"Dua taun gue hampa! Dan lo? Lo cuma ngerasain bagian kecilnya! Harusnya gue bikin Hana pergi biar lo ngerasain kayak gue!"
- Arka---
Sekali lagi, Gara menghisap rokoknya, lalu menghembuskan kelupulan asap ke udara, ditatapnya asap itu hingga perlahan memudar. Hanya itu yang ia lakukan hingga rokoknya sekecil kelingking Veara, Gara pun memadamkan rokok dengan cara diinjak.
"Bosen banget gue," celetuk Gara.
Panji menoleh pada Gara, "mau lu apaan jadi?"
"Diajak ke markas males, disini bilangnya bosen. Terserah lo deh, Ga." Cibir Areis.
"Mana sih yang lain? Gue males kemana-mana," ujar Gara.
Kelar dengan hukumannya karena telah membuat Fero babak belur, Gara menghampiri warung yang masih berada disekitaran Skyline, lalu nongkrong bersama Panji dan Areis.
Jika kalian lupa dengan Panji dan Areis, mereka berdua adalah bocah suruhan Gara yang pernah membuat Hana telat masuk sekolah sampai dihukum.
"Yang lain di markas, Bosku." Sahut Panji. "Makanya daritadi kita ajak lu ke sono."
"Elah, suruh kesini aja napa." Gara benar-benar mager.
"Nggak bakalan muat, lagi banyak yang ngumpul, pak haji." Jawab Areis.
Gara menghela nafas. Ia hendak meraih sebatang rokok yang baru ketika ponselnya bergertar lama. Dijeda lah niatnya dengan rokok itu, ia mengambil ponselnya.
Beo
Itulah nama penelepon yang tampak dilayar.
Kening Gara berkerut banyak. Tumben? Tadi aja Hana agak 'gimana' gitu ketika berbicara dengan dirinya, mengapa sekarang malah menelepon? Apakah ini Arka? Lelaki itu mau mengejeknya? Lelaki itu mau memanasinya?
Ah, jangan berburuk sangka dulu.
Gara mendekatkan ponsel ke telinganya, begitu menarik icon berwarna hijau.
"Gara...., tolong gue, gue takut."
Itu suara Hana, bukan Arka. Mata Gara membelak seketika.
"Arka jahat."
"Hah? Hana?"
"Arka temenan sama abang angkot yang mau rampok gue waktu itu. Terus dia bilang mau bales dendam. Dia bawa nama lo juga."
"Lo diapain?"
"Enggak papa. Tapi gue takut, gue mau pulang, Gara..."
"Oke, oke, tenang," ujar Gara. "Sekarang lo dimana?"
Melihat Gara yang berucap serius, Panji dan Areis kebingungan sambil menyimak saja.
"Nggak tau. Gara, tolong gue."
"Lo inget ngelewatin apa gitu? Kantor? Mall? Atau jalan apaan?"
"Gue nggak inget. Disini sepi, nggak ada rumah-rumah, tapi banyak motor."
"Okay, lo stay disana, jangan matiin teleponnya, gue otw sekarang. Paham?"
"Iya."
"Kalian, ikut gue." Perintah Gara pada kedua temannya itu, seraya menyambar kunci mobilnya.
"Kemana nih?" Panji kepo.
"Lo tau markas Arka? Selain yang di jalan Azora." Tanya Gara, sembari berjalan cepat untuk masuk ke mobilnya.
"Kayaknya gue tau," Areis menyeletuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garahana
Teen Fiction"Apa? Ngomong yang jelas! Perlu diajarin kayak anak TK?!" "Gue suka lo!" g α r α h α n α Abban ⓒ 2018