"Gue tau Sigit pengen nangis. Nggak pa-pa nangis aja. Nggak usah malu, Sigit tetep ganteng kok."
- Grahana----
"Nah, ngaku juga kan lo."
"Sejarah baru nih, gila. Harus banget dicatet di UNESCO world of record!"
"Bacot," ketus Gara, sambil duduk disamping Avan lalu meminum minuman kaleng yang baru diambilnya dari kulkas.
Lantas Vando terkekeh. "Bulan sama bintang punya 'gerhana', kalo Skyline bakal punya legenda 'Garahana'. Ya, nggak?"
"Setuju!" Sahut Farga sambil menunjuk Varga. "Akhirnya preman Skyline turun gengsi!"
"Ah, ajaibnya cinta...," sambung Farga.
"Gue tembak nih becanda mulu!" Semprot Gara yang terlampau jengah. Ia berani menurunkan harkat, martabat, serta gengsinya untuk bercerita tentang perasaannya, guna mereka memberikan saran. Eh malah diledekin. Sudah diduga. Sangat menyebalkan.
"Gue merinding, woi!" Farga sontak histeris. "Gue ngaku lo emang ganteng, Ga, tapi gue normal, anjir! Gue tetep doyannya cewek tulen, please."
"Gue tembak sekarang lo!" Gara yang kelewat sebal jadi melempar bantal kecil ke muka Farga.
"Hehe. Ampun, Bos, ampun." Cengir Farga.
"Daripada nembak kita, mending nembak tuh cewek aja. Buruan, keburu ditikung." Celetuk Vando, sebelum melahap camilan ditangannya.
Gara tak menjawab.
"Elah, demi apa lo ngga berani?" Ucap Vando lagi.
Bukanya tidak berani. Tapi... ah! Segimanapun nakalnya cowok, brandal, urakan, tengil, cuek, galak, tapi dia tetep harus ngumpulin banyak tenaga buat menyatakan cintanya. Apalagi buat yang pertama kali, terus minta jadi pacar lagi.
Haduh, Gara aja pusing mikirinnya.
"Tenang, tenang. Nggak usah bingung, nggak usah puyeng." Ujar Farga, seakan ia baru saja menemukan bola lampu terang di kepalanya. "Gue punya cara gimana lo nembak Hana nanti."
"Apa?" Tanya Gara serius.
"Jadi gini," Farga membenarkan posisi duduknya, agar lebih enak untuk perbincangan serius ini. "Nanti kita yang siapin tempatnya, nggak jauh dan romantisnya dapet banget, percaya deh. Tugas lo cuma ajak Hana kesitu. Lo kejutin dia pake lagu, suara lo kan bagus tuh, nggak kayak Dodo--"
"Lah Gue!" Sela Vando, kesal karena namanya dibawa-bawa, buat kesan yang jelek lagi.
"Terus lo ajak Hana duduk pas udah selesai nyanyi. Kasihin dia coklat yang gede, atau buket bunga yang wangi git--"
"Dia alergi bunga," Gara juga menyela.
Farga memutar bola mata jengah, "iya, coklat aja deh kalo gitu. Terus lo berlutut didep--"
"Gara mau nyembah Hana?"
"Dodo, diem! Gue kentutin nih!" Farga kesal.
"Lanjut, Far," ujar Avan. Tak disangka, ternyata lelaki cuek itu mendengarkan mereka. Dikirain asik dengan dunianya sendiri.
"Lo harus berlutut didepan Hana, sambil ngasih coklat itu, atau barang berkesan lainnya. Biar nambah romantis. Nah baru deh lo ngomong pake kata-kata puitis, ntar gue searching-in. Terus tembak, jadian deh. Tamat!" Girang Farga.
Butuh beberapa sekon untuk Gara ngeh apa yang baru saja Farga ceritakan. Apa Farga menginginkannya bersikap romantis? Huek, mendengarnya saja Gara sudah ingin muntah. Ia bisa bersikap romantis, tapi dengan caranya. Bukan pake cara mainstream yang lebay, iyuh, najong, dan bikin mual.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garahana
Teenfikce"Apa? Ngomong yang jelas! Perlu diajarin kayak anak TK?!" "Gue suka lo!" g α r α h α n α Abban ⓒ 2018