Satu hari sebelum pernikahan, pak Sahid menelpon pak Yanto untuk pertemuan darurat. Semua keluarga terdekat, ayah, ibu, kakak, kakak ipar Amran di harapkan datang ke rumahnya Kamelia yang di Bogor. Kamelia tidak tahu kenapa ayahnya harus mengadakan pertemuan darurat.
Pak Sahid merasa sangat bersalah karena hal ini terus menggangu ketenangan dirinya lantaran sepupunya juga merongrong dirinya. Sepupunya takut anaknya datang ke Bogor dan mendapatkan kalau semua ini adalah kegilaan.
Pak Yanto jadi gelisah, begitu juga para keluarga dekat Amran, lelaki itu merasa ada yang tidak beres. Segera saja, mereka meluncur ke rumahnya Kamelia di sore hari itu. Keluarga Kamelia sih sudah ada yang datang ke rumah besar itu. Acara rencana akan di gelar di rumahnya Kamelia sesuai permintaan keluarga perempuan dan juga adat yang berkalu. Amran sih tidak masalah untuk hal itu. Urusan ini jangan di buat ribet pikirnya waktu itu.
Sekarang mereka semua ada di ruang keluarga rumah Kamelia. Rumah yang akan di tinggalin oleh Amran dan Kamelia jika sudah menikah. Kamelia juga bersikeras ingin tinggal di rumah ibunya ini, tapi juga mau jika harus tinggal di rumahnya dokter Vidi. Namun, dokter Vidi menyerahkan keputusan tersebut pada Kamelia dan Amran sepenuhnya.
"Maaf jika ini mendadak.." ucap pak Sahid dengan suara tercekat lalu memandang wajah Amran yang penasaran.
Seluruh keluarga Amran jadi tegang. Bu Husna dan pak Gunawan ternyata sudah ada di sana. Mereka sengaja datang untuk menjadi saksi.
"Silahkan berbicara Hid.. kami sangat penasaran dan juga bingung. Jangan membuat kami bertanya-tanya lantaran besok kita harus melangsungkan pernikahan secara resmi.." ucap pak Yanto jadi agak gelisah lantaran mata pak Sahid berkilat sedih melihat Amran.
"Begini.. ini adalah kesalahanku. Well, setidaknya aku yang memegang kesalahan lebih banyak. Aku telah berbuat salah pada Ririn 30 tahun yang lalu.." ucap pak Sahid pelan.
Dokter Vidi dan Amran yang tersentak lantaran nama Ririn di sebut-sebut.
"Kenapa dengan istriku itu?" tanya dokter Vidi.
"Ada apa dengan ibu kandungku itu pak.. kenapa bapak mengatakan kesalahan terhadap ibuku..?" tanya Amran dengan jantung berdegup kencang.
Syarif memegang tangannya Amel. Pak Yanto duduk dengan gelisah sembari mengamati Marta, menantunya waspada.
Bu Husna dan pak Gunawan langsung memucat. Pak Sahid mulai menceritakan kelakuannya 30 tahun yang lalu pada Ririn, istrinya dokter Vidi. Dengan suara serak dan pelan namun terdengar seperti guntur di siang hari bagi semuanya membuat semua orang memucat. Kamelia bahkan mau pingsan di sofa jika Amran tidak memegangi pergelangan tangan wanita itu. Lelaki ini antara mau marah atau pingsan juga di tempat. Semua keluarga Amran menggeleng-gelengkan kepalanya tidak menerima ucapan pak Sahid.
"Tidak mungkin, Amran itu anakku.. dia anakku dengan Ririn.. bukan anak kamu Hid.. kamu tega sekali" desis dokter Vidi dan mau berdiri mendekati pak Sahid yang memucat, bu Marta memegangi lengan suaminya.
"Maafkan aku Vid.. aku kelepasan waktu itu, aku terbuai hasrat melihat Ririn.." balas pak Sahid cepat.
Amran berdiri dan berderap mendekati pak Sahid lalu menganggkat kerah kemeja lelaki itu kemudian mau memukul lelaki tua yang bisa jadi ayah kandungnya tersebut.
"Amran..?!! Jangan dik.. jangan.." Syarif rupanya sudah memegangi tangan adiknya yang terkepal dan hampir melayang di wajah pak Sahid.
Kamelia, Amel dan bu Marta jadi menjerit ketika Amran berteriak marah pada pak Sahid mengatakan kalau itu tidak benar, dan pak Sahid sudah kehilangan akal karena mengatakan hal tersebut. Syarif menarik adiknya itu agar tidak mendekati pak Sahid dengan memegangi pinggang Amran dengan kuat.
![](https://img.wattpad.com/cover/162797351-288-k920062.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA SANG PHOTOGRAPHER {Geng Rempong : 9}
RomanceAmran Surano seorang photographer yang memulai karirnya dari bawah. Terus mengembangkan sayap juga dibantu oleh keluarganya walaupun dirinya ingin mandiri. Sang ibu tiri, berusaha menjodohkannya dengan seorang wanita bernama Ranti. Namun, ia tidak m...