"Kita pacaran, abis itu putus, terus saling ngejauh kayak orang asing. Itu mau lo?!"
- Sagara----
Dikesunyian malam ini, Hana tengah memeluk bantal guling, sambil memandang langit-langit dengan pikirannya yang terbang melayang-layang. Memabayangkan kejadian sore tadi, membuat Hana berguling-guling gelisah sendiri.
Mengapa setiap dirinya menatap mata Gara, ia tidak bisa mengendalikan diri. Tubuhnya seakan tak singkron dengan otaknya yang mengatakan untuk melepas pandangan.
Mata Gara memang sangat menghipnotis. Apa jangan-jangan Gara itu penjahat yang suka menghipnotis seperti di tv?!!
"Iih, ngaco!" Refleks Hana menampar pipinya sendiri ketika pikirannya mulai ngawur.
"Sayang," tiba-tiba, suara maminya terdengar, sambil mengetok-ngetok pintu.
"Ini Mami, kan?" Teriak Hana. Ia hanya takut itu hanya halusinasi. Kan tadi Hana lagi ngelamun.
"Iya dong. Mami boleh masuk?"
"Iya, Mi, masuk aja." Jawab Hana. "Hana mager kesitu, hehe," sambungnya.
Perlahan pintu terbuka, menampilkan Ilda yang memakai daster ala emak-emak, tapi tetap cantik walau tidak dengan jas kedokteran.
"Lagi ngapain?" Tanya Ilda sembari mendekati Hana yang mulai berpindah posisi, dari terbaring menjadi duduk.
Hana mundur untuk bersandar dikepala ranjang, sambil tetap memeluk guling. "Nggak ngapa-ngapain, Mi."
"Hana belom ngantuk?"
"Belom."
Ilda menempatkan diri disisi ranjang, dan duduk menghadap Hana. "Oh iya, disekolah temen-temen Hana ada yang nakal?"
Hana mengangguk samar, "banyak sih Mi. Tapi nggak ganggu Hana kok, apalagi ada Sigit."
Ilda tersenyum. "Gimana hubungan Hana sama Sigit?"
"Gimana apanya, Mi?" Hana bingung.
"Ya... Hana rasainnya gimana gitu ke Sigit? Sigit kan anaknya baik, perhatian sama Hana, ngelindungin Hana."
"Em..." Hana berfikir sejenak. Matanya memandang langit-langit, seolah diatas sana ada jawaban. "Hana tuh suka kalo deket sama Sigit, Mi. Hana juga sayang banget sama Sigit." Ia beralih menatap Ilda lagi. "Tapi yang Hana nggak suka, Sigit tuh sering minta maaf padahal dia nggak salah. Kan kata Mami kalo nggak salah jangan minta maaf."
Ilda terkekeh kecil. Putrinya ini memang meresapi baik-baik apa yang ia ajarkan. Berdasarkan jawaban Hana barusan, Ilda merasa sudah cukup informasi yang dibutuhkan.
"Mami juga suka Sigit."
"Iiih, kita sama." Hana terkikik.
Ilda hanya menggeleng-geleng. "Bunda juga suka kalo lagi sama Hana. Hana sering-sering main ke Bunda, ya, jengukin dia." Ujarnya.
Hana mengangguk.
"Besok Mami mau ketemu Bunda kebetulan, dia pengen Hana ikut juga. Hana bisa?"
Berpikir sejenak lagi, sepertinya Hana tidak bisa. Ia kan besok mau ke rumah Gara.
"Yah, nggak bisa, Mi."
"Kenapa?"
"Hana kan mau latian."
"Yaudah kalo nggak bisa," Ilda tersenyum. Ia memang bukan tipikal ibu-ibu yang memaksa. "Besok jam sembilanan Mami perginya."
"Pulangnya sore?"
![](https://img.wattpad.com/cover/156873254-288-k600672.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Garahana
Teen Fiction"Apa? Ngomong yang jelas! Perlu diajarin kayak anak TK?!" "Gue suka lo!" g α r α h α n α Abban ⓒ 2018