Hai, baca perlahan, ya. Di dalemin dan disayangin hehe.
Selamat membaca, Dear.
-----
Ini adalah hari kedua kegiatan PorSeni. Acara itu akan berlangsung sampai kamis. Dan di hari jum'atnya adalah pembagian rapor semester ganjil.
Sedaritadi Sigitto ingin berbicara pada Hana, namun padatnya kegiatan menghambatnya. Karena tak ada waktu lainnya, jadi Sigitto meminta Hana untuk pulang bareng.
Sore ini, Sigitto mengajak Hana ke kafe yang terkenal dengan dekorasi serba kekiniannya. Mereka duduk, dan memesan.
Pasti kalian tau apa yang Hana pesan.
Ya, es krim.
Wadah bening berukuran sedang berisikan es krim coklat yang menggunung begitu menggiurkan dimata Hana. Pas sekali untuk dirinya yang lelah setelah seharian mengikuti kegiatan PorSeni.
Sigitto terkekeh kecil melihat keantusiasan Hana pada es krim. Sigitto menyeruput minumannya, lalu menatap Hana serius.
"Gue mau ngomong serius, Han," ucap Sigitto.
"Tentang apa?" Hana mengalihkan perhatian ke Sigitto. "Biar gue tebak! Pasti Sigit mau ngomongin soal perjodohan kita lagi?"
Sigitto tersenyum. Hana bisa menebaknya. "Kemarin gue udah bilang buat batalin semuanya."
"Hah?" Hana mengerjap-ngerjapkan matanya. "Tapi..."
"Tenang aja, semuanya baik-baik aja, kok. Ayah nggak maksa perjodohan ini, Mami juga setuju dengan gue."
"Kapan lo ketemu Mami? Kok gue gak tau?"
"Kemaren. Pas anak kelas masih tanding, gue ijin keluar." jelas Sigitto.
"Oh, pantesan kemarin gue cariin Sigit gak ada." Hana mengadu.
"Gue udah ngelakuin yang bisa gue lakuin. Jadi sekarang, giliran lo sendiri, Han."
"Hah? Apanya?" Hana susah mengerti.
"Heleh, belaga gak ngerti," cibir Sigitto.
"Ih, beneran gak paham tau, Sigit!" ungkap Hana.
Sigitto menghela nafas. "Yang lo bilang lo nggak ada perasaan ke Gara, lo bohong, kan?"
Hana bungkam sesaat.
"Karena sekarang perjodohan itu udah dibatalin, lo bisa balik sama Gara lagi." ujar Sigitto, meski dengan rasa sesak ketika mengatakan itu. "Dan lo sendiri yang harus ngelakuin itu."
Hana menggigit bibir bawahnya, pertanda ia sedang bingung saat ini. "Gue..." ia menunduk. "Gak tau, Git."
"Kalo lo suka dia, kejar. Toh dia juga punya rasa yang sama ke elo." Sigitto menyandarkan tubuhnya ke kursi. "Sekarang kejadiannya, dia salah paham. Dia pasti mikir lo putusin dia karena gue. Jadi lo yang harus kejar dia sekarang."
"Tapi akhir-akhir ini Gara udah gak peduli, Gara bener-bener kayak gak kenal gue." lirih Hana. "Gimana kalo sebenernya Gara udah nggak suka lagi sama gue?"
"Gue yakin gak gitu. Tapi kalo pun iya, seenggaknya lo udah pastiin, seenggaknya lo gak terus berharap." Sigitto menyahut. "Inget, Tuhan gak nuntut kita berhasil. Cukup mau kita berusaha."
"Sigit bener," balas Hana. "Tapi.. Gue takut."
"Gara selalu dingin ke gue, bikin gue takut." keluh Hana. Ia tidak takut dengan Gara yang galak. Tapi Gara yang cuek dan dingin itulah yang menakutkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garahana
Teen Fiction"Apa? Ngomong yang jelas! Perlu diajarin kayak anak TK?!" "Gue suka lo!" g α r α h α n α Abban ⓒ 2018