"Yang gue nggak suka lo nyebut nama Arka, bajingan sialan itu. Kurang-kurangin mikirin dia."
- Sagara****
"Hana boleh temenin Gara, Mi?"
Ilda mengangguk, sambil memberikan segelas susu hangat pada Hana. "Suruh Gara minum ini, ya."
"Oke!" Sahut Hana, lalu segera beranjak menuju kamar tamu, tempat dimana Gara berada saat ini. Namun belum sampai sana, langkahnya terhenti begitu ponsel disaku celana pendeknya berdering.
Kening Hana berkerut mendapati nomor asing meneleponnya. Apakah ini Arka? Sebab lelaki itu masih sering menghubungi Hana lewat chat, telepon, bahkan berani menjumpai secara terang-terangan.
Tak mau berprasangka buruk dulu, Hana menarik tombol hijau, lalu menempelkan ponsel dilayar.
"Na, Hana!"
Itu suara Farga.
"Farga?" Hana tentu kaget. "Kok tau nomer gue?"
"Nyolong dari hape Gara, hehe."
"Oh. Ada apa emangnya?"
"Gara kabur, Han!"
"Gue barusan dari rumah sakit, Gara nggak ada dan gak ada yang tau kapan tuh anak pergi."
"Dia pake jaket ato penutup semacemnya paling, jadi nggak ada yang ngeh. Lo jangan panik, ya. Gue kabarin lo biar lo tau, dan kalo punya info tentang dimana Gara bisa langsung infoin ke gue. Gue udah telepon semua bocahnya Gara buat ikut nyari."
"Terus ini gue tolong banget, lo jangan kasih tau tante Gilen, ya. Gue takutnya Mama Bos syok."
Hana menghela nafas.
"Lo bisa gue andelin kan?"
"Han?"
"Lo nggak pingsan kan?"
"Aduh gue yang tanggung jawab nih kalo lo kena serangan jantung mendadak."
"Naaaa, Hanaaaa."
"Gue takut nih."
"Iya, gue disini, Farga," sahut Hana. "Jantung gue masih sehat kok. Lagian lo ngomong terus, yaudah gue nyimak deh."
"Panik coy, hehe. Btw ini lo kayak nggak kaget sih? Nyantai amet daritadi. Apa cuma perasaan gue doang?"
"Emang enggak kaget. Gara kan nggak kabur, dia dirumah gue. Nanti gue anter balik sama pak supir. Tenang aja, oke?"
"A—"
Farga speechless seketika.
"Farga?"
"Kok diem?" Sekarang Hana yang jadi khawatir Farga akan pingsan.
"Udah, ya, gue tutup. Dadah."
—◆◆—
Pintu itu dibuka, Hana jadi bisa melihat Gara dengan mata terpejam sedang bersandar di kepala ranjang. Lelaki itu langsung tersadar begitu menyadari ada seseorang yang menghampirinya.
Gara memberi senyuman tipis pada Hana.
Sedangkan Hana malah jadi gugup.
"Nih," begitu sampai, Hana langsung menyodorkan segelas susu hangat buatan Ilda. "Diminum, Mami yang nyuruh."
Tanpa kata, Gara mengambil segelas susu itu, lalu lekas meminumnya sampai tandas. Ia mengembalikan gelas yang kosong pada Hana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garahana
Teen Fiction"Apa? Ngomong yang jelas! Perlu diajarin kayak anak TK?!" "Gue suka lo!" g α r α h α n α Abban ⓒ 2018