Kamelia bangun di pagi hari dengan wajah Amran berada tepat di bawahnya. Rupanya ia tidur di dada lelaki itu. Ia mengamati wajah tampan milik suaminya yang tertidur dengan mulut agak membuka sedikit tapi tidak ngorok. Ia mengusap dagu suaminya dengan lembut, bakal janggut mengores jarinya. Geli batin Kamelia. Ia terus melanjutkan penyelesuran pada wajah suaminya ini.
Amran sebenarnya sudah bangun, tepatnya bangun duluan di bagian bawah. Well, wajar sih kalau pagi tripod juga bangun dalam keadaan gagah. Lalu, Amran agak terlonjak ketika jari lembut itu sudah pindah ke tempat lain. Sesuatu yang Amran namai tripod itu terasa hangat di tangannya Kamelia.
Kamelia terpesona ketika tangannya menggengam tripod. Ia menahan tawa karena raut wajah suaminya antara menahan mau marah atau malah keenakan. Ia sih tidak terlalu takut pada kemarahan Amran karena ia yakin suaminya ini akan suka dengan apa yang ia lakukan.
Amran memejamkan matanya sambil mengerang. Ia tidak tahu harus menghentikan istrinya atau malah menambahkan tekanan pada tangan istrinya yang sepertinya tidak terlalu paham bagaimana membuat tripod merasa enak. Ini sih enak, tapi kurang pas.
"Aa..? Aku tahu Aa sudah bangun begitu juga si teman Aa ini..?" ucap Kamelia sambil terkekeh serak. Ia tidak tahu apa yang merasuki dirinya untuk memegang suaminya ini. Tapi, ini suaminya, ia tidak akan berdosa karena menyenangkan sang suami.
Amran menggertakkan giginya memegang telapak tangan istrinya dan membimbing tangan itu agar berada di jalur yang tepat.
Kamelia takjub melihat urat di leher suaminya yang mengencang ketika tangannya mengusap-usap semakin kuat. Ia merinding seolah bisa merasakan apa yang di rasakan suaminya ini.
Amran mengeram dan melesat cepat ke angkasa dengan bantuan tangan istrinya. Matanya berputar di kelopak matanya yang menutup. Ia tersenggal, ia tidak peduli jika istrinya melihat ia sedang meleleh seperti ini. Toh, ini ulah wanita itu. Amran bangkit dari tempat tidur dengan mengangkat istrinya ke samping. Ia melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
Kamelia menatap flapon kamar tidurnya dengan dada berdebar-debar kencang. Ia bangkit lalu berjalan cepat ke kamar mandi karena mau buang air kecil. Kamelia masuk dan melihat suaminya sedang mencuci muka. Dengan ruangan terang seperti ini, ia malah terpana melihat tubuh suaminya ini.
Dengan cepat ia duduk di kloset dan membuang air kecil. Amran terlihat mengambil sikat gigi lalu menggosok gigi dengan berirama.
Kamelia ingin mengetes suaminya, ia menarik gaunnya dan melemparkan gaun itu ke keranjang tempat baju kotor. Mata Amran melotot dari kaca wastafel yang berada di lelaki tersebut.
Kamelia tahu tubuhnya seperti apa. Well, ia model profesional yang memiliki tubuh tinggi kurus dan dada tidak terlalu berisi. Tapi, ia bangga dengan kaki jenjang dan pinggang ramping miliknya ini.
Kalau masalah dada sih ia tidak pusing karena urusan itu sudah terbiasa untuk seorang model. Dada yang berukuran tidak terlalu besa bisa membuat baju apa pun pas di kenakannya.
Dengan langkah panjang, Kamelia berada di samping Amran yang sekarang selesai menggosok gigi. Lelaki itu menelan air ludahnya dengan susah payah. Kamelia mencuci tangan sambil sedikit membungkuk membuat Amran mengeram seperti harimau. Kamelia cuek saja, ia kan memang sengaja. Ia lalu mencuci muka, menggosok gigi seperti yang suaminya lalu tadi. Dengan perlahan, Kamelia memperhatikan mata suaminya yang membara menyusuri seluruh tubuhnya dari kaca.
Setelah Kamelia selesai menggosok giginya, wanita ini mendekati suaminya. Biarin dah ia di anggap terlalu agresif, soalnya sang suami kan tidak mau menyentuh dirinya.
"Hmm.. Aa tampan sekali di pagi hari.. " bisik Kamelia sambil mengulurkan tangannya mengusap-usap dari bahu sampai turun ke perut. Mata wanita ini membelalak takjub.
Otak Amran tumpul. Ia tahu kalau dirinya berjanji tidak mau menyentuh keindahan istrinya ini. Telapak tangan istrinya sibuk meraba-raba tubuhnya membuat tripod kembali bergerak.
Kamelia tersenyum, ia berjinjit dan mencium pipi suaminya. Ia akan membuat lelaki ini kewalahan sehingga nantinya menyentuh dirinya dan melupakan kemarahan yang ada. Ia terus mencoba mencium dahi Amran walaupun dadanya berdebar-debar tidak karuan. Berpegangan di kedua bahu keras sang suami, Kamelia mengamati mata suaminya yang timbul pergulatan.
"Aa..? Apa saya boleh mencium Aa..? Aa kan suamiku..?" bisik Kamelia.
Jakun Amran naik turun, ia ingin sekali melemparkan Kamelia ke kasur dan mencintai wanita itu seutuhnya.
"Aa..?" bisik Kamelia lagi kali ini dengan mulut sudah menciumi bibir suaminya. Lembut. Mencoba-coba. Tidak lihai.
Amran mengeram karena istrinya yang tidak lihai ini. Ia membuka mulutnya dan menarik pinggang Kamelia lalu mengangkat wanita itu ke atas meja wastafel dan mengajarkan wanita itu bagaimana ciuman semestinya. Istrinya mengerang karena tekanan kuat dari mulut Amran. Amran berada di tengah-tengah paha Kamelia yang langsing sambil mendonggakkan leher ramping wanita itu dan tentu saja menikmati mulut manis milik Kamelia. Suara lengguhan sang istri tambah membuat Amran serasa kerasukan. Ia menghisap semuanya dari mulut Kamelia, tangannya mencari sesuatu untuk di pegang dan menemukan salah satu bukit kembar lembut. Ia mengusap bukit cantik itu dengan tekanan pas sampai ke ujungnya malah membuat keduanya menggila.
Kamelia mengelinjang. Ia menarik pundak suaminya untuk berpegangan erat, ia menarik mulutnya untuk ikutan mencium suaminya.
"Saya bisa.. saya bisa Aa.. " rengek Kamelia karena ingin mencium suaminya tanpa di pandu lagi. Kamelia menarik leher Amran lalu mulai lagi dari awal kali ini membuat Amran mengeram karena tingkah laku istrinya yang polos.
Kamelia merasa suaminya tidak terlalu bisa memegang janji.
Bagaimana tidak, awalnya sang suami tidak mau menyentuh dirinya, tapi sekarang suaminya menciumi dirinya sampai ia kehabisan napas dan tangan lelaki ini menyentuh tubuh atasnya dengan memuja.
Ketika rasa panas sudah membuncah di antara keduanya. Amran berhenti, ia melepaskan Kamelia dengan mengerutu. Kamelia jadi agak sedih karena suaminya sudah bisa mengendalikan diri lagi.
"Jangan membuatku hilang kendali Melia. Kamu tidak bisa membuatku melakukan yang lebih.. " dengus Amran sambil menyugar rambutnya depannya yang panjang.
Kamelia memandangi tubuh suaminya yang tegang. Ia sangat yakin suaminya ini ingin melakukan hal yang lebih dengan dirinya. Hanya saja janji lelaki itu dengan dirinya sendiri yang mencegah untuk melakukan hal lain.
Hati Kamelia agak sedih karena ulah ayahnya membuat dirinya tidak bisa mengenal dunia setelah menikah lebih intim. Sampai kapan ia harus menerima perlakuan seperti ini. Dengan kepala tegak dan harga diri tinggi, Kamelia turun dari wastafel dan juga menegakkan bahu rampingnya, ia menghidupkan air di shower tak peduli dengan raut wajah suaminya yang bingung. Biarkan suaminya dengan bangga menepati janji untuk tidak menyentuh dirinya.
Amran menatap istrinya yang berdiri tegak penuh harga diri karena penolakan darinya. Ia mengepalkan kedua tangannya sambil memperhatikan istrinya sudah mandi tanpa menunggu dirinya lagi. Well, ia memang tidak bisa ikut mandi bersama tanpa ada niat menyentuh tubuh istrinya itu.
Dengan kesal Amran menghidupkan air di bathtub saja karena istrinya mandi di shower. Tubuh ramping Kamelia membuat Amran selalu menelan air ludahnya. Ia memang tipe lelaki yang menyukai kaki jenjang seperti milik Kamelia. Fantasinya melayang-layang jika melihat kaki panjang itu. Melingkar di pinggangnya ketika ia bergerak di tengah sang istri. Amran mendengus membuang khayalan itu. Ia masuk ke dalam bathtub ketika air sudah hampir penuh.
Keduanya jadi mandi sendiri-sendiri tanpa ada kegiatan yang lain. Kamelia tidak peduli dengan suara suaminya yang mengerang ketika ia mengusap seluruh tubuhnya dengan sponge berbusa. Itu memang kemauan suaminya juga yang tidak mau menyentuh dirinya. Ia setidaknya punya kekuatan untuk tidak menangis karena di perlakuan seperti ini.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA SANG PHOTOGRAPHER {Geng Rempong : 9}
RomantizmAmran Surano seorang photographer yang memulai karirnya dari bawah. Terus mengembangkan sayap juga dibantu oleh keluarganya walaupun dirinya ingin mandiri. Sang ibu tiri, berusaha menjodohkannya dengan seorang wanita bernama Ranti. Namun, ia tidak m...