Menikah

1.5K 74 5
                                    

Keluarga Amran langsung mempercepat persiapan pernikahan tanpa menunda lagi karena tidak ada halangan setelah terbukti Amran bukan kakaknya Kamelia.

Semua orang berbahagia karena bisa membantu Amran kembali.

Amran di kamarnya sedang istirahat. Ia barusan saja dari kamar Emran. Setelah di cari lagi kebenarannya, Emran itu adiknya karena keluar  setelah dirinya. Pak Yanto mencari semua informasi 30 tahun yang lalu di rumah sakit dimana ibunya Amran melahirkan. Tentu saja membuka file lama tidak mudah. Toh, ia tidak jadi masalah untuk pak Yanto.

Amran mempunyai adik kembar, sebentar lagi menikah dengan wanita yang ia puja. Tapi, hatinya tidak tenang. Ia akan membuat pelajaran untuk pak Sahid karena tega menyakiti ibunya. Karena lelaki itu tega menyakiti ibunya kenapa ia tidak bisa untuk menyakiti anak dari lelaki itu juga batin Amran sinis

Emran mengurung dirinya di kamar tidur saja. Ia minta di bawakan saja alat-alat lukisan dari Makasar. Gantian bu Marta dengan bu Husna yang menemani Emran. Emran ternyata berusaha menerima kehadiran bu Marta sebagai ibunya Amran. Ia tahu ayahnya harus bekerja di Makasar. Dan ibunya juga harus  menemani sang ayah. Ia tidak mungkin membuat ibunya selamanya di Bogor. Ia merasa beruntung bu Marta ada di sini untuk merawat dirinya. Ia tahu Amran akan menikah dan butuh extra perhatian, tapi lelaki itu tidak terlalu manja pada sang ibu. Emran merasa kakaknya ini menyimpan sesuatu di dalam matanya yang tajam, semoga saja pernikahan kakaknya

Hari pernikahan terlaksana dengan lancar, keluarga Amran sangat berbahagia. Keluarga Kamelia juga bahagia, tapi pak Sahid agak khawatir ketika menatap wajah Amran yang terbersit sesuatu. Ia merasa lelaki muda itu ingin membalas sesuatu kepada dirinya melalui putrinya.

Seluruh rombongan Kusuma and the Geng datang ke acara pernikahan Amran. Pernikahan itu di laksanakan di rumah Kamelia yang di Bogor. Halaman luas menjadi salah satu pilihan favorite untuk melangsungkan resepsi pernikahan. Acara inti sudah di lakukan pagi hari. Sekarang mereka semua berkumpul di lapangan cukup luas dengan semua saudara dan sahabat terdekat saling bercengkrama.

"Astaga Rif.. adik tiri kamu punya saudara kembar. Itu mirip sekali, lihat lah..?" ucap Kusuma pada Syarif ketika mereka melihat Emran berada di dekat bu Husna. Lelaki itu memakai kursi roda, tapi tetap sangat jantan.

"Iya ya jeng.. siapa ya yang akan kita combaling.. ?" tutur mbak Dian sambil terkikik karena di cubit Sari, istrinya Andi.

"Ele..ele.. kalian semua ini.. rempong ya lihat daun muda yang krenyes-krenyes.. bawaanya mau jodohin orang saja.." balas Syarif karena di tarik si ketua Geng karena mau di ajak ngerumpi padalah rombongan para lelaki ada di tempat lain. Rombongan suaminya geng ini tertawa senang karena Syarif di seret ke arah istri mereka. Syarif tidak bisa menolak karena takut kena jewer Kusuma.

"Ayolah.. keluarin dong gosip-gosip terbaru tentang Emran. Mana tahu kan dia belum punya pendamping. Kami bantu deh..?"

"Aduh teteh.. Emran itu lain. Dia tidak banyak bicara seperti Amran. Aku saja agak sungkan negur duluan. Bawaan lelaki itu cemberut terus.." jawab Syarif sambil pura-pura tersinggung.

Kusuma terkekeh karena ucapan Syarif. "Ala kamu ini Rif.. sok berhati lembut.."

"Iya nih Arif... padahal sekeras batu..?" giliran Sari ikutan nimbrung.

"Betul.. dasar batu.." Dian malah ikutan menyebutkan kata batu membuat ketiga wanita manis itu terkikik-kikik.

"Dasar ibu-ibu muda ganjen batu.." sembur Syarif pada ketiganya malah membuat semuanya tertawa.

Janet, Linda, Amel, Tri dan Septi mendatangi kelompok wanitanya itu. Mereka jadi ikutan bersenda gurau sementara sang pengantin baru berdiri di bawah kerindangan pohon menerima ucapan selamat dari semua tamu. Rombongan anak-anak ada di jalur kiri khusus untuk mereka. Ada mainan, makanan khusus mereka. Rombongan baby sister dan ada setidaknya lima pengawal dari perusahan Tony di keluarga untuk anak-anak mereka itu. Anak Linda yang banyak menjadi pusat perhatian selain anaknya Kusuma yang sangat cerdas itu. Dan tak ketinggalan Annisa dan Ridwan yang mengemaskan. 

CINTA SANG PHOTOGRAPHER {Geng Rempong : 9}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang