Kamelia yang baru bangun tidur sorenya terkejut lantaran bunyi handphonenya yang berdering terus.
Wanita ini mengangkat handphonenya dan mengernyit karena melihat nomor tidak di kenal. Suaminya tidak ada di dalam kamar tidur mereka.
"Ya.. halo..?" suara Kamelia agak serak lantaran bangun dari tidur.
"Suami kamu akan mendapatkan balasan karena memenjarakan Jepri.. " ujar seorang lelaki di seberang handphone.
Kamelia tersentak dari ranjang dan memegangi perutnya yang tiba-tiba terasa agak mengencang.
"Apa maksudnya?" tanya Kamelia dengan jantung berdebar-debar lebih kencang.
"Aku akan menyebarkan ke koran gosip kalau ayah kamu itu dulunya mengerjai ibunya suami kamu dan mengatakan kalau Amran itu anaknya serta meminta ibunya Amran menyerahkan Emran, saudara kembar Amran ke sepupunya. Aku akan membuat nama keluarga ayahmu rusak dan menjadi perbincangan semua pembisnis di kota ini. Keluarga Amran juga akan malu nantinya karena memiliki ayahnya mertua seperti ayahmu. Kalau di lihat sih, suami kamu itu tidak akrab dengan pak Sahid?"
Suara lelaki itu terdengar seperti racun membuat Kamelia mual dan mau ke kamar mandi. Keringat dingin muncul di dahi wanita ini. Wajahnya yang berparut jadi agak kaku.
"Hmm.. apa kamu mengancamku..?" suara Kamelia jadi gemetaran.
Suara tertawa jahat lelaki itu malah membuat kepalanya Kamelia pusing.
"Aku ini bukan mengancam Kamelia.. aku mengatakan yang sebenarnya. Kamu tidak akan menceritakan hal ini kepada suami kamu itu. Aku berjanji tidak akan mengatakan semua hal yang aku ketahui pada koran gosip asal kamu mengikuti syarat yang aku katakan ini." tutur lelaki itu dengan lembut tapi jahat.
Kamelia menelan air ludahnya yang terasa kering.
"Apa kamu tidak mendengarkan ucapanku..?" bisik lelaki itu kali ini dengan nada mengancam.
"Iya.. iya.. saya mah mendengarkan.. apa syarat yang harus saya penuhi..?" bisik Kamelia ngeri.
Lelaki itu mengatakan syaratnya membuat Kamelia terdiam dan memucat.
"Apa saya tidak bisa membayarkan sejumlah uang saja agar kamu bisa senang, Hmm.. maksud saya kamu bisa memanfaatkan uang itu dengan membeli sesuatu..?" ucap Kamelia dengan hati-hati.
"Aku tidak butuh uang kamu wanita jal*ng.. Turuti syaratku itu, jika tidak kamu akan melihat kehancuran keluarga kamu ini di mata masyarakat..! Aku akan menelepon lagi. Ingat jangan sampai suami kamu atau yang lainnya tahu." tegas lelaki itu lalu mematikan sambungan telepon.
Tangan Kamelia gemetaran, wanita ini beringsut turun dari ranjang ke kamar mandi untuk mencuci muka dan mendinginkan kepalanya.
Kamelia menarik napas panjang. Wanita ini lalu keluar dari kamar tidurnya untuk mempersiapkan makan malam sang suami walaupun ada si mbok membantu dirinya.
Dengan pikiran kalut Kamelia membantu si mbok mengurus meja makan. Ia berharap lelaki di telepon tadi menepati janjinya untuk tidak membeberkan urusan keluarga ini pada koran gosip lokal.
***
Amran yang mengamati wajah istrinya sedari makan malam jadi agak khawatir.
"Melia... apa kamu sakit sakit..?" tanya Amran lembut.
Kamelia tersentak dari pikirannya.
"Tidak apa-apa Aa.. saya mah hanya lelah saja.. " balas Kamelia agak ragu.
Amran mengusap-usap telapak tangan istrinya yang ternyata dingin.
"Apa AC terlalu dingin untuk kamu Melia..?" tanya Amran sembari mengambil remote AC dan menyetel AC agar tidak terlalu dingin.

KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA SANG PHOTOGRAPHER {Geng Rempong : 9}
RomanceAmran Surano seorang photographer yang memulai karirnya dari bawah. Terus mengembangkan sayap juga dibantu oleh keluarganya walaupun dirinya ingin mandiri. Sang ibu tiri, berusaha menjodohkannya dengan seorang wanita bernama Ranti. Namun, ia tidak m...