Ideal Type

1.5K 248 52
                                    

Joy yang sedang duduk manis di bangku sebuah kedai, termenung. Tangannya menopang dagu dengan siku yang menumpu pada meja yang di sediakan oleh kedai. Matanya menerawang jauh ke depan memikirkan jawaban dari pertanyaan lelaki di depannya.

Lelaki yang sedang nyengir bocah menghadap kearahnya. Posisinya meniru Joy, bertopang dagu dengan siku menempel meja. Di lihat dari jauh, mereka terlihat seperti bercermin.

"Tipe ideal ya?" gumam Joy pelan.

Lelaki di depannya mengangguk cepat, masih nyengir lebar di bumbui suara tawanya yang rendah khas lelaki. Ugh, mendengarnya saja membuat Joy meneguk ludah berkali-kali.

"Kalau Lucas, tipe idealnya kayak gimana?" tanya Joy balik.

Sebenarnya, Joy sedang mengalihkan pembicaraan bayi besar yang lebih muda darinya ini. Pertanyaan itu terlalu sulit baginya. Mengingat wanita itu bahkan tidak pernah berpikiran untuk menjalin hubungan serius dengan lelaki manapun sih.

"Kalau aku, hm..... Gimana ya?"

Lucas kembali ikut ber-ekspresi seperti Joy. Matanya menerawang jauh, dengan tangan bertopang berubah menjadi telunjuk panjangnya yang menempel di dagu. Lelaki tinggi itu kembali tersenyum lebar sambil menatap Joy dengan konyol.

"Kayak kamu aja gimana? Kak Joy-ku...." katanya lalu terbahak keras.

Lelaki itu bahkan tidak peduli keadaan sekitar. Cuek sekali karena memang tidak akan ada yang terganggu tawa kerasnya, dalam keadaan ramai sekalipun. "Eh nggak deng, kamu terlalu imut buat aku panggil 'kak'." lanjutnya masih dengan nyengir lebar.

Joy berdecak. Gadis berambut sebahu dengan poni tipis itu melengos, tidak ingin melihat wajah rupawan dengan tawa yang membuat hatinya bergetar itu. "Tuh kan! Kamu tuh nggak pernah serius. Jadi nggak perlu lah, nanya-nanya hal serius kayak gini."

"Loh Joy, aku cowok paling serius di dunia ini. Kamu nggak tahu?!" protesnya sambil melotot lebar.

Joy tertawa sumbang. Tawa yang jelas di buat-buat untuk meledek. Tidak ada dalam sejarah hidupnya kalau lelaki bernama Lucas adalah lelaki yang bisa serius. Dia tertawa untuk hidup. Dan hidup untuk tertawa. Begitu sih motto hidupnya semasa dia hidup.

Nyatanya, sekarang rasa-rasanya tidak ada yang berubah.

Lucas tetap lah Lucas. Lelaki yang mengabdikan dirinya pada tertawa. Seolah tawa adalah obat untuk segala masalahnya yang kian lama kian bertumpuk. Bahkan saat nafasnya tersisa setengah pun dia sepertinya tetap tertawa.

"Iyalah, terserah kamu aja."

Bertepatan dengan Joy yang berkata datar, pelayan datang mengantar secangkir kopi pesanan Joy. Membuat keduanya mendongak disertai Lucas yang kembali tersenyum lebar.

"Makasih....."

Si pelayan tidak menggubris Lucas sama sekali dan malah pergi tanpa menoleh pada Lucas sedikit pun. Membuat lelaki itu merengut. Padahal dia tahu dengan pasti, bahwa tidak akan pernah ada yang membalas ucapannya selain Joy.

"Dih sombong!"

Joy cuma menggelengkan kepala melihatnya. Lucas benar-benar bayi besar. Perubahan moodnya drastis. Terkadang dia bahkan bisa menangis sambil tertawa. Joy pernah memergokinya saat itu. Lelaki itu masih menangis tersedu saat menonton drama dengan sad ending, membuat Joy harus mengganti salurannya menjadi acara komedi. Dan belum ada satu menit, lelaki itu langsung terbahak bahkan saat air matanya masih mengalir.

"Eh back to topic dong, tipe ideal kamu tuh kayak gimana? Aku serius nih!"

Joy menatapnya, meletakkan cangkirnya pelan-pelan sembari berpikir. Matanya yang menatap Lucas menerawang jauh, menelaah manik pekat lelaki itu.

"Punya senyum manis." kata Joy pelan.

Seketika Lucas tersenyum lebar dan Joy kembali berdecih. "Dewasa, mapan, dan serius." lanjut Joy masih dengan menatap Lucas.

Dan Lucas lagi-lagi bertingkah. Lelaki itu merapihkan jas-nya dan memasang wajah seserius mungkin. "Itu aku banget sih, ngomong-ngomong."

Pandangan Joy berubah sendu, jujur saja hatinya sakit karena nyatanya Joy mengamini ucapan Lucas. Dan Lucas pula yang menjadi alasannya untuk tetap sendiri di sisa hidupnya.

"Ya Lucas, kamu benar." lirih Joy.

Tatapan sendunya, diam-diam membuat Lucas jadi menyalahkan takdir. Takdir yang benar-benar hanya membuatnya selalu tersenyum lebar dan tertawa terbahak-bahak tanpa ada kebahagiaan di dalamnya.

"Tapi tipe ideal yang paling utama untukku adalah...."

Ucapan Joy menggantung. Lucas berdetak, meskipun dia tidak tahu bagaimana rasa itu sekarang. Tapi yang jelas, Lucas sudah siap dengan takdir yang lagi-lagi mungkin akan menamparnya dari mimpi tak berujung. Lelaki itu melebarkan senyumnya sekalipun tahu apa yang akan Joy katakan.

Sementara Joy menunduk, air matanya perlahan turun setetes. Dia sendiri tidak menyangka kalau cinta pertama yang dia rasakan akan sesakit ini.

"Manusia." lanjut Joy lirih.

Lucas makin melebarkan senyum, perlahan tawa sumbangnya yang bergetar masuk ke dalam indera pendengaran Joy.

Ya, Lucas sudah lebih dari tahu. Kalau dia tidak akan masuk menjadi tipe ideal wanita pujaan hatinya.



Halo semuanyaaa ketemu lagi sama aku nghehe

Maaf ya kalo aku maruk, soalnya aku neomu exited sama project ini....

Dan berhubung ucapan buat mbak joyi-nya udah aku borong di kiriman fanfic pertama, jadi di beberapa ff nggak ada cuap-cuap cerewet dari author abal-abal ini

Mungkin kalian bakal bosen karena lagi-lagi ketemu sama vel

Mohon dukungannya ya semua babibubabay~

JOY! || JOY'S BIRTHDAY PROJECTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang