Kamelia

1.9K 112 1
                                    

Kamelia Huri Sahid, usia 24 tahun, model wanita yang sudah profesional. Ia sudah melanglang buana di dunia modeling untuk kategori nasional. Ia memang banyak di pakai untuk model iklan kecantikan juga catwalk. Catatan karirnya sebagai model bisa di sejajarkan dengan Janet Munandar, seorang mantan model yang sekarang sudah menikah dan mempunyai usaha sendiri dalam dunia fashion.

Kamelia juga membuka usaha sendiri yaitu kelas modeling untuk perempuan usia 12-17 tahun. Kelas untuk menyempurnakan kemampuan mereka dalam meniti hobi ataupun keinginan untuk menjadi seorang model.

Namun, kesuksesan dirinya ini tidak di barengi dengan mencari cinta. Untuk itulah ayahnya uring-uringan. Ayahnya seorang lelaki pengusaha sukses di bidang pemasok barang untuk perkantoran. Ayahnya mengenalkan dirinya kepada semua lelaki dari kenalan ataupun anak temannya. Dan tidak terlewatkan juga kali ini. Ia di haruskan menemui seorang lelaki di sebuah restoran untuk makan malam.

Kamelia sedang pulang ke Bogor minggu ini. Ia memang berada di Jakarta karena tempat usahanya di sana.

Kegiatan modeling ia ambil jika masih mempunyai waktu dan juga rasa sayangnya pada pihak agensi yang sudah banyak membantu dirinya untuk menjadi seperti ini. Yah, walaupun ini juga berkat kerja keras darinya sendiri. Namun, tanpa sang agensi ia tidak mungkin melesat jauh mencapai segalanya. Karir hebat dan uang lebih dari cukup walaupun hidupnya memang terlahir dari kalangan mampu.

"Non.. bagaimana ini.. tuan bisa marah denganku nanti.. aduh.. kok dandannya seperti orang gila sih..?"

Rere, asisten pribadinya, sekaligus anak perempuan dari asisten pribadi ayahnya ini melotot menatap Kamelia berdandan menor dengan wajahnya juga di tempeli tahi lalat lumayan besar di antara bibirnya membuat Rere tersedak ingin tertawa.

"Non.. Non akan membunuhku jika keadaan ini di ketahui tuan dan juga ayahku.. aduh non.. itu jepit bulu-bulu.. nanti bulunya lengket di makanan. Non Lia kan mau makan di restoran itu..?"

Rere histeris terus di toilet wanita di sebuah restoran ternama di kota Bogor demi melakukan aksinya untuk keberapa kalinya menghindari perkenalkan dengan lelaki yang di 'petik' ayahnya untuk dirinya. Well, ia akan berdandan menor bin norak untuk membuat para lelaki itu kabur. Mata di berikan eyeshadow berwarna merah menyala, alis di bentuk ala-ala sincan alias tebal tidak beraturan, perona pipi yang juga terlalu merona serta lipstik berwarna hitam yang sungguh tidak match itu dengan segala riasan yang ada.

Kamelia sih sudah mendapatkan reaksi dari lelaki sebelumnya, reaksi mereka lain-lain, ada yang langsung berlari, memolot padanya seolah ia gila, memaki, tapi untung tidak ada yang menyiramkan air ke mukanya.

Kamelia memantapkan hatinya, ia menenangkan Rere yang sekarang memucat.

"Re.. tenanglah.. ini mah jadi biasa untuk saya. Ayah sih memaksakan kehendaknya. Apa ayah tidak memikirkan perasaan saya..?" suara Kamelia jadi agak sendu. Ia sudah tidak mempunyai ibu lagi sekitar 5 tahun yang lalu. Ibunya sakit mendadak seperti kena angin kejut yang menyebabkan tidak bisa bernapas lantaran sesak.

Rere jadi ikutan sedih, ia memahami betul keadaan dari Kamelia. Ia sudah menganggap wanita cantik ini sebagai kakak perempuannya. Ia sudah ikut bekerja di rumahnya pak Husain Sahid setelah tamat sekolah SMU. Ia sih sambilan menempuh kuliah di jurusan ekonomi manajemen. Ia sih belum tamat, sekitar 2 semester lagi.

"Well, sudahlah Re.. ayo.. let's go. Kamu tunggu saya di seberang restoran ini saja, ada cafe murah di sana. Ini..bawa untuk kamu menyamil.. " Kamelia memberikan yang lembaran seratus ribu pada Rere.

"Tapi non.. ini kebanyakan.." Rere melotot pada uang warna merah itu.

"Ahhh.. tidak usah menolak.. ini mah rezeki dan uang pelicin.. Hehe.. " Kamelia terkekeh lalu membenarkan letak tahi lalat di atas bibirnya itu.

CINTA SANG PHOTOGRAPHER {Geng Rempong : 9}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang