24▶ nanti saja

1.3K 73 9
                                    

Selesaikan urusan hari ini, karena besok, kau pasti bertemu dengan suatu urusan lagi."

----

"Han!"

Hana menoleh.

"Avan?"

Sungguh, Hana syok. Demi apa barusan Avan sang es Skyline menyebutkan namanya?!!

Kalian masih ingat kan Hana pernah suka sama Avan? Ya, sampai detik ini pun masih begitu. Ketertarikan Hana pada Avan buka tanpa alasan, melainkan ya karena segala kelebihan tentang lelaki itu.

Tapi ingat juga, rasa suka Hana bertema 'kagum', bukan 'cinta'. Sudah hanya itu, tidak lebih dan memang takan pernah lebih.

"Lo manggil gue?" Tanya Hana, memastikan. Mungkin saja Avan memanggil Jehan, Bihan, Rehan, Saehan atau Hantu. Entahlah.

"Iya," sahut Avan, sambil berjalan mendekati Hana. "Gue boleh nanya?"

"Boleh."

"Eh, ma friend! Kapan dateng lo!" Tiba-tiba Farga nongol entah dari mana dan merangkul bahu Avan. "Eh ada Hana juga. Pagi ibu bos!"

"Pagu juga, Farga," cengir Hana, mengabaikan rasa bingungnya pada maksud Farga memanggilnya 'ibu bos'.

Lalu perhatian Hana teralih kembali pada Avan. "Tadi Avan mau nanya apa?"

"Gimana kemaren?"

"Kemaren?" Hana bingung.

"Ah iya!" Seru Farga, sambil melepaskan rangkulannya pada Avan. "Gimana, gimana? Nggak usah malu cerita ama kita, santai, anggep aja kita tembok."

Kening Hana mengerut. Kemarin? Apanya? Perasaan tak ada yang spesial dari kemarin. Malah kemarin adalah hari berduka. "Emangnya kemarin kenapa?"

"Halah, sok pikun deh. Udah, jujur aja."

"Gue udah jujur." Hana makin kebingungan.

"Ah masa? Bukannya kemaren kalian anu, ya?" Tanya Farga ambigu.

"Anu apa? Kalian siapa?"

"Serus ini lo nggak tau apa-apa?"

Hana mengangguk samar.

"Kemaren kan lo sama Gara, di taman Roman. Baru tadi malem loh, demi apa lo udah lupa aja?"

Astaga!

Gara!

HANA LUPA!

"Ah! Begonya gue. Pasti lo cuma pura-pura karena malu kan?" Sambung Farga.

Malam tadi, setelah mendekor romantis tempat itu, Farga dkk menyuruh Gara untuk menjalankan misinya. Mereka sengaja meninggalkan Gara agar tidak merasa canggung atau bergantung dengan mereka. Maka dari itu mereka tak tahu bagaimana kisah yang terjadi di tempat itu.

"Gue...," Hana menggigit bibir bawahnya. Bingung, ingin nangis, merasa bersalah, dan gelisah, teraduk menjadi satu dalam perasaan Hana saat ini.

"Lancar-lancar aja kan kalian? Gue yakin tadi malem Tuhan sengaja turunin ujan biar kesannya nambah roman--"

"Gara dimana?" Sela Hana, panik.

Melihat kepanikan Hana, Avan yakin kalo semalam pasti ada yang tidak beres. Susah pasti rencana itu tak berjalan lancar.

Farga mengedikan bahu, "nggak tau. Masa nanya ke kita, harusnya lo yang lebih tau dong."

Tanpa mempedulikan dua orang itu, Hana segera pergi dari sana. Berlari sebisanya menuju kelas Gara yang berada dilantai tiga.

GarahanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang