Hambar?

1.4K 77 1
                                    

Kehidupan pernikahan setelah satu minggu yang hambar antara Kamelia dan Amran membuat Amran frustrasi. Ia melihat istrinya yang cantik itu tetap tenang ketika mereka tidur bersama di waktu malam atau di guyoni kedua orang Amran untuk cepat-cepat mendapatkan momongan.

Amran tidak tahu harus menjawab apa, tapi Kamelia tersenyum lebar seolah anak akan dengan mudah di dapatkan.

Emran yang ternyata masih berada di rumahnya Amran jadi kadang ikut berkunjung ke tempat Amran karena bu Marta mengajak dirinya ke sana. Lelaki itu memperlihatkan kalau kakaknya tidak terlihat bahagia, kakaknya hanya bersandiwara.

Ia tidak tahu kenapa kakaknya seperti itu, apa Kamelia tidak seperti harapan kakaknya batinnya agak risau.

Tapi, sepertinya ini masalah yang lain. Emran berharap semoga kakaknya menemukan kebahagiaan di dalam pernikahan. Ia sendiri tidak pernah menjalin hubungan jadi ia tidak bisa memberikan kakaknya pendapat.

"Nak.. apa kalian akan berangkat bulan madu. Kakek waktu itu sudah mau menyiapkan paket tour honeymoon.. " ucap bu Marta pada anaknya dan Kamelia ketika mereka duduk di ruang keluarga rumahnya Kamelia ini.

Amran dan Kamelia tersentak. Mereka sih belum di informasikan oleh pak Yanto.

"Tidak bu.. kakek belum ada omongan, kalaupun ada sebaiknya nanti saja, soalnya Selasa ini aku harus melakukan pemotretan ke luar kota." ucap Amran santai. Well, ia memang sudah menandatangani kontrak dengan sebutan pihak periklanan untuk memotret model di Yogyakarta. Ia akan berada di sana selama satu minggu. Ini bagus untuk menjauhkan dirinya dari sang istri.

Kamelia dan bu Marta agak terkejut, dokter Vidi dan Emran saling berpandangan.

"Nak, apa ini tidak terlalu cepat..?" tanya bu Marta agak mengernyit.

"Tidak bu.. kan aku juga harus bekerja biar Kamelia tidak terlantar.. " ujar Amran kalem tapi mendalam.

"Aa.. saya mah tidak mungkin terlantar.. Saya juga bekerja kok.."  balas Kamelia.

"Aku tahu kamu bekerja beib maka dari itu aku tidak mau kamu terlalu banyak bekerja.. " lanjut Amran agak keras.

"Tidak bekerja bagaimana Aa.. saya kan harus mengurus kelas modeling..?" tanya Kamelia jadi bingung.

"Hmm.. kamu tidak harus bekerja Melia.. kamu bisa di rumah mengurus segalanya dari sini saja, kamu mungkin lelah harus pulang pergi Jakarta-Bogor setiap hari.. " tukas Amran tidak setuju. Ia tidak ingin Kamelia kecapekan.

Kamelia menarik napas karena suaminya khawatir ia kelelahan. Ia senang sekaligus agak tersinggung karena ia mampu kok bekerja seperti itu jika keadaannya mengharuskan.

"Tapi Aa..?"

"Sudah..! Tidak usah di debatkan.. " potong Amran dengan mata berkilat agak kesal.

Mulut Kamelia mengerucut membuat Amran ingin sekali melahapnya. Emran tersenyum geli melihat kakaknya menahan diri pada sang istri. Ia duduk di kursi roda saja seharian bete terus, melihat kakaknya berdebat di sini agak menghibur. Amran menoleh pada Emran dan memelototi adiknya seolah tahu apa yang berada di otak sang adik.

"Sudah-sudah.. jangan berdebat. Nak Melia nanti pikirkan sekali lagi ya sayang.. kamu bisa kok memindahkan pengawasan kamu di sini jika terlalu capek bekerja bolak-balik. Bisa juga jadwal ke Jakarta nanti 3 hari sekali.. " ucap bu Marta masuk akal.

"Nah.. itu bagus toh nak.." dokter Vidi ikutan nimbrung.

Emran jadi ikutan manggut-manggut. Ia saja memindahkan lokasi melukis di rumah ayahnya demi masa penyembuhan dan rawat jalan.

CINTA SANG PHOTOGRAPHER {Geng Rempong : 9}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang