"Besok lo nggak bakal sendirian lagi. Gue janji."
-Sigitto----
Hari demi hari pun berlalu, tiada terhenti seperti semestinya, seiring itu juga dengan penderitaan Hana.
Hanya karena masalah sepele dan sebuah gengsi untuk meminta maaf, Hana jadi merasakan rasanya dibully.
Memang Sigitto melindungi Hana, tapi itu tak selalu. Mengingat Sigitto adalah ketua kelas, sudah jelas dia masuk dalam anggota MPK. Dan ia tidak bisa selalu berada disamping Hana. Sebenarnya Sigiito sudah berpesan pada beberapa temannya untuk membantu melindungi Hana, namun tetap saja.
Mereka akan kelabakan jika ketemu Gara.
Ya, Gara. Lelaki itu masih gencar melakukan aksi-aksi yang membuat gila.Diantaranya; ketika Hana ketoilet lalu dengan tiba-tiba dirinya terkunci dari luar. Ketika selesai dari perpustakaan, mendadak sepatunya lenyap dari rak sepatu dan terbang sampai diatas genting. Bahkan geng yang mengguyur Hana hari itu, melabrak dirinya digedung belakang, karena alasan yang menurutnya tidak jelas.
Tak hanya itu, Gara juga jadi sering berantem dengan Sigitto.
Sedangkan Zea? Gadis pendiam itu bisa apa? Zea hanya menenangkan dan membantu Hana kecil-kecilan saja. Dia seakan tidak mau berurusan dengan Gara.
Dan masih banyak kejadian selama seminggu terakhir yang sulit untuk dibayangkan, sampai-sampai sebagian anak Skyline menyarankan Hana untuk pindah sekolah saja.
Sekian penjelasan singkat beberapa hari yang lalu. Sekarang, disinilah Hana, celingukan kesana-kemari mencari tasnya.
Ya, tasnya.
Selesai membantu guru membawakan buku tugas, Hana kembali ke kelas untuk pulang segera. Naas, tasnya sudah lenyap dari atas bangku.
Kini Hana melangkah tergesa-gesa menuju gudang belakang. Karena gudang itulah kumpulnya para preman sekolah. Tadi ia sudah menengok ke kantin dan tak menemukan Gara disana.
Sekarang, Hana berdiri dihadapan pintu gudang yang terdapat graffiti sebuah bunga mawar dengan beberapa kelopak yang rontok.
Hana bisa mendengar suara tawa menggelegar dari dalam, ia merinding.
Tapi demi ranselnya yang lucu, selucu ransel dora, Hana nekat.
Brak!
Gadis itu membuka pintu dengan tak santai. Ia bahkan bisa melihat orang-orang didalamnya terkejut dan memandang cengo dirinya. Bodo amat lah.
Dengan PD-nya Hana melangkah maju dan berdiri dihadapan orang yang duduk diatas meja dengan rokok yang terselip diantara kedua bibirnya.
"MANA TAS GUE?!" Sentak Hana semakin membuat para preman itu cengo.
Mereka kira, gosip tentang anak yang tak takut pada Gara hanyalah bumbu-bumbu penyedap gosip saja. Ternyata itu memang benar adanya.
Gara menghembuskan asap yang berasal dari rokok yang dihisapnya. Kemudian, matanya menatap Hana lekat dan menyeringai.
"Lo kemanain?!! Gue heran deh sama lo, nggak ada capek-capeknya ganguin orang. Kayak setan aja!" Kesal Hana.
"Eh, beb, santai dong." Celetuk salah satu orang disana. "Gak usah bawa-bawa setan, beneran didatengin mah nangis."
Mata bulat Hana yang terlihat lucu itu beralih pada anak yang berbicara tadi. "Mendingan ketemu setan, daripada manusia setan." Balasnya seraya melirik sinis Gara diakhir kalimat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garahana
Teen Fiction"Apa? Ngomong yang jelas! Perlu diajarin kayak anak TK?!" "Gue suka lo!" g α r α h α n α Abban ⓒ 2018