"Jangan becanda karena gue nggak lagi becandain lo."
- Sagara• • • •
"Asik!" Hana tersenyum senang begitu melihat jam menunjukan pukul 7:52 pagi ini. Artinya, delapan menit lagi bel masuk berdering.
Hana memang merencanakan berangkat siang agar ketika berpapasan dengan Gara sekalipun, bel akan berdering sebentar lagi. Jadi ia akan beralibi dan mengulur waktu untuk memberi jawaban semalam.
Kini Hana sedang melangkah cepat untuk sampai di kelasnya.
Tadi malam, Hana baru bisa tidur sekitar jam satu malam hanya karena memantapkan jawaban yang akan diberikannya nanti pada Gara. Namun sampai sekarang ia belum yakin akan jawabannya itu. Jadi Hana akan konsultasi dulu pada Zea.
Ketika tinggal melewati tikungan dan tibalah di kelasnya, tiba-tiba tangan Hana dicekal seseorang.
Lantas Hana berhenti melangkah. Ia melengos kesamping, dan tampaklah Gara di penglihatannya.
"Buru-buru banget," celetuk Gara.
Hana mengadu kecil. Kenapa coba musti ketemu Gara sekarang! Bukannya tidak mau, Hana hanya butuh waktu bahkan hanya beberapa menit untuk bertanya pada Zea, lalu ia akan siap bertemu Gara.
"Gue mau masuk, kalo nanti telat dikasih hukuman sama guru!" Ujar Hana.
Gara menatap Hana datar. "Lo mau kabur."
"Ih kok tau?" Hana heran.
Gara yang masih memegang pergelangan tangan Hana pun menyeletuk, "gue nagih utang lo."
"Nanti, ya, istirahat pertama deh."
"Ini aja udah lewat, gimana nanti? Harusnya lo kena hukuman."
Hana mencerutkan bibir, "kasih waktu dikit lagi, ya?"
"Gak. Sekarang." Tegas Gara.
"Gue..., belom ngerjain pr!" Alibi Hana.
Gara menghela nafas kesal. Ia melepaskan genggamannya pada tangan Hana. "Tinggal bilang 'iya' atau 'enggak', jangan alesan terus."
Hana mengigit bibir bawahnya. Ditatapnya tangan yang barusan digenggam Gara. Hana jadi merasa tidak enakan pada Gara.
"Biasanya gue dateng ngepas banget sebelom bel masuk. Tapi hari ini gue dateng pagi, cuma buat nunggu lo." Ungkap Gara.
Hana terdiam.
"Hargai gue, Han. Jangan becanda, karena gue nggak lagi becandain lo." Gara berkata serius.
"Maaf," lirih Hana.
"Gak butuh maaf, gue mau jawaban lo." Tegas Gara lagi. "Gue bisa nunggu. Tapi bukan buat hal yang nggak pasti, contohnya lo."
Hana makin merasa tidak enakan. Ia pun menarik napas dalam-dalam, membuangnya perlahan. Ia masih menatap ujung sepatunya. "Gue belum yakin banget kalo gue suka sama lo."
"Oke, serahin ke gue kalo itu."
Hana menatap Gara. "Pacaran bukan cuma satu pihak yang berjuang."
"No prob karena gue yang mau." Jawab Gara.
Hana menggeleng. "Tapi itu gak bakalan lama, Gara. Berjuang gak sesederhana itu, pasti lo bakalan cape ngerjar gue terus."
Gara seketika pesimis. Sepertinya Hana akan menolak dirinya. Ia menghela nafas. "Terus mau lo apa?"
"Gue bakal kasih waktu tiga puluh hari." Ucap Hana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garahana
Teen Fiction"Apa? Ngomong yang jelas! Perlu diajarin kayak anak TK?!" "Gue suka lo!" g α r α h α n α Abban ⓒ 2018