Suara tangisan bayi lelaki yang sangat kencang terdengar dari ruangan persalinan. Amran menyeringai sekaligus berkaca-kaca lantaran anaknya terlihat sehat walaupun melahirkan secara caesar dan posisi sungsang.
"Kamu terlihat tampan nak, aku sudah menjadi seorang papa muda.. iya kan dok? Papa muda yang keren..?" bisik Amran di dekat pipi anaknya yang sudah bersih tersebut.
Anaknya menangis dengan keras. Dokter Puspa meletakkan si anak di dekat Kamelia dan di suruh untuk meminum ASI dengan segera.
Kamelia meringgis karena anaknya segera minum ASI dengan isapan kuat.
"Astaga nak.. pelan-pelan saja.. " ujar Amran dengan terkekeh senang karena melihat tabiat anaknya.
Dokter Puspa ikutan terkekeh melihat cara anaknya Amran menyusui itu.
"Iya nak.. pelan-pelan saja, apa kamu barusan meraton di dalam perut mama..?" ucap Kamelia dengan tersenyum sambil agak meringgis.
Setelah menyusui, dokter Puspa segera memerintahkan para perawat membereskan seluruh peralatan.
Kamelia di pindahkan ke ruang tersendiri, si baby di letakkan dekat ibunya itu.
Amran sangat bahagia, lelaki ini memeluk ibunya Tri tersebut dengan erat membuat bu Marta terkekeh begitu juga dokter Vidi yang sudah datang duluan ke rumah sakit.
"Kakak mana bu..? Emran juga mana..?" tanya Amran dengan suara bahagia. Amran sih tahu kalau kakaknya sedang ada urusan.
"Syarif masih mengurus sesuatu, mungkin sebentar lagi datang. Sedangkan, Emran.. hmm.. dia agak badmood tadi jadi ibu hanya bilang kalau mau ke rumah sakit sebaiknya di antar oleh sang bidan, ehh.. pengawasnya.. " bu Marta agak menutupi keadaan Emran.
Amran yang sangat jarang menghubungi adik kembarnya itu jadi bersalah.
"Hmm.. maafkan aku ibu, aku sangat jarang bertemu dengan Emran akhir-akhir ini.." balas Amran lembut.
"Hmm.. tidak apa-apa nak.. Emran akan mengatasi hal ini nanti dengan baik.. " ujar bu Marta sambil mengusap-usap bahu anaknya itu.
Amran mengangguk lalu menerima telepon dari semua teman-temannya yang semuanya berebut untuk video call.
Keluarga rempong di Bandung salah satunya, siapa lagi kalau bukan Kusuma beserta ketiga anaknya yang kembar, wajah mereka makan memenuhi layar handphone, mau melihat baby Amran dan Kamelia.
"Uncleee.. mau lihat baby..?!" seru Anna pada Amran membuat lelaki itu mau menutup telinganya karena seruan penuh semangat tersebut.
"Sayannngg.. sabar dong.. mommy yakin uncle agak pusing melihat wajah kita penuh di layar handphonenya. Untung handphonenya mommy lumayan besar seperti layar TV.. " ujar Kusuma dengan setengah geli.
"Mommy berlebihan.." ucap Amar yang terdengar seperti ayahnya kalau berbicara.
Kusuma terkikik geli membuat Kamelia ikutan tertawa karena wanita itu membuat suasana menjadi heboh. Rendy hanya gelang-geleng kepalanya di belakang istrinya dan ketiga anaknya itu.
Lelaki jantan itu terlihat mengendong anak bungsu mereka, Kezia, yang menyanyikan lagu cicak di dinding berulang-ulang sambil mengajak ayahnya ikut bernyanyi.
Amran jadi menahan tawa melihat Rendy yang kalau di perusahaan terlihat gagah dan tegas tapi tidak bisa menolak anaknya untuk ikutan bernyanyi.
Rendy melotot pada Amran seolah mengetahui kalau papa muda itu mengolok dirinya.
Percakapan di antara anak-anak Rendy dan Kusuma sibuk di handphone. Kamelia menanggapi obrolan anaknya Kusuma dengan agak lelah.
"Nak.. cukup sayangku.. auntie sudah agak lelah.. beri salam perpisahan. Nanti hari Minggu kita akan berkunjung ke rumah auntie dan uncle. Ayoo.. anak-anakku.. beri auntie kiss..?"perintah Kusuma agak tegas membuat anak-anak langsung patuh.

KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA SANG PHOTOGRAPHER {Geng Rempong : 9}
RomansaAmran Surano seorang photographer yang memulai karirnya dari bawah. Terus mengembangkan sayap juga dibantu oleh keluarganya walaupun dirinya ingin mandiri. Sang ibu tiri, berusaha menjodohkannya dengan seorang wanita bernama Ranti. Namun, ia tidak m...