Halo! Ayo ajak temen-temen kalian baca Garahana juga ya:))) Oh iya, disini kalian boleh komen apapun tetang Garahana [[mau itu kritikan, saran, pujian terserah deh]], tekan bintang juga biar aku tambah semangat hehe.
Selamat membaca.
-------
Gara tengah bergurau ria dengan Farga, Vando, dan beberapa teman lainnya. Mereka tidak mendengarkan guru yang tengah mengajar disana. Katanya percuma, nggak bisa paham juga.
"Ini apaan, njing." Celetuk Gara, ketika melihat gambar 'berbau' porno di gawainya. "Gue kaga pernah nyimpen ginian." Segera mungkin ia menghapus gambar itu dari galeri.
Farga melirik handphone Gara, lalu memberikan tatapan intensnya. "Anjir, Ga. Elu diem-diem ngoleksi gituan."
"Kaga, tai," sambar Gara. "Buat apa gambar gituan, kek gak ada yang real bae."
"Anjir," sahut Vando. "Gue suka gaya lo, Men."
"Hahaha bisaan lu, singa!"
Gara pun mengecek aplikasi Whatsapp, membuka grup yang berisi siswa-siswa cowok Ips seangkatan. Dan benar saja, gambar tak seonoh itu berasal dari sana.
"Anjing, dari grup." Ujar Gara.
"Biarin, pahala."
Tiba-tiba, seorang siswi memasuki kelas, membuat semua perhatian tertuju padanya. Dia adalah anak Ipa, kesayangannya hampir semua kalangan guru, si cewek rangking paralel satu di jurusan Ipa.
"Athala, kata Avan I Love You!" Teriak Farga tanpa pikir-pikir dulu, membuat satu kelas heboh seketika.
"Mati lo," ancam Avan.
"Istirahat ketemu di kantin katanya," ucap Farga lagi.
"Uwu!!"
Athala hanya diam dan tersipu malu. Ia memang tipikal cewek kalem. Setelah memberikan secarik kertas pada guru disana, ia segera pamit pergi.
"Sudah, sudah, tenang. Orangnya juga udah pergi." kata bu Sanla. "Ini, ada panggilan dari Bk." ia membaca surat dispensasi tersebut. "Alvah Sagara Genatha. Silahkan, Ibu izinin keluar."
Gara mendengus sebal. Pasti panggilan ini untuk membahas kasus dirinya membuat Fero masuk rumah sakit kemarin.
"Ayo keluar, Kawan." Lelaki kurus tapi begitu tinggi bangkit dari kursinya. Diikuti dengan dua lelaki biang kerok XI-Ips 2 lainnya.
"Hey, hey, mau kemana kalian?!" Bu Sanla bertanya.
"Tadi dibolehin keluar katanya, Bu."
"Kok banyakan gini? Yang dapet dispensasi cuma satu orang," balas bu Sanla.
"Nama saya Alvah, Bu."
"Dih, kok elo? Yaudah saya Sagara-nya deh."
"Kalo gitu sisanya, nama saya Genatha."
"Goblok," Gara lantas tertawa melihat tingkah konyol teman-temannya. Begitu juga dengan seisi kelas ini.
Bu Sanla bukanlah tergolong guru yang sadis. Buktinya, beliau ikut tertawa melihat ulah anak muridnya ini. "Udah, cepetan duduk kembali!" tegas bu Sanla. "Gara sana ke BK sekarang."
Gara bangkit dari kursinya, berjalan menuju kelas untuk berpamitan pada bu Sanla.
"Bro, es teh, ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Garahana
Teen Fiction"Apa? Ngomong yang jelas! Perlu diajarin kayak anak TK?!" "Gue suka lo!" g α r α h α n α Abban ⓒ 2018