"Yang gercep, yang menang."
- Vando----
"Malem ini Gara nginep dirumah Ayah,"
Kata seorang lelaki dengan sangat lesu, seakan ia sangat enggan menginjakan kaki dirumah tersebut.
"Iya, kamu jaga adek-adek kamu, ya. Jangan berantem terus," seseorang disebrang sana menyahut.
"Hm," Gara hanya berdehem sebagai balasan. Ia tak berani jamin jika dirinya tak bertengkar dengan Arfan nanti.
"Ayah udah bilang ke Mama." Gilen -mama Gara, bersuara lagi. "Mama nggak akan maksa Gara. Kalo Gara mau disana, ya, nggak papa. Kalo nggak mau, ya, nggak papa juga. Tapi ada baiknya Gara turutin pesen Ayah. Kasian juga Arfan kalo harus di rumah itu sendirian. Apalagi Veara, pasti dia kangen Mama-Ayahnya, kalo ada Gara kan mendingan."
Gara menghela nafas pelan. Ia bingung, padahal Veara dan Arfan tidak memiliki hubungan darah dengan mama-nya, tapi kenapa mama-nya ini sangat peduli? Kenapa tak membenci mereka, seperti disinetron-sinetron.
Dasar Gara mikirnya malah kesitu!
Gara mengangguk kecil walau hanya tuhan dan dirinya yang bisa melihat. "Iya, Ma. Tapi besok pagi-pagi Gara pulang."
"Heeh, nggak-nggak! Pagi-pagi pasti Gara masih ngantuk, bahaya. Terus nanti telat lagi."
"Enggak ngantuk, Ma. Beneran deh," Gara membujuk.
"Enggak boleh! Nanti pagi Mama kirimin kamu sarapan." Gilen sangat faham, jika Gara rela menerjang rasa ngantuk dan dinginnya angin pagi hanya untuk memakan masakannya. "Sekalian buat Arfan juga."
"Yah, buat Gara aja, Ma. Gara abisin semuanya, kok." Gara tak rela masakan mamanya terbagi apalagi dengan orang yang asing menurutnya.
Dasar Gara.
"Gara, masa gitu..."
"Ya, dia kan bisa makan roti kek atau masakan mbok Ijun. Pokoknya Gara nggak mau bagi-bagi, Ma!" Inilah salah satu sifat childish dan egois Gara.
"Yaudah iya," Gilen menghela nafas, ia mengalah. "Mama bikinnya buat Gara semua."
Lantas Gara tersenyum kecil, "Mama udah pulang?"
"Lagi dijalan, sayang."
"Yaudah. Gara tutup, ya, Ma. Hati-hati."
Setelah mendapat jawaban dari sang mama, Gara segera memutuskan sambungan telfon dan mengantongi kembali hape-nya. Kemudian pandangannya tertuju pada seorang gadis kecil disebelahnya.
Veara. Ia sedang tertidur lucu dengan boneka sapi lembut berukuran sedang dipelukannya. Gara terkekeh sendiri, lalu tangannya bergerak untuk membelai rambut tipis anak itu.
"My little princess," gumam Gara.
Dengan penuh hati-hati, Gara turun dari ranjang. Ia mengambil jaket dan kunci mobil diatas sofa, lalu keluar dari kamar serba biru ini.
Sekarang tujuan Gara adalah menemui teman-temannya. Tapi sebelum itu, Gara sempat berpesan pada Kani untuk menjaga Veara.
Sambil jalan, Gara memakai jaket maroon-nya. Setelah sampai dihalaman depan, ia segera masuk ke mobil putih miliknya, kemudian lekas pergi dari sana.
Selama diperjalanan, tak ada suara lain selain dentuman musik. Gara tak berguman, mengoceh sendiri, atau curhat pada stir mobil. Ia benar-benar tenang mengendarai mobil itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garahana
Teen Fiction"Apa? Ngomong yang jelas! Perlu diajarin kayak anak TK?!" "Gue suka lo!" g α r α h α n α Abban ⓒ 2018