Hamil

1.2K 61 1
                                    

Kamelia belum sadar setelah operasi panjang selama 3 jam untuk membetulkan letak syaraf dan kulit wanita itu. Pihak Amran tidur secara gantian di depan pintu ruang IGD. Mereka mengelar tikar demi menunggui Kamelia. Setelah operasi, Kamelia masih tetap di ruang IGD dan pihak keluarga belum di izinkan untuk menjengguk.

Emran di suruh pulang, begitu juga Syarif. Amran duduk di lantai bersandarkan beton rumah sakit. Ayahnya menemani lelaki itu, pak Yanto juga di suruh pulang oleh bu Marta karena lelaki tua itu butuh istirahat. Pak Yanto menurut, lelaki itu pulang dengan Emran, Emran terpaksa harus menginap di rumahnya pak Yanto karena tidak ada orang di rumah dokter Vidi.

"Kenapa ujian ini silih berganti ya ayah..?" ratap Amran pada ayahnya.

Dokter Vidi mengusap-usap lengan anaknya. Ia sebagai dokter umum tidak bisa membantu menantunya karena ini bukan spesialistnya sebagai dokter. 

"Itu tandanya sang Pencipta lebih memperhatikan kamu nak di bandingkan yang lain. Sang Pencipta ingin melihat apakah kamu mampu untuk melewati dan mengatasi  ujian ini. Kamu jangan bersedih yang berlebihan, ayah juga sedih karena menantu ayah jadi seperti ini. Tapi, kamu harus kuat nak, karena jika kamu kuat kamu akan menjadi manusia yang lebih berkualitas." papar dokter Vidi lembut.

Amran merebahkan kepalanya di bahu sang ayah. Bu Marta mengelus punggung Amran menyalurkan kasih sayang. Mereka berpelukan dalam diam menunggu Kamelia di sana. Pak Sahid duduk di seberang mereka sendirian.

****

Setelah 3 hari kritis, Kamelia sadar, wanita ini shock karena wajahnya terasa perih dan juga di perban. Lalu, ingatan menyambar di dalam dirinya menyebabkan Kamelia mengamuk dan pingsan lagi. Setelah siuman, Amran yang berada di samping sang istri terus mensupport wanita itu agar tidak down lantaran semua kejadian ini.

"Aa.. tidak mungkin ini terjadi pada saya. Ini pasti mimpi Aa.. cubit saya, tampar saya Aa.. AA...?!!" seru Kamelia kalap menarik-narik pergelangan tangan Amran yang memegangi dirinya sambil tersedu-sedu. Wajahnya terasa sakit, ia tidak tahu seberapa parah wajahnya rusak. Tapi, rusak di dalam jiwanya ini yang lebih parah karena telah kotor. Ia di nodai lelaki lain yang bukan suaminya. Ia sih tidak merasakan sewaktu lelaki itu mengerjai tubuhnya karena keburu pingsan duluan.

Amran memegangi tangannya Kamelia dengan erat, air mata mengalir dari sudut mata Amran. Lelaki ini tidak tahan untuk melihat istrinya menderita. Ia tidak bisa menarik kembali kejadian ketika lelaki bejat itu mencicipi tubuh istrinya. Ia hanya ingin istrinya sembuh dari dalam jiwa. Perihal wajah yang rusak itu bisa di upayakan nanti jika mau, tapi itupun Amran tidak peduli dengan kecantikan wajah semata. Kecantikan dari dalam dirilah itu yang lebih penting untuk Amran.

"Tenanglah Melia, kita pasti bisa melalui hal ini.. Shh..." bisik Amran pada Kamelia lembut. Kamelia masih sesegukan, wanita ini sangat sedih karena mahkotanya yang di khususkan untuk suaminya telah di cicip orang lain.

"Aa.. saya kotor.. Saya seolah tidak layak untuk Aa..?" ratap Kamelia lalu mendorong tangan suaminya lantaran takut menodai lelaki itu.

Amran jadi terkesiap mendengar penuturan Kamelia dan dorongan tangan wanita itu.

"Tidak sayang.. tidak.. jangan ngomong seperti itu.." ucap Amran sedih.

Kamelia menolak pegangan Amran, wanita ini jadi histeris menyebabkan Amran memanggil perawat untuk menenangkan istrinya. Kamelia di tenangkan dengan bantuan perawat. Amran berdiri dari tempat duduknya untuk membiarkan perawat mengusap-usap lengannya Kamelia yang memberontak. Kamelia akhirnya tenang setelah lelah sendiri memberontak.

Amran mengusap wajahnya yang lelah, ia tiga hari di dekat istrinya terus. Keluarganya silih berganti untuk menjaga juga, tapi ia tidak pernah jauh dari sang istri. Amran mengepalkan kedua tanganya karena teringat ucapan kakaknya perihal Jepri yang menganiayai istrinya, ia ingin sekali datang ke kantor polisi tempat Jepri di tahan dan menghajar lelaki itu sampai babak belur. Giri menenangkan dirinya agar tidak bertidak di luar hukum yang berlaku. Amran bisa saja menyewa seseorang untuk memukuli Jepri di dalam tahanan. Lelaki itu akan menerima hal itu janji Amran pada dirinya sendiri.

****

Proses hukum Jepri berjalan sebagaimana mestinya, pengacara yang di gandeng Amarn ada dua. Satu dari perusahan HARYOG satunya dari sang kakek. Pak Yanto berjanji membuat Jepri membusuk selamanya di dalam penjara, lelaki tua ini sangat menderita melihat cucunya bersedih lantaran perbuatan Jepri.

Ketika proses hukum berjalan. Kamelia menjalani serangkaian operasi pembetulan urat syarap dan kulit. Kamelia terus di support keluarganya. Wanita ini terkadang tidak mau menjalani prosedur pengobatan karena merasa itu semuanya tidak di perlukan. Dirinya sudah kotor itu anggapan Kamelia pada dirinya sendiri.

Belum selesai satu ujian selesai, Kamelia di hadapkan dengan kenyatakan kalau wanita tersebut mengandung dalam usia muda. Sontak keluarga semaunya bahagia, tapi Kamelia tidak bahagia karena wanita ini merasa itu anak dari lelaki bangs*at yang sudah mencicipi tubuhnya. Pihak keluarga pun di hantui perasaan cemas lantaran persepsi Kamelia.

"Tidak nak.. itu anak kalian berdua. Lelaki brengs*ek itu tidak akan mampu membuat kamu mengandung. Bukankah kamu dan Amran sudah menyatu sebagai suami istri?" ucap bu Marta di kamar Kamelia. Amran terdiam di sisi istrinya itu, otaknya seakan berkabut karena berita kehamilan yang seharusnya bahagia ini jadi  terindikasi oleh praduga tentang anak dari lelaki lain.

"Iya bu.. tapi.. kami hanya.. hmm.. itu..?" pipi Kamelia merah pada karena ini urusan pribadinya.

"Nak, ini anak kalian berdua, yakinlah itu.." tutur bu Marta penuh keyakinan.

Amran menutup wajahnya dengan lelah. Ia tidak peduli itu anak siapa, ia akan membesarkan anak tersebut. Tapi, ia yakin itu anaknya. Tidak ada keraguan di dalam dirinya.

"Aa..?" panggil Kamelia dengan lembut tapi sedih. Wajah wanita ini masih di perban. Mata, lubang hidung dan mulut saja yang terlihat dari perban tersebut.

Amran mendekati istrinya lalu mencium kepala wanita tersebut. Rambut Kamelia di botaki demi mempermudah proses perawatan. Kamelia berkaca-kaca merasakan kasih sayang sang suami pada dirinya. Ia sepertinya mau meledak menerima semua ini secara mendadak. Ia sangat ketakutan. Ia takut suaminya ini tidak akan menerima bayi di dalam kandungannya, ia tidak mampu untuk menghilangkan bayi ini dari rahimnya.

"Tidak sayang.. anak ini anak kita.. jangan punya pemikiran yang tidak-tidak sayang. Ini anakku, ingat itu baik-baik.." ucap Amran penuh keyakian pada Kamelia.

Kamelia menangis dalam diam. Amran mengusap-usap punggung Kamelia dengan lembut. Kamelia di rawat secara intensif di rumah, ada dokter khusus yang datang setiap hari untuk mengecek kondisi Kamelia. Pihak keluarga mengerahkan segala sesuatu untuk kesembuhan Kamelia.

Kamelia merasa beruntung bersuamikan Amran. Lelaki baik dan pengertian yang bisa memahami kondisi atas apa yang ia hadapi.

Ia saja merasa ngeri karena mengandung setelah kejadian yang menimpa dirinya ini.

"Kamu fokus dengan kesembuhan kamu dulu Melia.. aku akan mengurus yang lain. Anak kita juga butuh nutrisi, kamu makan yang teratur ya..?" ucap Amran penuh cinta.

Bu Marta mengusap air mata yang jatuh di pipinya melihat betapa sayang dan cinta Amran kepada istrinya itu. Kamelia saja kalau di lihat bu Marta agak takut menghadapi kehamilan tersebut. Takut suaminya tidak menerima anak yang di dalam kandungan wanita tersebut.

"Ayo.. kamu istirahat dulu.. nanti aku bantu untuk makan malam." lanjut Amran sambil mengusap sayang kepalanya Kamelia.

Kamelia mengangguk paham. Ia di persiapkan untuk istirahat. Ia sangat sedih karna tidak bisa melayani suaminya. Ia berharap semoga semuanya baik-baik saja.

Bu Marta mencium kepala Kamelia lalu memeluk Amran untuk menyemangati lelaki tersebut. Amran mengangguk lalu keluar dari kamar untuk membiarkan Kamelia istirahat dengan tenang. Amran mau mengecek bisnis studionya yang agak terbengkalai lantaran masalah ini.

Amran turun ke ruang kerjanya. Ia jadi kepikiran bagaimana jika janin di dalam kandungan Kamelia itu anaknya Jepri, lelaki itu berhak tahu, Ia tidak mau menyembunyikan hal tersebut dari lelaki itu, tapi ia akan merawat anak ini seperti anaknya sendiri jika terbukti benar itu bukan anaknya. Ia akan menjadi ayah yang hebat dan baik untuk anak mereka nanti. Amran menarik napas panjang lalu mulai berkutat dengan urusan studionya.

****

CINTA SANG PHOTOGRAPHER {Geng Rempong : 9}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang