"Tanda kita jatuh cinta adalah ketika melihatnya, kita bisa menangis untuknya."
------
Malam ini, Hana diajak Ilda untuk mampir ke rumah Sigitto. Katanya ayah Sigitto, Hafigin, sudah menyelesaikan proyek besar, maka dari itu beliau mengundang keluarga calon tunangan putranya makan malam bersama.
Hana dan Ilda duduk beriringan di kursi penumpang. Awalnya Hana asik mengoceh dengan pak supir, sampai tiba-tiba Ilda memanggilnya.
"Ada apa, Mi?"
"Liat ke hape Mami," ujar Ilda.
Hana menggeser tubuhnya sedikit, melihat apa yang ingin mami-nya tunjukan.
"PAPI!!!" mata Hana berbinar seketika. Figur lelaki dengan seragam Pilot itu sukses membuat Hana ingin menangis.
"Hallo, my special girl." sapa papi Hana.
"Papi, Hana kangen banget banget banget!" ujar Hana, begitu menggebu-gebu.
Ilda tersenyum, sambil mengusap-usap kepala Hana.
"I most miss you, Dear. Hana makin dewasa, ya, makin cantik."
"Kayak Mami-nya," sambung Ilda.
"Iya Mami yang paling cantik deh. Hana kedua." sahut Hana kemudian terkekeh.
"Gimana Hana disana?"
"Sehat selalu." jawab Hana.
"Alhamdulillah. Ujiannya lancar?"
"Gitu deh, Pi. Baru tadi siang selesai. Aduh seneng banget akhirnya free!" Hana curhat.
"Hahaha."
"Disana masih siang, Pi? Disini udah mau jam tujuh." kata Hana.
"Iya, menjelang sore, sih. Ini Papi lagi istirahat."
"Papi istirahat yang cukup, kan, disana?" tanya Hana. "Muka Papi kayak capek gitu. Tapi tetep ganteng kok."
"Iya, Papi selalu jaga kesehatan, Sayang. Emang iya? Gantengan mana sama pacar Hana?"
"Papi jangan ngomongin pacar, Hana nggak punya." Hana cemberut.
"Maksudnya belom punya, Pi. Ini kita lagi dijalan mau ke rumah calonnya Hana." celetuk Ilda, lalu terkekeh.
"Mami, ih," Hana makin cemberut.
"Hahaha, Mami jangan godain Hana, dong. Iya, kan, calon Nyonya Aldebara?"
"Papi juga sama!! Ih Mami sama Papi kenapa kayak mau nikahin Hana sama Sigit sih."
"Enggak, Sayang," ucap Ilda, menghentikan tawanya. "Enggak sekarang maksudnya. Mungkin beberapa taun lagi."
"Tuh kan! Mami udah, Hana ngambek nih."
"Iya, Mi, udah. Kasian putri kita malu-malu kucing terus, mukanya jadi merah gitu."
"Papi, Hana ngambek beneran."
****
Ribuan bintang menghiasi, sehinga gelapnya langit terlihat indah. Angin tidak berhembus terlalu kencang, terasa bersahabat malam ini.
Hana bertumpu di pagar balkon rumah Sigitto. Menarik napas dalam-dalam, menikmati pemandangan kota Bekasi yang cukup ramai dan indah berhiasi lampu-lampu.
Cukup lama ia seperti itu, sampai seorang lelaki menghampirinya.
"Mau nyemil?" tawar lelaki yang sedang memegang bungkus camilan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garahana
Teen Fiction"Apa? Ngomong yang jelas! Perlu diajarin kayak anak TK?!" "Gue suka lo!" g α r α h α n α Abban ⓒ 2018