Bacanya pelan-pelan ya, Kawan, dihayati dan pake hati karena aku ngetiknya nggak cukup sehari. Wkwk.
Selamat membaca!
----
Sambil menunggu Ilda selesai bertugas, Hana duduk di taman rumah sakit. Ia tak mau ikut melihat bagaimana para polisi melakukan penangkapan pada Fero. Ngeri, Hana kan takut.
Takut ketemu Fero tepatnya.
Semilir angin sore ini begitu menyejukkan. Sesekali Hana menyingkirkan helaian rambut yang menerpa wajahnya. Kini ia sedang melamun, sambil memandangi dua liontin yang barusan diambilnya dari ransel.
Tak disangka, ia akan bertemu pemilik liontin itu disini.
Ketika sendiri seperti ini, Hana selalu teringat segala kenangan bersama Gara. Apalagi dimalam hari, semenjak memutuskan mengakhiri status pacarannya dengan Gara, Hana tidak bisa tidur tanpa memikirkan lelaki itu.
Serumit inikah cinta?
Mata Hana mulai memanas, ingin menangis ketika mengingat bagaimana Gara bersikap dingin belakangan ini.
Hana tidak suka Gara memerlakukannya seperti orang asing.
Dari jendela besar yang memperlihatkan sebagian koridor rumah sakit, Hana tak sengaja menangkap sosok Gara yang melintas. Sepertinya lelaki itu akan pulang.
Dengan tekad yang bulat, Hana menyimpan liontin itu dalam kotak, lalu beranjak pergi. Halaman depan dan taman rumah sakit letaknya bersebelahan. Jadi Hana akan sampai duluan sebelum Gara.
Bayangan Hana seperti itu. Namun kenyataannya, mereka sampai di halaman depan bersama-sama. Selebar itukah langkah Gara? Atau memang kaki Hana saja yang terlalu pendek?
Mungkin keduanya.
Saat berpapasan, mereka serempak menjeda langkah. Namun hanya beberapa detik. Gara melewati Hana begitu saja.
"Gara," ucap Hana.
Gara menoleh. "Ada perlu?"
Sahutan Gara terdengar seperti lelaki itu tidak ingin melihat Hana.
"Ini punya lo," Hana memberikan kotak berisikan liontin itu. "Gue mohon, lo simpen ini, jangan dibuang kalo enggak mau."
Gara menatap Hana. Gadis menggemaskan ini selalu membuatnya bingung. "Lo simpen aja sendiri."
"Gue enggak bisa." Hana menatap Gara penuh harap. "Please, Gara mau, ya?"
"Bisa nggak lo, jangan bikin gue bingung?!" Gara jengah. Hana menemukan kembali liontin-nya, seolah benda itu sangat berharga sampai-sampai Hana rela mencarinya. Namun, Hana menolak menyimpan liontin itu, seakan tidak mau memiliki barang milik orang lain.
"Gue nggak bermaksud gitu," lirih Hana.
"Dan lo nggak pernah mau jelasin maksud lo!" sambar Gara.
Hana bungkam.
"Jangan bikin gue berharap sekali lagi."
****
Waktu seolah berjalan begitu cepat. Tibalah kini hari dimulainya Penilaian Akhir Semester ganjil SMA Skyline. Pagi ini satu sekolah bukannya ramai membicarakan pelajaran, malah bergosip tetang Fero yang sudah di Drop Out dari Skyline. Mereka semua menebak apa yang menyebabkan Fero sampai di tendang keluar oleh sekolah.
Bel pertanda dimulainya ujian pertama berdering. Serempak, pengawas ujian mendatangi kelas masing-masing, membuat para siswa langsung masuk.
Ruang 15, ruangan dimana sebagian anak XI-Ipa 3 dan X-Ipa 3 sedang mengerjakan ujian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garahana
Teen Fiction"Apa? Ngomong yang jelas! Perlu diajarin kayak anak TK?!" "Gue suka lo!" g α r α h α n α Abban ⓒ 2018