Mereka pernah bilang, "Salah satu cara membuatmu jatuh cinta adalah aku harus bisa membuatmu tertawa" tapi setiap kali kau tertawa aku yang dibuatmu jatuh cinta. –Kim Taehyung
ㅡ
Warning: Minim Dialog
ㅡ
Semuanya berawal ketika dipertengahan semester ditahun pertama aku menginjakan kakiku disekolah menengah atas. Saat itu keadaan masih sama seperti sedia kala, mereka menatapku seolah akan menarikku kedalam pelukan mereka, intinya merekaㅡpara gadis-gadisㅡmengagumi sosokku.
Aku yang memang sejak awal haus akan kepopuleran mulai memanfaatkan segala yang ada, mereka berkata bahwa aku tampan dengan segala pesona yang ada, cerdas meskipun hanya menempati peringkat kedua, dan juga kayaㅡtype lelaki yang banyak digemari para kaum hawa.
Tepat ketika itu, aku menyadari bahwa menjadi si nomor dua setelah sigadis galak yang setiap harinya sangat hobi menyumpahi Jeon Jungkook yang menurut desas-desus merupakan sepupunya, membuatku merasa bahwa aku hanyalah lelaki yang payah. Dia hanya hobi mencari masalah namun nilainya tetap diatas rata-rata.
Dan itu sungguh membingungkan dimataku.
Saat itulah si Park Jimin yang tak kalah gila dari pasien dirumah sakit jiwa menantangku untuk mampu melampaui gadis galak itu dengan imbalan jika aku mampu menempati posisi pertama pada semester ini, ia akan meyerahkan mobil keluaran terbaru yang ia miliki, namun jika aku kalah aku harus menuruti semua perintahnya.
Dengan hati yang besar dan juga kepala yang tegak lurus, aku mengangguk dengan antusias seraya menyeringai sinis. Aku yakin aku bisa mengalahi si gadis galak bernama Park Joy itu. Selama ini aku hanya bermain-main, namun kali ini aku akan serius dan akan aku pastikan Joy hanya akan menjadi ekorku kelak.
Hampir tiga bulan aku mengabaikan setiap ajakan kencan sehari para gadis populer disekolah demi belajar juga mengejar apa yang menjadi tujuanku saat ini. Semuanya sudahku lakukan, mengerahkan seluruh tenaga yang kumiliki, mengeluarkan segala macam yang mesti aku keluarkan demi taruhan ini. Namun ketika hasil ujian kenaikan kelas, bagai awan hitam yang menutup terangnya langit biru, sebuah petir seakan menyambar kepalaku, membuatnya seakan hangus tak tersisa.
Aku lagi-lagi kalah dengan selisih nilai 0,5 dan kembali menjadi si nomor dua.
Dan entah mengapa obsesiku untuk menjadi populer saat itu mulai luntur secara perlahan.
Aku mengabaikan janjiku pada Park Jimin dan membuat perjanjian baru bahwa setelah obsesiku tercapaikan, aku akan menepati segala keinginannya meskipun dia akan memintaku membuatkannya sebuah istana.
Ketika itu Jimin berkata "Aku tak mengerti apa yang ada dikepala jeniusmu, namun setauku untuk membuat seorang gadis jatuh cinta adalah dengan membuatnya tertawa"
Aku mengeryit dengan jawaban seorang Park Jimin. Mungkin bertanya pada orang gila seperti dirinya sama saja membuatku menjadi gila pula. Namun hanya dia satu-satunya harapanku.
Selama hidupku, aku meyakini bahwa setiap gadis akan langsung jatuh terduduk didepanku hanya dengan satu senyuman, dan yang jelas akan melakukan apapun demi bisa dekat denganku, namun dalam kasus seorang Park Joy yang sekiranya lebih aneh dari Park Jimin ㅡingat dia tidak seperti kebanyakan gadis yang akan berdandan juga bersikap lemah lembut dan itu aneh menurutkuㅡakan sangat sulit jika hanya diberi sebuah senyuman atau digenggam tangannya, bisa-bisa aku akan dibunuhnya jika melakukan hal itu.
Yah, membuat seorang Park Joy jatuh cinta dan hanya memikirkan diriku merupakan obsesiku kali ini, aku sangat yakin nilainya akan menurun ketika dilanda virus merah jambu.