"Kalo gue nggak bantu, lo mau ngesot sampe depan pintu?"
- Sagara----
Cukup lama terjadi keheningan dalam mobil yang terkendara oleh Gara. Ia bingung akan memulai pembicaraan dari mana. Sedangkan Hana, ia diam, menunggu apa yang akan Gara katakan.
Tapi tidak terlalu lama kemudian, Gara pun membuka suara. "Maaf," katanya. Sepertinya itu awalan yang paling pas menurut Gara.
Hana menoleh, "buat?"
Terdiam sejenak. Lalu Gara menjawab, "tadi gue sempet ninggalin lo."
Hana diam sebentar, ia mengira Gara meminta maaf karena telah menabraknya. "Itu aja?"
Gara bergumam, "hm. Emang apalagi?"
"Lo kan harusnya minta maaf juga, karena udah nabrak gue." Hana menyahut.
"Itu mah salah lo sendiri, nyebrang nggak tengak-tengok." Gara mengedikkan bahu.
What? Mata Hana mengerjap-ngerjap tak menyangka, Ia benar-benar heran dengan spesies macam Gara. Kenapa malah Hana yang disalahkan? Dasar, menyebalkan.
"Kok lo malah nyalahin gue sih!" Sahut Hana kesal, sambil menyerongkan duduk. Jadi ia menghadap Gara sepenuhnya. "Yang salah lo, kenapa bawa mobil cepet banget."
Dengan ekor matanya, Gara melirik Hana kilas. "Kalo nggak cepet, namanya bukan balapan. Bego amet lo."
"Tapi itu bukan sirkuit balapan."
"Gue tau. Kita juga udah milih rute balap, udah mastiin jalan sepi. Lo-nya aja kenapa bisa kesitu." Gara masih keukeh dirinya tak bersalah atas insiden penabrakan tadi.
"Kan itu jalanan umum, masa nggak boleh?"
"Tapi itu rute kita."
"Tetep aja, itu tuh punya umum, siapa aja boleh lewat kesitu. Dan kalian yang salah. Kenapa jalanan buat dipake balapan. Bahayain orang lain, ngerti nggak sih lo?" Cecer Hana.
"Tiap balapannya kita nggak pernah bikin orang celaka. Ya karena disana gak pernah ada orang, kecuali lo. Emang lo aneh."
"Ih lo nyebelin, ya!" Hana bersedekap, dan berseder sambil memalingkan wajah dari Gara. Ia kesal sekarang. Beradu mulut dengan Gara benar-benar menyebalkan!
Lantas mereka tak berbicara lagi, membiarkan kesunyian menyelimuti keduanya. Tapi tak berselang lama, karena mobil segera berhenti tepat didepan gerbang rumah Hana.
Memang, area balapan liar itu dengan rumah Hana jaraknya tak terlalu jauh, jadi mereka cepat sampai dirumah Hana. Makannya Hana tadi jalan kaki.
"Makasih udah anterin gue pulang," ucap Hana sebelum membuka pintu.
Tidak menyahut, Gara malah ikutan membuka pintu, ia keluar, lalu berputar dan menghampiri Hana yang sudah mau turun.
"Mau gue bantu?" Bodoh! Harusnya Gara tidak perlu menanyakan itu.
"Nggak usah," jawab Hana.
Perlahan Hana bangkit dan keluar mobil. Lututnya sangat sakit, bukan hanya itu, sebagian kakinya juga lecet. Tapi persetan dengan itu, Hana tidak mau dibantu Gara.
Usai menutup pintu mobil, Hana mulai berjalan sedikit-dikit. Tangannya memegang mobil untuk berjalan pelan, dan ia agak oleng saat tangannya tak memiliki tumpuan untuk membantunya berjalan lagi.
Dengan sigap, Gara memegang lengan Hana yang hampir tersungkur kebawah.
"Gak usah nolak," serobot Gara ketika Hana hendak protes. Gadis itu pun diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garahana
Teen Fiction"Apa? Ngomong yang jelas! Perlu diajarin kayak anak TK?!" "Gue suka lo!" g α r α h α n α Abban ⓒ 2018