"Jangan becandain hal sepele."
- Keavan----
Pagi-pagi buta di Sabtu ini, Sigitto sudah datang kerumah Hana saja. Lelaki itu memaksa Hana bangun, lalu mengajak untuk berolah-raga bersama mengitari kompleks sampai berhenti ditaman Calluela.
Mereka beristirahat sejanak, duduk disebuah bangku putih, sambil menikmati sejuknya udara pagi.
Tentu tidak hanya sekedar duduk, disana Hana menceritakan kronologis bagaimana dirinya bisa berurusan dengan Gara.
Dari mulai Hana yang bertemu Gara ditaman, bagaimana ia mengenal Veara, siapa itu Veara, sampai kesepakatan antar Hana dan Gara. Semuanya gadis itu ceritakan agar Sigitto tak salah faham.
Selesai bercerita, Sigitto belum merespon apapun. Ia terdiam, mencerna baik-baik penjelasan Hana, meneliti apakah benar Gara hanya membuat kesepakatan atau bermaksud lain. Ya seperti... menjebak dan masih ingin membully Hana? Bukannya Sigitto su'udzon, tapi siapa yang tau jika memang iya?
Hanya berjaga saja.
"Maaf, ya, kemaren ninggalin lo diparkiran." Kata Hana, membuyarkan lamunan Sigitto. "Jangan marah, ya, Sigit."
Sigitto menatap Hana lekat. Ia lalu tersenyum dan mengacak pelan puncak kepala Hana. "Itu mah nggak masalah. Gue kemaren takut lo di apa-apain sama Gara."
"Enggak, kok."
"Oh iya, kemaren pulang sama siapa?" Kemarin Sigitto sudah memberi pesan pada Hana, jika ingin pulang, hubungi dirinya. Eh malah nggak telepon-telepon sampai Sigitto ketiduran.
"Sama Gara." Jawab Hana agak pelan, hampir seperti berbisik, tapi masih bisa Sigitto dengar.
Sigitto hanya mengangguk angguk. Ia menyandarkan punggung ke kepala bangku, dan tangannya bertumpu disana juga. Jadi jika dilihat dari depan, Sigitto seperi memeluk Hana dari samping.
"Hari ini mau latian lagi?"
"He'em," Hana mengangguk. "Kan prakteknya buat dua minggu lagi. Mana belajar gitar tuh suuuuusah banget. Makanya harus rajin sama bener-bener belajar!"
Sigitto terkekeh kecil. "Jam berapa kesananya? Gue anterin?"
"Jam sebelas, kalo nggak salah." Hana tak begitu ingat. Semalem Gara mengirimi pesan, memberi alamat rumahnya, meminta Hana untuk datang hari ini. Tapi entah itu jam berapa, sekarang pun Hana tak membawa ponsel.
Pokonya deket-deket jam sebelas, lupa Hana. "Nggak usah deh, gue bareng Mami aja," ujarnya.
Sedikit informasi, memang dihari Sabtu Ilda masih bekerja dirumah sakit. Ia mengambil 7 jam kerja dalam sehari, jadi 6 hari kerja dalam satu minggu. Jika mengambil 5 hari kerja dalam satu minggu, maka hampir 9 jam kerja per-harinya.
Jadwal berangkat Ilda dihari Jum'at dan Sabtu adalah pukul 11:00 sampai 18:00, lalu dihari lainnya 9:30 sampai 16:30 . Makanya Hana mengatakan akan berangkat bersama Ilda saja. Kan sekalian.
"Oh, ok," sahut Sigitto. Lalu melirik arloji di pergelangan tangannya. "Setengah delapan, mau pulang sekarang?"
Hana berfikir sejenak, ia pun mengangguk.
-◆◆-
"The door open."
Suara itu otomatis berbunyi, ketika pintu bercat hijau yang menjadi markas rahasia Gara dkk terbuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garahana
Teen Fiction"Apa? Ngomong yang jelas! Perlu diajarin kayak anak TK?!" "Gue suka lo!" g α r α h α n α Abban ⓒ 2018