"Jangan manja. Makan yang banyak. Gue nggak suka lo sakit."
- Sagara-----
"Hana!"
"A—Arka?"
Lelaki dengan fashion serba hitam itu berjalan menghampiri Hana. "Hai, long time no see, right?"
"Em.. Iya." Hana kaku.
"Lo kok disini? Ngapain? Kenapa sendirian?" Tanya Arka, kepo.
"Sama Gara, dia didalem. Gue cuma mau jalan-jalan aja." Balas Hana.
"Nggak suka futsal, ya?" Arka menerka. "Biasanya cewek gitu deh, cepet capek nontonin cowoknya main bola."
Hana tersenyum kecil. Hana tidak bosan menonton Gara, hanya saja ia tak suka dengan orang-orang tukang nyinyir tadi.
"Ada cafe es krim deket sini. Kesana yuk?" Ajak Arka.
Dan tak ada kata 'tidak' untuk es krim bagi seorang Hana. Jadi, Hana menjawab, "Ayo kesana!" Ia sangat antusias.
Mereka berjalan beriringan menuju kedai es krim, bahkan bergandengan tangan ketika menyebrangi jalan. "Biar nyebrangnya nggak kepisah," kata Arka ketika menggandeng tangan Hana.
"Gue denger lo jadian sama Gara?" Celetuk Arka.
"Iya." Hana hanya menjawab singkat.
"Awal ngeliat kalian berdua, gue kira kalian pacaran, ternyata cuma salah paham. Eh taunya sekarang jadi pacaran beneran."
Hana hanya tersenyum tipis.
"Nyesel gue nyangka kalian pacaran, kesannya jadi kayak doa yang sekarang kekabul," oceh Arka lagi.
"Kok nyesel?" Hana mengernyitkan kening. Memangnya apa yang merugikan Arka ketika Hana dan Gara berpacaran?
Arka terdiam, lalu menggeleng. "Enggak. Lupain aja."
Tibalah mereka di kedai, Arka membukakan pintu untuk Hana, lalu segera masuk dan memesan. Mereka mengambil tempat disamping jendela yang menyuguhkan jalanan ramai Bekasi.
Hana menyandarkan dagu pada telapak tangan yang bertumpu di meja, sambil memandangi jalanan.
Kejadian beberapa waktu itu, ketika terkuak Arka yang sebenarnya, membuat Hana bersikap canggung seperti saat ini.
Hana tidak ingin mengenal Arka lagi, tapi untuk sekarang sepertinya ia harus berterima kasih karena dipertemukan dengan lelaki itu. Jika tidak, Hana akan kebingungan mau ngapain.
"Hana."
"Hm?" Hana melengos dari jalanan dan menatap Arka.
Arka terdiam beberapa detik, masih mengumpulkan keberanian untuk menanyakan sesuatu yang ada di benaknya. "Gara udah sembuh total?"
Pertanyaan Arka yang tiba-tiba membuat Hana mengernyit bingung. Kenapa Arka peduli itu? Apakah Arka dan Gara sudah berbaikan? Atau Arka hanya merasa bersalah?
"Kok mau tau?" Ceplos Hana.
"Emang gak boleh?"
"Tumben aja. Lo kan benci sama Gara." Hana mengatakan apapun yang terlintas di otaknya.
Arka terkekeh kecil, "Jadi dia gimana? Belom mati, kan?"
"Ish, jahat. Udah sembuh." Sahut Hana.
Selanjutnya mereka sama-sama diam.
Jujur saja, jauh didalam lubuk hatinya, Arka ingin berdamai lagi dengan Gara, seperti ketika mereka SMP dulu. Namun untuk itu, harus ada yang mau memulai, dan Arka terlalu gengsi untuk melakukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garahana
Teenfikce"Apa? Ngomong yang jelas! Perlu diajarin kayak anak TK?!" "Gue suka lo!" g α r α h α n α Abban ⓒ 2018