"Nggak cape lo kabur-kaburan terus tiap ketemu gue?"
- Sagara---
"Bos dateng!"
Gara berjalan menghampiri teman-teman setongkrongannya.
Mereka memiliki markas di pinggir jalanan sepi. Awalnya itu hanya tempat duduk-duduk biasa. Tapi makin kesini, tongkrongan itu mulai dirombak dan semakin kece. Dana perbaikan itu dari iuran masing-masing, dengan budget seadanya dan sebisanya. Hasil dari beradu balap juga menjadi pemasukan dana itu.
Contohnya ketika Gara memenangkan mobil Arka kemaren. Mobil tersebut sudah terjual sekitar seminggu yang lalu. Sebagian dananya untuk fasilitas tongkrongan, dan setengahnya lagi dibagikan pada para warga sekitar yang kesusahan.
Mereka memilih untuk memberikan bantuan kecil untuk warga-warga yang merasa membutuhkan itu. Dan mereka tidak butuh berfoto bersama penerima bantuan mereka, agar terlihat mereka anak geng motor yang baik.
Tidak. Gara dan para bocahnya tak se-pencitraan itu.
Mereka hanya memberi bantuan, lalu memberi tahu para warga itu agar tak berburuk sangka pada geng-geng seperti mereka.
Benar jika kebanyakan geng motor atau perkumpulan anak-anak muda seperti itu hanya bisa meresahkan saja. Yang ugal-ugalan, berantem sana-sini, sok jadi raja jalanan, bertindak semaunya, nakutin, dan lainnya.
Tapi, tak semua geng seperti itu. Walau memang tak sedikit juga geng yang seperti itu. Namun yang Gara beserta kawan-kawan inginkan, jangan beranggapan suatu geng motor dan sejenisnya itu berandal. Jika tidak tahu apa-apa, lebih baik diam. Jangan mengambil kesimpulan sendiri dan menyebabkan terpancingnya amarah para anak geng.
Menjadi 'Netral' lebih baik jika kau tidak mengetahui sebenar-benar faktanya.
"Eh, ada Bos kecil juga." Celetuk salah satu orang disana, sambil memperhatikan gadis kecil yang Gara gandeng.
"Cecan baru nih," lainnya ikut berbicara.
Gara duduk di sofa panjang, sofa itu tadinya penuh orang namun mereka menyingkir untuk Gara.
"Sini, duduk," ujar Gara pada Veara.
"Gendong, Kak Aga," rengek Veara, sambil menjulurkan tangan meminta Gara mengangkatnya.
"Duduk sendiri."
"Nggak mau."
"Manja, ya, Ara." Gara pun mengangkat Veara, dan mendudukannya disampingnya.
Selepas pulang sekolah, Gara sengaja mampir ke rumah Genatha. Disana ia bertemu dengan Divara, ia jadi tak betah, rasanya enek melihat kelakuan sok baik mama tiri-nya itu. Maka dari itu, Gara meminta izin membawa Veara keluar. Dan karena tak tahu mau kemana, Gara ajak aja deh ke markas bersama bocahnya.
"Bos, gue daptar buat calon cowoknya Bos Kecil nanti, ya." Ucap Narenda, lelaki yang sedang berjalan ke arah Gara, dan mengambil tempat disebelah Veara.
Gara terkekeh, "lo nomer tiga ratus sembilan puluh enam."
"Kek ngantri sembako, dong."
"Kak Aga," ujar Veara, sambil ngusel di ketek Gara. "Ara mau pulang."
"Yaaah, muka lo nakutin sih, Ren." Ejek Kavin. "Sana lo," usirnya, sambil menabok lengan Narenda agar menyingkir.
"Apaan lu, tai, duluan gue." Narenda tak mau berpindah, dan malah menendang Kavin.
"Geseran, njing. Gue juga mau duduk disitu."
"Dih—"
"Language, woi!" Sela Gara.
![](https://img.wattpad.com/cover/156873254-288-k600672.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Garahana
Teen Fiction"Apa? Ngomong yang jelas! Perlu diajarin kayak anak TK?!" "Gue suka lo!" g α r α h α n α Abban ⓒ 2018