Test DNA

1.2K 70 6
                                    

Hari berganti hari, semua makhluk di bumi ini melakukan tugasnya masing-masing.

Emran belum di beritahukan soal saudara kembar yang lelaki itu punya. Lelaki ini sedang ada di Brunei Darussalam untuk memberikan sedikit masukan kepada para mahasiswa jurusan art di sana yang ingin menjadi seorang pelukis.

Menjadi pelukis memang tidak mudah, apalagi di zaman era modern seperti ini semua orang kadang tidak terlalu hirau dengan sebuah lukisan. Namun, Emran yang berjiwa seni tinggi terus mengisi otaknya untuk lebih canggih di zaman seperti ini. Ia bisa melukis di media manapun. Kayu, kaca, dinding, ataupun kanvas. Ia sudah mengembangkan teknik agar bisa menghasilkan karya sekaligus mendulang rezeki. Tidak banyak tapi cukup. Bukankah yang cukup itu lebih baik daripada yang berlebihan.

Sementara Emran sibuk di Brunei, saudaranya yang masih di Bogor menanti dalam hati harap-harap cemas. Amran tidak keluar dari studionya, lelaki itu sibuk di sana. Para pegawai tidak ada yang usil dengan urusan sang bos. Mereka tahu kalau pernikahan bos mereka mundur, tapi itu mungkin menunggu waktu yang tepat saja. Mereka malah mengharapkan yang terbaik untuk bos mereka ini. Ada sih tetangga yang usil bin kepo bin julit mencari tahu kenapa pernikahan Amran di mundurkan. Bu Marta seketika mengeluarkan taringnya untuk membela anaknya yang di pergunjingkan.

Amran di katakan kurang kaya untuk meminang seorang wanita dari keluarga Sahid.

Bu Marta yang mendengar hal itu langsung mengatakan kepada asisten rumah tangganya kalau Amran memang belum jadi menikah dengan Kamelia. Ada jeda waktu yang di butuhkan untuk kembali mempersiapkan pernikahan tersebut. Dan satu lagi, kalau Amran mundur menikah itupun tidak minta biaya dari mereka atau merugikan siapa pun.

Bu Marta memerintahkan si asisten untuk mengatakan seperti yang ia katakan ketika asisten ini ke warung sayur yang biasa menjadi tempat gosip ibu-ibu di daerah mereka ini. Si asisten mengangguk dan mulai melakukan apa yang di perintahkan sang nyonya rumah.

Bu Marta yakin, hasil tes DNA akan negatif, pak Sahid mungkin ingin balas dendam dengan suaminya, Vidi. Lelaki itu mungkin sakit hati lantaran ibu kandung Amran lebih memilih seorang lelaki sederhana yang baik budi seperti Vidi. Bu Marta juga berpikiran agak ganjil perihal pengakuan pak Sahid. Sinar mata pak Sahid agak puas ketika melihat suaminya sedih. Itu bukanlah sikap seorang teman untuk temannya yang lain.

"Saya mah yakin Amran anaknya akang Vidi, pak Sahid hanya sedang frustrasi saja melihat anak temannya ini mau menikahi anaknya. Lelaki itu mungkin berharap Amran dan Emran adalah anaknya. Kalau memang Emran anaknya, kenapa tidak di asuh oleh lelaki itu saja. Berarti lelaki ini tidak ada ikatan batin dengan sang anak. Yah.. itu dia.. Dasar pak Sahid!! Tega sekali itu menyakiti Amran dan Kamelia."

Bu Marta mengepalkan kedua telapak tangannya karena geram. Ia tidak sabar menunggu hasil tes tersebut untuk mendamprat pak Sahid jika insting dirinya sebagai seorang ibu yang walaupun bukan ibu kandung Amran terbukti benar. Ia sangat kasihan kepada Kamelia lantaran ayah wanita itu bersikap tidak benar.

***

Dokter yang menangani masalah tes DNA memberikan informasi kalau hasil tes Amran dan pak Sahid sudah keluar.

Semua keluarga jadi was-was. Amran menguatkan dirinya untuk berpikir positif. Ia, Amran Surano, anak dokter Vidi Surano bukan Umar Sahid batin Amran yakin.

"Ayo nak kita ke laboratorium tempat tes DNA itu..? Kakek akan menemani kamu nak.. " ujar pak Yanto pak Amran. Lelaki itu memang berada di rumahnya dokter Vidi untuk menunggu telepon dari dokter yang menguji DNA Amran dan pak Sahid.

Amran mengangguk pelan. Pak Yanto tersenyum menyemangati cucunya ini. Cucu yang juga ia sayangi apapun hasilnya nanti. Lelaki muda hebat ini sudah ia masukkan ke dalam surat wasiat agar mendapatkan bagian jika ia sudah tiada nanti. Pak Yanto berharap cucunya ini menerima pemberian darinya.

CINTA SANG PHOTOGRAPHER {Geng Rempong : 9}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang