Jahat

1K 62 3
                                    

Kamelia terduduk di samping suaminya. Syarif mengendong Annisa yang menatap sang paman dengan tatapan menyelidik.

"Uncle jahat.. " bisik Annisa.

Amran, Kamelia dan Syarif terkesiap mendengar ucapan Annisa tersebut.

"Kenapa uncle jahat nak.. ini terjadi bukan kehendak uncle Amran..?" ucap Syarif pada anak perempuannya itu yang mengisyaratkan kalau Amran sudah tidak setia pada Kamelia.

"Bukan jahat seperti itu abi.. tapi jahat karena tidak mencium Nissa.  Nissa rindu uncle.. " lanjut bocah perempuan ini.

Syarif mendesah lega, begitu juga Kamelia. Ayah Annisa mendekati Syarif yang duduk di sofa, Amran mengambil Annisa dari gendongan Syarif, memangku bocah perempuan nan mengemaskan tersebut kemudian mencium pipinya dengan lembut.

Annisa memeluk leher Amran dengan erat. Anak istimewa Syarif ini mencium pipi pamannya dengan kasih sayang.

"Uncle tidak akan Nissa biarkan menjauh dari auntie.. " mata Annisa berkilat seperti geram dengan sesuatu. "Nissa memang tidak bisa membantu uncle lebih banyak, tapi Nissa punya abi dan umi yang akan segera membantu uncle jika dalam kondisi sulit."

Annisa mengulurkan tangannya dan mengusap-usap pipi Amran secara berulang-ulang.

"Uncle memang jahat, uncle membuat model itu terjatuh dari ranjang dan wanita ini terjungkal berulang kali.. " Annisa terkikik geli seolah bisa melihat apa yang sudah di lakukan Amran pada Vivi.

Ketika orang dewasa itu saling berpandangan dan tidak mengerti apa yang di katakan Annisa.

"Apa maksud perkataan Nissa ini ya kang..?"  tanya Kamelia pelan pada Amran. Suaminya Kamelia itu hanya bisa menggelengkan kepalanya.

Syarif agaknya lebih paham maksud dari anaknya. Ayah keren ini tertawa terbahak-bahak membuat Annisa melonggo lalu ikutan tertawa senang sambil bertepuk tangan.

"Apa-apaan ini..?" bisik Amran pada Kamelia.

Kamelia yang kali ini menggeleng tidak mengerti.

"Anakku.. kamu sangat cerdas dan istimewa.. ayah sangat berterima kasih karena ucapan kamu ini membuat ayah senang." ujar Syarif sambil mengambil Annisa dari pangkuan paha Amran.

Syarif memeluk Annisa dengan erat. "Abi.. Nissa mengantuk.. Nissa bobok di sini saja ya sama uncle dan auntie..?" ucap Annisa memohon pada ayahnya.

"Tapi nak.. uncle dan auntie mungkin lelah juga.. " ucap Syarif pada anaknya itu.

"Nissa tidak nakal kok abi.. Nissa tidak akan menendang auntie ataupun uncle.. Nissa janji.." lanjut Annisa sambil menatap ayahnya dengan mata besar memohon.

"Tidak apa-apa kang.. Annisa bisa tidur dengan kami jika mau.. " ujar Kamelia dengan lembut. Wanita ini percaya dengan adanya Annisa, Amran tidak akan bersikap aneh lagi.

"Iya kak, tidak apa-apa.. aku akan menjaga Annisa. Kakak tidur saja di sini juga..?" Amran ikutan berbicara.

"Tidur di sini.. Ran.. mana muatlah aku tidur di sini..Kalian saja sudah memenuhi tempat tidur itu.. " tunjuk Syarif dengan jahil karena keadaan adiknya sudah mendingan.

Amran mengerang keki pada kakaknya itu.

"Bukan di ranjang itu kak.. tapi di kamar tamu.." geram Amran kesal pada kakaknya.

"Iya.. iya.. baiklah.. tidak mungkin kan aku tidur seranjang dengan kalian.. " tutur Syarif dengan menyeringai lebar.

Kamelia tersenyum. Syarif membaringkan Annisa di sisi kiri tempat Amran biasa tidur.

CINTA SANG PHOTOGRAPHER {Geng Rempong : 9}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang