Lombok

883 55 1
                                    

Amran pergi ke Lombok dengan perasaan agak resah. Lelaki ini merasa ada hal yang menunggu dirinya di sana. Tapi, tidak tahu apa. Ia sudah menyelesaikan masalah Ramlan, lelaki itu akan menghadapi tuntutan dari istrinya tentang pemerasan dan pencemaran nama baik.

"Kang.. Ini nanti bagus ya kalau di pakai untuk pemotretan.. " ujar si model aduhai bernama Vivi tersebut. Seorang model yang di pakai untuk iklan parfume ini. Model yang ketemu dengan Amran sewaktu lelaki itu menanyakan bu Lani. Vivi menunjukkan syal bulu-bulu yang memang akan di pakai nanti.

"Iya.." balas Amran pendek.

Vivi menggigit bibir bawahnya dengan gaya gemas lantaran melihat sikap Amran yang dingin. Wanita ini merasa sangat penasaran dengan Amran.  Vivi menganggap Amran tipe lelaki dingin di luar tapi sangat panas di dalam.

"Akang Amran kok agak jutek sih..?" suara Vivi terdengar keki.

Amran yang sedang memasang peralatan untuk pemotretan tidak menghiraukan ucapan wanita ini. Pemotretan akan terjadi sekitar 30 menit lagi. Tapi, wanita itu sudah tidak sabaran untuk menemui Amran.

Amran membawa dua staff laki-laki. Sedangkan, pihak agensi sudah mempunyai staff untuk make-up dan baju. Lelaki ini sibuk mengurus urusannya tanpa mau melandeni Vivi secara serius. Amran tahu kalau model ini mencari perhatian darinya. Apa si model tidak melihat cincin nikah berwarna putih di jari sebelah kirinya batin Amran keki.

Vivi sangat suka memperhatikan Amran yang sigap mengurus perlengkapan pemotretan. Tubuh tinggi dan kuat itu sangat lentur. Vivi sampai menggigil melihat ke arah tubuh Amran di bawah perut. Wanita ini mendesah sendiri dengan perutnya terasa geli seolah ada seseorang mengusap kulitnya di sana.

Ketika bu Lani mengumumkan kalau pemotretan harus segera di mulai. Amran sudah stand by dengan kamera di tangannya. Pemotretan awal berada di dalam ruangan untuk memperkenalkan parfume. Besok pemotretan akan berada di luar. Kemungkinan besar sih pantai.

Satu jam pemotretan untuk sesi pertama itu berjalan lancar untuk Amran. Vivi ketika bereaksi di depan Kamera sangat hidup, Amran sampai mengunci matanya agar fokus ke dunia photographi bukan ke arah tubuh yang memang di potret agak sedikit sensual tersebut.

"Kita sukses hari ini pak Amran..  " ujar bu Lani seraya menyalami Amran.

Amran membalas salaman tangan bu Lani dengan mantap.

"Iya bu.. sukses.." balas Amran dengan nada profesional.

Para kru lainnya juga bersalaman untuk penyemangat. Setelah itu mereka membereskan semua peralatan.

Amran juga mengurus peralatannya untuk di cek. Ia akan mengerjakan tugasnya dengan baik.

"Kang.. ini kita langsung saya masuki ke ruangan kita di atas ya..?" ucap Adam pada Amran menunjuk kepada box lumayan besar berisi perlengkapan pemotretan.

"Iya.. langsung saja.. aku juga mau ke kamar sebentar lagi.. " balas Amran ramah.

Vivi yang kebetulan mendengar hal itu jadi agak keki karena Amran hanya ramah kepada staffnya saja dan bu Lani. Sedangkan padanya tidak sama sekali. Lelaki itu akan menerima sesuatu dariku nanti batin Vivi geram. Wanita ini sebenarnya sudah menyiapkan sesuatu untuk mendekati Amran. Ia tahu Amran sudah menikah, itulah yang menambahkan daya tarik lelaki tersebut. Sudah berpengalaman untuk urusan kesenangan dalam ranjang pernikahan.

Amran mau naik ke kamar tidurnya, Vivi mensejajari langkah kaki Amran.

"Kang.. bareng dong.. aku kan juga mau naik.. " ucap Vivi menekankan kata naik sambil memandang tubuh Amran penuh minat. Lidah wanita ini keluar seperti ular dan menjilati bibir bawahnya.

CINTA SANG PHOTOGRAPHER {Geng Rempong : 9}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang