Amran yang bertindak sebagai papa muda terlihat sangat bahagia, setiap hari di studio, lelaki ini mencetak photo hasil jepretannya untuk sang bayi. Satu hari satu photo. Itu kegiatan Amran untuk bayinya. Photo itu nanti akan di masukkan dalam album sebagai pengingat jika Kamran sudah dewasa.
Photo Kamelia yang sedang menyusui pun ada. Terlihat sangat seksi tapi hanya Amran yang bisa menikmati photo tersebut karena Amran tidak rela, keindahan tubuh istrinya di bagi ke mata lelaki lain.
"Hmm.. luar biasa kamu nak.. kamu sangat tampan.. dan mama kamu sangat cantik.." bisik Amran pada bayinya yang berada di photo dan photo sang istri yang baru bangun tidur dengan raut wajah mengantuk.
Usaha studio Amran bergerak semakin maju, lelaki ini menambah lagi staffnya untuk membantu jika Adam dan Riki sedang ikut dengan dirinya ke luar kota atau ada kegiatan pemotretan yang lain.
Amran lalu memasukkan photo yang sudah di cetak tersebut ke dalam album. Sudah 22 lembar photo yang ada di dalam album photo. Amran sangat mencintai keluarga barunya ini. Ia berharap tidak ada lagi kejadian yang menggangu ketenangan dari pernikahannya. Urusan Vivi sudah di tangguhkan oleh Kamelia karena wanita ini ingin fokus dengan Kamran, si dukun yang terlibat dalam urusan Vivi di lepaskan karena Amran mengatakan tidak perlu untuk menahan lebih lama karena sang istri tidak mau membuat dukun itu ikut terlibat dalam kehidupan mereka.
Kamelia yakin, si dukun mungkin jera karena membantu Vivi dalam meracik ramuan untuk Amran. Dan, Kamelia beranggapan juga kalau Vivi pasti sangat menyesal juga ketakutan lantaran karirinya bisa saja meredup jika masuk ke balik jeruji. Amran pulang ke rumah hampir jam makan malam. Lelaki ini langsung mandi dan turun kembali ke ruang makan untuk bersantap bersama sang istri.
"Kita fokus saja ke urusan Kamran ya Aa..? Urusan yang lain nanti deh.." ucap Kamelia di kala Amran dan wanita itu nonton TV setelah selesai makan malam. Ibu mereka sudah pulang ke rumahnya sendiri.
"Iya Melia.. kita fokus untuk urusan Kamran.." balas Amran sambil mengecup pipi sang istri. Lelaki ini mengusap lengan istrinya juga dengan lembut.
"Aa..?"
"Hmm..?"
"Alamat lama Aa untuk hmm.. itu.." pipi Kamelia merah padam. Amran menyeringai lebar pada sang istri. Ia paham maksud istrinya ini.
"Tidak apa-apa Melia.. toh, kamu habis Caesar, mungkin lebih dari dua bulan aku bisa..hmm.. itu..?" balas Amran sambil terkekeh.
"Ighh.. tidak segitunya juga kali Aa.." jawab Kamelia terkikik karena suaminya menaikkan alisnya secara bercanda sambil melirik ke arah tubuh bagian bawahnya. Amran memeluk istrinya dengan lembut dan memangku wanita itu di perutnya.
"Hmm.. tidak ada rotan, akar pun jadi Melia.." bisik Amran dengan mata bersinar membara. Lelaki ini menurunkan leher gaun istrinya dan mengecup pundak mulus milik sang istri. "Aku tidak akan menyakiti kamu Melia.. aku sangat mencintai kamu.." Amran menjilati sisi atas dari dada sang istri membuat wanita itu malah mendekatkan tubuhnya ke arah sang suami.
"Hmm.. kalau begitu, saya akan mengurus tripod ya Aa.. Sedangkan, Aa silahkan menikmati saja.." balas Kamelia dengan suara serak di dekat telinga suaminya.
Amran hanya menganggukkan kepalanya karena agak puyeng menerima semua dari sang istri. Jari lentik istrinya sudah sangat lihat di tubuh bagian bawahnya itu. Sedangkan mulut Amran sibuk dengan urusan yang lain. Keduanya menikmati moment yang ada, dan untuk urusan akar, Kamelia sangat ahli karena sudah ikut mendesah senang karena suaminya melayang-layang di buat oleh kelincahan tangannya itu.
Amran sih tidak membiarkan dirinya sendiri yang bahagia. Ia lelaki yang tidak egois, ia setidaknya bisa memberikan rasa 'meremang' pada sang istri ketika ia mencicipi tubuh sehat setelah istrinya ini melahirkan. Toh, yang di 'bedel' itu perutnya sang istri, bukan tubuh bagian kesukaan Amran. Istrinya mengeliat-geliat menerima semua perlakuan manis dan lembut dari Amran.
"Seperti pepatah beib, tidak ada rotan akar pun jadi.." suara Arman terdengar mengeram dari bawah tubuh Kamelia.
****
Usia Kamran sudah 3 bulan, Kamelia melanjutkan proses 'perawatan' wajahnya akibat terkena siraman air keras. Seluruh keluarga sudah konsultasi dengan pihak dokter spesialis. Mereka berharap semuanya berjalan lancar. Mereka tidak ingin mengubah bentuk wajah Kamelia, hanya memperbaiki letak kulit yang mengkerut serta terbakar agar terlihat lebih 'rapi'.
Persiapan semuanya sudah di lakukan. Operasi di adakan di Bandung menggingat dokter yang melakukan operasi ada di salah satu rumah sakit besar Bandung, keluarga Rendy membantu dalam hal akomodasi penginapan untuk keluarga Amran. Syarif jadi bolak-bolik untuk membantu Amran mengurus berkas Kamelia. Lelaki ini bernostalgia ketika mampir ke rumahnya Rendy.
Teman-teman yang lain membantu lewat do'a dan support untuk Kamelia. Mereka akan ke Bandung setelah operasi selesai.
Kamran di ajak ke Bandung dan menginap di rumahnya Rendy. Anak-anak Kusuma itu sangat senang melihat Kamran di rumah mereka. Bu Widjayanti dan ayahnya Rendy juga menerima dengan tangan terbuka untuk kedatangan keluarga Amran.
"Sebaiknya kita istirahat saja dulu, operasi sudah selesai di lakukan.." ucap bu Widya pada bu Marta beserta keluarga Amran yang lain seperti Amel dan ketiga anaknya itu. Amran sedang berada di rumah sakit bersama Syarif.
Mereka semua mengangguk paham. Kusuma turun ke ruang keluarga dan memeluk Amel dengan erat.
Ketiga anak kembar wanita langsing itu berlarian dari atas ke ruang keluarga membuat Rendy yang baru masuk ke ruang keluarga dari pulang kerja berteriak pada mereka.
"BOYS.. GIRL.. ASTAGA.. DADDY AKAN KENA SERANGAN JANTUNG KARENA KALIAN BERLARIAN SEPERTI ITU..?!"
Semua orang terdiam mendengar suara Rendy. Kedua anak kembar Amel ikut mematung. Untung anak Amel yang berusia 5 bulan sedang tertidur lelap dan sudah di bawa duluan ke kamar tamu oleh baby sister.
"Daddy..?" suara Anna agak takut tapi penasaran melihat sang ayah menarik napas dengan teratur berusaha menahan dirinya itu.
"Mas.. mereka anak-anak, suka dengan berlarian.. Mas tidak akan terkena serangan jantung.. " ujar Kusuma dengan lemah lembut sambil mendekati suaminya yang terlihat tegang, lalu mengusap-usap lengan kekasihnya itu.
Rendy menatap galak pada Kusuma, sang istri hanya mengangkat alisnya seolah berkata, 'Mas sangat tampan kalau sedang marah, saya jadi bergetar..' Rendy mendengus membuat Kusuma terkekeh.
Semua orang yang melihat jadi terpesona lantaran Rendy langsung luluh di hadapan sang istri. "Mungil, kelakuan anak-anak ini berasal dari kamu yang suka berlarian sewaktu mengandung.." bisik Rendy pada Kusuma.
"Iya.. iya.. saya salah mas.. maafkan saya, tapi mereka terlalu senang melihat Amel dan anaknya itu." balas Kusuma sambil mencubiti lengan suaminya gemas. Rendy mengeram di dekat Kusuma dengan penuh cinta.
Bu Widya tersenyum lebar, wanita ini membimbing semua keluarga untuk duduk di sofa.
"Mbok.. bawakan camilan dan air minum..?" ujar ibunya Rendy ini.
Amel tersenyum kecil melihat kedua anak kembar sudah bermain dengan ketiga anak kembar Kusuma itu.
Percakapan santai terdengar dari ruang keluarga Rendy itu. Mereka menunggu kabar selanjutnya dari keadaan Kamelia yang masih di ruang operasi. Amel tidak bisa menemani suaminya di sana karena masih ada bayi yang harus di urus. Emran tidak bisa juga ikut ke Bandung karena lelaki itu walaupun sedang sakit kaki menerima proyek lukisan dari pemerintahan Bogor yang di kerjakan di rumah ayah mertuanya itu. Kakeknya Syarif sudah berulang kali mengajak Emran untuk tinggal di rumah lelaki tua itu, rumah pak Yanto memang besar dan hanya di tinggalin oleh lelaki itu sendiri beserta para asisten rumah tangga. Tapi, Emran selalu menolak secara halus karena tidak mau merepotkan kakeknya Syarif ini.
"Nah, anak-anak, cuci tangan kalian, lalu nikmati camilan sehat yang sudah tersedia. Cukup bermainnya, waktunya istirahat sebentar.. " ujar Kusuma dengan suara tegas. Semua anak kembar itu menuruti perintah Kusuma. Bahkan, Ridwan dan Annisa dengan senang hati mengikuti langkah kaki Amar, Amir dan Anna menuju wastafel dekat ruang makan.
Rendy tersenyum lebar. Lelaki ini sangat bangga pada istri mungilnya itu. Wanita hebat yang bisa membuat dirinya jatuh cinta tanpa melihat kecantikan dari luar saja.
Cantik dari dalam itu penting, urusan luar ia bisa melimpahkan istrinya uang jika untuk merawat tubuh ataupun pakaian batin Rendy bahagia.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA SANG PHOTOGRAPHER {Geng Rempong : 9}
RomanceAmran Surano seorang photographer yang memulai karirnya dari bawah. Terus mengembangkan sayap juga dibantu oleh keluarganya walaupun dirinya ingin mandiri. Sang ibu tiri, berusaha menjodohkannya dengan seorang wanita bernama Ranti. Namun, ia tidak m...