Darling

829 141 5
                                    


Kang Daniel yang misterius, pendiam dan hanya dekat dengan beberapa orang saja membuat aku tertarik. Kami berhasil dekat, aku yang tepatnya mencoba melangkah ke arahnya.

Sebelum liburan panjang akhir semester tiba, banyak memori yang udah kami tuliskan dalam ingatan. Banyak tempat yang kami kunjungi berdua, banyak tawa yang kami bagi dan rasa yang kami salurkan.

Aku berhasil menempatkan diri di hati kamu, aku berhasil jadi orang yang special buat kamu.

Park Sooyoung adalah kekasih Kang Daniel, sejak saat itu.

Tapi kamu bohong, Daniel.

Setelah kamu ingkari, tanpa ada bahasa yang bisa aku mengerti.

Kamu aneh.

Ucapan terakhir kamu ke aku sebelum kita berpisah, sebelum kamu pergi.

"Kalo nanti setelah libur semester aku gak kembali ke kampus. Ikutin petunjuk dari aku ini ya," Daniel menghela napas, mengapa terasa berat untuk bilang?

"Nanti pasti kamu ngerti."

Apa yang aku mengerti? Aku bukan cenayang.

Aku terus bertahan di balik anehnya kamu.

Menjelaskan hatimu.

Kalo kamu bosen, bilang.

Jangan diam, Kang Daniel!

Bilang yang jujur, jangan melarikan diri.

Polaroid ini.. aku tau ini dimana!

Kamu ajak aku kesini, terowongan di sebuah taman bermain itu. Pertama kalinya aku berhasil dapetin hati kamu, kamu juga bales aku dengan terbuka.

Aku udah disini tapi kamu gak ada. Bohong! Kamu sembunyi lagi.

"Joy.." ada yang memanggil nama panggilan akrab aku. Ternyata dia, bukannya kamu.

Ong Seongwoo, sahabat kamu dateng ke aku buat kasih barang yang sejenis. Polaroid lagi, tapi kali ini beda.

"Daniel mana?" Ong diam terus pergi begitu saja.

Lalu keberadaan aku disini maksudnya apa? Ong suruh aku dateng kesini? Tempat di dalam polaroid ini?

Kamu puas, Daniel?

Aku dateng.. aku bener-bener dateng ke tempat dimana Ong kasih aku polaroid ini.

Kenapa harus lewat Ong? Apa susahnya dateng sendiri.

Aku sendiri lagi disini. Sendiri di pinggir danau tenang beratapkan awan mendung yang siap menumpahkan isinya ke aku.

Hujan.

Kamu tau kan aku benci hujan?

Cepat dateng walaupun aku gak kebasahan. Aku bawa payung, itu saran kamu.

Seseorang datang, bukan kamu. Dua orang gadis yang aku tau dia adalah titisanmu, sama seperti Ong.

"Joy.." panggilan itu seperti dejavu.

Jangan panggil aku jika kamu bukan Daniel!

"Sooyoung.."

"Mana Daniel?? MANA!! Kenapa dia gak dateng? Kenapa malah kalian yang dateng, hah?!"

Irene dan Seulgi diam.

Menyembunyikan sesuatu? Aku udah bisa tebak.

Bicara yang jujur, jangan kamu melarikan diri.

Entah dimana kamu, dimana hati kamu.

Daniel, jangan sembunyi.

Aku mohon, jangan biarin aku menerka tak tentu arah.

"Ayo ikut kita, Joy. Nanti lo juga tau." Rangkul Irene.

Aku tidak mau, aku menolak.

"Kenapa kalian gak ngasih polaroid sama kayak Ong? Ah.. Daniel minta gue putusin dia? Oke! Gue juga udah capek!"

Aku pergi, berlari dan melempar asal payung yang melindungi aku dari tetesan itu.

Mereka kejar aku, bahkan Seulgi peluk aku. "Please, lo ikut kita ya. Semua bakal jelas pada waktunya."

Irene dan Seulgi menangis sama kayak aku. Biarpun air hujan merabunkan penglihatan aku, menghapus jejak airmata yang tertoreh, aku amat peka.

Aku dan kamu sekarang sama-sama menangis.

Kami menangis dibawah hujan.

Karena kamu, Kang Daniel.

Irene dan Seulgi bawa aku ke tempat asing. Bukan, ini tidak ada di dalam polaroid. Daniel gak pernah bawa aku kesini. Buat apa?

Tiap langkah kaki yang aku tapaki terasa lemas, sampai di depan sebuah pintu. Mereka membukanya tanpa paham gimana hati aku sekarang.

Hancur.

Kang Daniel, tempat
persembunyian kamu udah terbongkar.

Kamu kalah.

Salah, aku yang kalah.

Aku berteriak kencang hingga mungkin orang yang mendengarnya ikut tuli.

Ong Seongwoo, bangsat kau! Masih bisa dia duduk disamping kamu tanpa airmata seperti itu?

Irene dan Seulgi, kalian jahat! Lebih baik biarin aku disana sampai demam daripada melemparkan aku pada kenyataan yang membawa aku padanya.

"Joy.. tenang, Daniel pasti bisa. Dia bukan cowok lemah."

Aku yang hancur melihatnya terbaring lemah dengan macam-macam alat medis seperti tanpa nyawa. Aku yang sekarat melihatnya koma, aku yang merasakan sakit ketika dia hanya bisa bernapas dengan bantuan alat.

Meraung dan menghampiri, aku udah tidak peduli wajahku yang acak-acakan.

"KANG DANIEL!! BANGUN.. BANGUN! KAMU BERCANDA YA? GAK LUCU!!"

Aku mengguncang tubuhnya penuh emosi. Maaf kalo kamu terganggu.

Jangan mati, Daniel!

Di balik tangan kanannya terselip sebuah buku. Buku dengan banyak tempelan stiker disana. Aku mengambilnya lalu mencoba tenang ketika membuka halaman pertama.

Polaroid-polaroid itu ada disini. Dengan tambahan curahan hati kamu, foto aku dan kamu.

Foto pertama kita di pesta ulang tahun aku yang ke 20.

Halaman selanjutnya, tangisanku semakin pecah. Kali ini aku berterimakasih pada kalian yang sudah menopangku.




Do you even realize how amazing you are to me?





Beserta fotoku yang paling cantik, kamu menuliskan itu.

Menangis. Menangis. Menangis.

Maaf aku udah kotorin buku pemberian kamu sama airmata aku. Ini terlalu indah, sekaligus menyakitkan.

Pemberian terakhir kamu.

Kamu sembunyi, sembunyiin penyakit kamu sampai mata indah kamu menutup sempurna.

Melihat aku untuk yang terakhir kalinya aja kamu enggan. Maafkan kedatangan aku yang terlambat.

Jangan sembunyi lagi, Daniel. Kamu udah gak bisa sembunyi. Sekalipun kau sembunyi, aku akan mencarimu.

Selamat tidur, Kang Daniel. Kanker itu udah gak bisa ganggu kamu lagi.

Cukup dia yang ganggu hubungan kita, memisahkan kita hingga berbeda dunia.

Di ulang tahun aku yang ke 21, kamu gak dateng. Aku maafin asal kamu bahagia, itu doa aku buat kamu di ulang tahun aku.

JOY! || JOY'S BIRTHDAY PROJECTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang