajar aja biar nanti ujiannya lolos. Bisa masuk jurusan ilmu politik."
"Nah! Bagus tuh mas! Tadi adek bilangnya nggak mau kuliah masa. Mau cari botol bekas aja buat di kiloin..." sahut Haejin.
Ayah dari empat bersaudara itu sedang tepuk-tepuk tangan menyaksikan anak pertama dan kedua nya sedang adu jotos. Berebut sofa panjang yang nyatanya masih tersisa banyak ruang setelah Sooyoung pindah, merengek duduk di tangan sofa yanh Jinyoung duduki.
Jinyoung berdiri. Menarik tangan adiknya supaya mengikuti, "ayo belajar! Keburu malem, mas ngantuk."
Sooyoung berdecak. Kata siapa anak perempuan satu-satunya akan di limpahkan kasih sayang penuh dari sang Ayah. Mungkin di beberapa sisi, iya. Tapi kalau saat-saat begini, Sooyoung mau pilih jadi laki-laki saja. Biar bisa ikut tonjok-tonjokan sama Chanyeol dan Jaehyung yang teramat normal.
![](https://img.wattpad.com/cover/161124155-288-k386814.jpg)