"Kalo mau nangis, nangis aja. Nih, punggung gue gratis."
- Sigitto----
"MAKSUD LO APA NGANCEM TEMEN-TEMEN GUE?!"
Dengan super beraninya, Hana langsung menyempot Gara tanpa ada kata pengantar terlebih dahulu.
"Masalah lo cuma sama gue, nggak usah bawa temen-temen gue!!" Tambah Hana.
Gara bercedak kecil sambil melipat tangannya didepan dada. "Gue nggak ngancem," katanya dengan santai. "Gue cuma nyaranin mereka, jangan deket lo kalo mau selamet."
"Ya itu kan sama!" Sambar Hana. "Emang lo siapa bisa ngejamin mereka selamet? Lo bukan Tuhan!"
"Tapi gue bukan lo yang nyeret orang lain kedalem masalah!" Balas Gara nylekit. "Lo harusnya sadar, bego."
Raut Hana semakin dibuat nyolot. "Gue bahkan nggak pernah mau buat nyeret temen gue. Lo bikin mereka takut, dan sekarang jadi ngejauhin gue, gara-gara itu juga mereka sampe berantem. Lo bikin semuanya kacau. Jadi tolong, jangan usik hidup gue!"
"What?" Gara terkekeh kecil mendengar kalimat terakhir yang Hana ucapkan. "Are you kidding?"
Hana diam, tak menyahut sebab dirinya tak mengerti apa yang dimaksudkan Gara.
"Bukannya ini mau lo sendiri, hm?" Ungkap Gara dengan smirk jerk andalannya.
"Hah?"
"Malah ngebego," dengus Gara.
Butuh beberapa sekon untuk Hana mengerti apa maksud Gara. Setelah faham, ia pun berbicara, "oh, jadi ini masalah jus itu?"
"Lo nyebelin banget, ya. Masa cuma kena jus lo sampe sejahat ini?!" Sambung Hana.
"Hey," Gara maju selangkah lebih dekat. "Kalo tadi lo mau ngaku lo salah, gue nggak bakal jadi jahat."
"Tapi gue emang enggak salah!" Nyolot Hana.
"See? Lo yang mancing gue jadi jahat."
"Lo..." ah! Hana sampe tidak bisa berkata-kata lagi. Ini sangat menyebalkan!
Melihat Hana yang seakan terpojokkan, Gara bercedih sinis. "Gue nggak butuh maaf lo, dan kemeja gue udah nggak perlu lo berishin."
"Tapi, bukan berarti lo lolos." Gara menghujani Hana tatapan pedang, seakan menginginkan gadis itu ketakutan.
"Oke," ucap Gara seraya mundur dan memalingkan pandangan dari Hana sejenak. "karena gue masih manusia, gue kasih lo keringanan."
Sambil menatap Gara, Hana diam menunggu kelanjutan ucapan lelaki itu.
Mata Gara kembali menatap lekat Hana, "lo pilih, dua taun berurusan sama gue. Atau," Gara sengaja memberi jeda, membuat Hana makin makin makin penasaran.
"Sebulan lo jadi babu gue disekolah." Senyum lebar tercetak begitu seram diwajah Gara, "simpel, kan?"
-◆◆-
"Nggak, ah, gue mau nemenin lo."
Sekali lagi, Hana menghela nafas karena sahabatnya yang keras kepala itu. Ia mendongakan kepala lalu berkata, "gue masih lama banget, lho, Ze."
"Nggak papa," keukeh Zea.
"Abis ngerjain ini gue kudu piket. Kebayangkan lamanya kayak apa?" Hana memperingati. "Mama lo udah nunggu, kasian."
KAMU SEDANG MEMBACA
Garahana
Teen Fiction"Apa? Ngomong yang jelas! Perlu diajarin kayak anak TK?!" "Gue suka lo!" g α r α h α n α Abban ⓒ 2018