Jangan lupa tekan bintang ya, kawan.
Selamat membaca!-------
Hana merebahkan kepalanya diatas meja, acara belajar bersama yang dilakukan didalam aula Skyline ini sama sekali tak bisa Hana cerna. Fokus Hana terpecah, benaknya hanya dipenuhi oleh nama Gara.
Sudah lebih dari setengah jam ia mencoba memahami, namun hasilnya nihil.
Untungnya, kegiatan tersebut selesai sekitar sepuluh menit kemudian. Hana bangkit, sambil membawa tasnya. Ia menelepon pak supir agar menjemputnya, sembari berpamitan pada Zea untuk pulang lebih dulu.
"Han, pulang bareng gue?" tanya Sigitto yang melihat Hana hendak keluar aula. "Tunggu sebentar, gue beresin ini dulu." katanya.
"Gue sama pak supir, Git." Hana menjawab.
"Seriusan?"
Kepala Hana mengangguk. "Iya, barusan nelepon."
"Oke deh. Take care."
"Sigit juga. Dadah."
Hana berjalan menelusuri gedung A, lalu turun sampai lantai dasar, mengitari gedung B dan melewati green house, kini ia tiba di lapangan.
Kaki Hana melambat ketika menangkap sosok Gara sedang latihan Basket.
Bibir Hana terangkat, membentuk sebuah senyuman tipis. "Semangat," bisiknya, meski ia tahu lelaki itu tak mendengar.
Sepanjang perjalanan melewati lapangan, mata Hana hanya terpaku pada Gara, tapi sepertinya Gara tak menyadari kehadiran Hana. Tidak apa-apa, malah itu yang Hana inginkan.
Tiba-tiba, tangan Hana ditarik oleh seseorang, menjauhi lapangan menuju sebuah tempat sepi. Hana tak mengenali sosok lelaki bertudung hitam ini.
Apakah dia Arka?
Tak mungkin. Takkan Arka seberani itu.
"Lo siapa!" Hana melepaskan tangannya yang dicekal lelaki itu.
Lelaki itu membuka tudungnya, menatap Hana dengan penuh keseriusan.
"K—Kak Fero?" maa Hana membelak.
Jika kalian lupa, dia adalah Zafero. Siswa Skyline yang sering berantem dengan Gara.
"Hm," Fero bergumam. "Lo tau kenapa gue nyeret lo kesini?"
"Gak tau. Dan, gak mau tau. Biarin gue pulang." Hana dengan cepat beranjak pergi, namun secepat itu juga Fero menghadangnya.
"Jangan nyolot lo sama gue!" Sentak Fero.
"Gue nggak pernah punya urusan sama Kakak!" Hana makin nyolot.
"Lo emang nggak punya urusan sama gue. Tapi dengan lo jadi pacar Gara, otomatis lo urusan gue juga." tutur Fero.
Hana mengerjap-ngerjapkan matanya, bingung. "Kakak kenapa sih sebenci itu sama Gara?"
"Bukan urusan lo!"
"Katanya, karena gue pacar Gara gue jadi berurusan sama Kakak."
"Jangan ngebantah gue!!!"
Hana kicep, menundukan kepalanya.
Fero berdecak kesal, bahkan menendang kaleng yang berada didekatnya. "Sialan, lo buang waktu gue."
"Mau apa sih Kakak bawa gue kesini? Mau mancing Gara biar kesel? Iya?" Hana memang gadis pemberani. Ketakutannya dengan Fero barusan terluapakan seketika. "Percuma, Kak, karena Gara nggak akan peduli."
KAMU SEDANG MEMBACA
Garahana
Teen Fiction"Apa? Ngomong yang jelas! Perlu diajarin kayak anak TK?!" "Gue suka lo!" g α r α h α n α Abban ⓒ 2018