21▶ momen di penghujung hari

1.5K 94 11
                                    

"Makasih, ya, udah ajak gue liat senja. Dari dulu gue seneng banget liat matahari terbenam dan terbit. Apalagi ini, ditemenin lo."
- Grahana

----

"Mau ini?"

Sekotak susu strawberry menggantikan tatapan kosong Gara. Ia mendongak, menatap orang yang memberinya minuman terfavorit itu.

Ternyata Hana, kirain Olin.

Gara langsung mengambil susu dan meminumnya, tanpa berterima kasih atau sekadar memberi senyuman. Tapi itu tak masalah untuk Hana. Hana pun beranjak untuk duduk disebelah Gara, sambil menyedot susu kotak miliknya.

"Gara udah baikan?" Tanya Hana setelah beberapa lama terdiam.

Gara tak merespon.

"Lo masih marah, ya, sama gue?"

Mata Gara refleks menatap gadis Hana. Ia bingung, tapi wajahnya tak mengespresikan itu. Datar.

Mengapa Gara harus marah sama Hana? Marah masalah apa memangnya? Seharusnya malah Gara yang menanyakan hal itu. Kemarin ia malah melampiaskan amarahnya pada gadis itu.

"Marah apa?" Gara mengeluarkan suara.

"Karena kemarin gue ganggu lo. Gue minta maaf, ya." Ujar Hana menyesal.

Gara tersenyum kecil. Dasar gadis ini, polos sekali. "Gue juga minta maaf."

Kening Hana mengukir banyak kerutan. "Maaf... buat apa?"

"Maaf kemaren gue bilang lo orang asing." Ucap Gara benar-benar tanpa berdebat dengan gengsinya dulu. Natural dari hati.

"Kok minta maaf, emang gue bukan orang asing?" Tanya Hana dengan wajah polosnya.

Eh, bentar.

Bukannya itu hanya ada dalam hati Gara? Apakah ia tadi mengucapkan kalimat itu? Bagaimana bisa ia tidak sadar? Atau, Hana bisa mendengar suara hati orang?!

"Emang gue ngomong apa tadi?"

"Maaf kemarin gue bilang lo orang asing." Tutur Hana. "Lo bilang gitu tadi."

"Oh... maksud gue..." Gara memegang tengkuknya, lalu mengalihkan pandangan. Ia jadi kebingungan. Kenapa dirinya bisa keceplosan coba. "Lupain, anggep gue nggak pernah ngomong gitu."

Gara salting.

Lantas Hana tertawa, Gara aneh sekali saat ini. "Gimana sih, Gara? Terus minta maaf-nya jadi enggak?"

Sialan. Sekarang Gara merasa Hana sedang menggodanya. Padahal sebenarnya, Hana memang sedang kebingungan. Dasar mereka.

"Nggak jadi. Gue bilang lupain." Tegas Gara.

"Masa nggak jadi? Kenapa sih? Terus kenapa harus dilupain? Ih lo aneh deh. Tapi lo lucu kalo lagi aneh, apalagi kalo nggak marah-marah." Hana jadi mengoceh.

"Terserah, yang penting lo diem." Celetuk Gara sambil menyedot susu kotak pemberian Hana.

"Nggak mau," Hana menggeleng-geleng. "Diem tuh nggak enak. Bikin capek, tau."

Spesies macam Hana memang begitu. Diem pegel, ngoceh nggak pegel. Yasudah biarkan.

Gara melengos, menatap Hana lekat. Lalu berkata, "gue ambil tiga cicak nih."

"Dih curang!"

"Ekhem, ekhem!"

Deheman itu, sontak membuat keduanya langsung mengalihkan mata kedepan, kearah suara penganggu itu. Disana berdiri lelaki dengan menatap konyol mereka.

GarahanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang