Memories

1.6K 185 41
                                    

---

Saat manusia berada pada fase hidup terbaiknya, mereka tidak akan memikirkan kemungkinan terburuk yang dapat terjadi pada mereka kapanpun dan dimanapun. Saat manusia menikmati setiap detik hidupnya pada zona ternyaman, mereka tidak akan ingat jika perubahan dapat terjadi secara tiba-tiba. Dan ketika manusia sedang asyik membuat memori menyenangkan dengan orang yang dicintainya, tidak akan pernah terpikir jika suatu saat mereka akan terlupakan.

---

"Sooyoung!" seru Sehun sambil menerobos pintu ruang belajar Sooyoung yang tidak terkunci. Walaupun sang pemilik ruangan ada di sana, Sehun tidak mendapatkan sedikitpun respon atas sapaannya tadi. Sehun mendengus sebal, paham sekali jika lagi-lagi ia harus membagi perhatian pacarnya dengan sebuah novel fiksi.

"Sooyoung. Sooyoung. Sooyoung. Sooyouuung—,"

"Ya ampun, Kak. Aku denger kaliii," sahut Sooyoung yang mulai merasa terganggu dengan kebisingan yang ditimbulkan oleh pacarnya yang super kekanakan.

"Harus dipanggil berapa kali dulu baru denger? Novelnya lebih seru dari aku, ya?" tanya Sehun dengan ketus sambil menjatuhkan tubuhnya di sofa. Akhir-akhir ini, Sooyoung merasa pacarnya yang dua tahun lebih tua darinya itu sedikit meminta perhatian lebih padanya, and she finds it cute. Karena biasanya Sehun yang harus dibuat repot karena Sooyoung yang super manja di saat-saat tertentu.

Sooyoung tertawa menanggapi pertanyaan Sehun kemudian menutup novelnya dan menghampiri Sehun, "Iyalah, seruan novelnya! Kalau kamu kan udah ketemu setiap hari. Bosen." Sooyoung sengaja menanggapi Sehun dengan candaan. Ia senang melihat ekspresi kesal Sehun.

"Kamu aja seminggu nggak ketemu aku langsung minta disamperin ke rumah, aku nggak boleh pulang. Yakin bosen, hm?" jawab Sehun sambil mencubit hidung mungil Sooyoung.

"Bosen. Tapi kan aku kangen, Sayangku." ujar Sooyoung kemudian tersenyum manis, membuat Sehun turut tersenyum melihatnya. Sehun tidak pernah bosan dengan senyum itu sejak pertemuan pertamanya dengan Sooyoung tiga tahun lalu. Senyum yang mematahkan teori yang dipercayai Sehun jika cinta pada pandangan pertama adalah bullshit. Senyum yang sampai sekarang selalu berhasil mengenyahkan penatnya setelah seminggu penuh bekerja.

"Badan kamu anget, lho, Kak." kata Sooyoung mengalihkan topik pembicaraan saat lengannya bersentuhan dengan lengan Sehun yang suhunya berbeda dengan suhu dirinya yang ia yakini masih normal.

"Kemarin dua malem begadang. Temen satu redaksiku lagi ada yang keluar kota, jadi aku ngerjain bahannya dia juga." jelas Sehun sambil mengusap wajah lelahnya. Bekerja sebagai editor salah satu majalah ternama memang bukan hal mudah, walaupun itu adalah pekerjaan yang sangat menyenangkan bagi Sehun.

"Harus banget begadang? Orang tuh perlu tidur, tau nggak? Emang nggak sempet tidur dua atau tiga jam? Terus kalau ngga tidur, nggak makan juga? Pantesan—," kalimat Sooyoung terhenti saat ia mendapati Sehun malah tertawa karena ocehannya.

"Kok ketawa? Aku kan marah bukan ngelucu!" protes Sooyoung sambil menyedekapkan tangannya. Sementara Sehun masih terkekeh sambil mengusap kepala Sooyoung dengan sayang.

"Mukamu tuh lucu. Mau lagi marah atau lagi senyum, mukamu tetep lucu."

Tidak mendapat tanggapan dari Sooyoung, Sehun segera memosisikan kepalanya di pangkuan Sooyoung, kembali ke tujuan awalnya ia datang menemui Sooyoung hari ini. Untuk mengisi ulang tenaganya dan membalas dendam pada jam tidurnya yang pas-pasan.

"Maaf ya, Sayang. Pacarmu ini emang susah dibilangin, bandel. Makanya aku masih butuh kamu." ujar Sehun sambil menatap lurus ke wqajah Sooyoung yang tengah menunduk menatapnya. Sooyoung menghela napasnya, menatap wajah Sehun yang sedikit pucat dan kurus.

JOY! || JOY'S BIRTHDAY PROJECTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang