"Gue nggak bakal kemana-mana."
- Sagara----
"Gara!!!"
"Gantengnya astaga!"
"Styles banget gewla."
"Ambilin gelas, gue kayak mau meleleh."
"Hai, Gara."
Segala macam jeritan histeris, baik dari sisi kanan maupun kiri, memenuhi koridor kelas XI saat seorang siswa teridaman berjalan dengan kalemnya melewati mereka semua. Tak hanya para kaum hawa, cowok-cowok disana juga tak bisa memalingkan wajah dari dia.
Para cowok itu menangkap dan mempelajari baik-baik apa yang para wanita suka dari dia. Selain super tampan, dia juga keren, bahkan wajah datarnya saja bisa melelehkan siapa saja yang melihatnya.
Beberapa lelaki ada yang mengikuti bagaimana style andalan dia. Tapi bukannya ikutan jadi primadona, hasilnya malah mereka terlihat aneh.
Dia, lelaki yang memiliki nama lengkap Alvah Sagara Genatha. Panggilah Gara. Si anak tampan yang suka cari gara-gara, asyik kalo sedang dalam mood baik, super egois, galak, suka ngamuk, masa bodo, dan gak banyak omong jika sedang malas.
Hampir seantero SMA Skyline mendambakan dirinya. Bahkan bukan hanya dalam ruang lingkup Skyline, dijagad luar juga Gara memiliki banyak fans.
Pagi ini, Gara sedang dalam situasi super malas. Jadi ia tak menghiraukan jeritan-jeritan itu. Tak menyahut, tersenyum, ataupun melirik. Tidak seperti biasanya.
"Bro!" Ditengah-tengah perjalanan Gara menuju kelas, seorang lelaki berambut hitam legam dengan nametag yang tercetak Mr. Defarga menyapa.
Gara tak meladeni sapaan Farga. Boro-boro menyahut, ia bahkan masih tak berpindah pandangan.
"Bete, ya, Men," celetuk Farga seakan sudah hapal sifat Gara. "Ngantin, yuk?"
Gara masih tak memberi respon.
"Yaelah, berasa ngomong sama kaca." Farga mengoceh lagi. "Mukanya mirip, tapi nggak jawab."
Melihat Gara yang masih alot diajak bicara, Farga kembali bercuap. "Ga, itu cewek gak mau pada lo samber gitu? Lumayan, kan, buat pelampiasan."
Kemudian Farga menatap kosong dihadapannya, "gue bingung deh. Lo laris banget, tapi gue kok sepi. Padahal kita dari pabrik yang sama, kan? Muka kita juga mirip, beda dikit-dikit doang. Aneh gue sama mata cewek-cewek sekolah ini."
Kali ini Gara memberi respon. Ia menampol kepala Farga walau pandangannya masih tak berubah.
Bukannya marah, Farga malah bersyukur telah ditampol oleh Gara. "Lo nampol gue aja gue seneng banget, Ga. Suwer. Apalagi kalo lo senyum sama ngakuin gue saudara kembar lo. Aduh, tiap ujian lo gue bagi jawaban dah."
Jika tidak dalam keadaan malas, mungkin Gara akan menyahut 'masih searching juga, songong amet lo!' .
"Woi, Men!" Sebelum masuk kedalam kelas, dua orang lelaki menghampiri Gara dan Farga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garahana
Teen Fiction"Apa? Ngomong yang jelas! Perlu diajarin kayak anak TK?!" "Gue suka lo!" g α r α h α n α Abban ⓒ 2018