Hari senin adalah hari yang paling di benci oleh semua pelajar, termasuk aku.
Karena harus bangun pagi untuk mengikuti upacara bendera belum lagi dengan mata pelajaran hari ini adalah matematika, fisika, dan bahasa sunda.'Astaga, rasanya kepala ku ingin pecah ketika ingat mata pelajaran hari ini.' Batin ku.
Pagi ini aku terlambat untuk mengikuti upacara bendera, karena aku datang pukul delapan Dan aku diberi hukuman.
"Lagian, tumben amat lo telat." ucap Lala ketika melihat aku memasuki kelas.
Aku tidak mempedulikan perkataan Lala, aku mengambil buku pelajaran dari tasku.
"Gue heran deh kenapa Dio mau deketin lo, yang jutek nya setengah mampus. " aku hanya mendengus kesal mendengar nya.
Jam istirahat berbunyi, aku segera bergegas menuju kantin. Aku melihat Dio sedang duduk di pinggir gerbang sekolahku, karena memang posisi kantin berdekatan dengan gerbang sekolah. jadi wajar saja banyak murid yang suka membolos.
"KAILA!!"
Aku menoleh ke arah gerbang, Dio menghampiriku dan memberiku kotak makan.
"Buat lo, jangan jajan sembarangan." ucapnya seraya menyodorkan kotak makan ke arahku, aku menerima kotak makan itu. Karena aku menghargai perjuangannya untuk membawakanku bekal ke sini.
"Makasih." ucapku. Dia hanya membalas dengan anggukan lalu pamit.
Aku kembali ke dalam kelas dan mulai memakan bekal yang di berikan Dio untukku.
Roti bakar? Wah kesukaanku, namun sedikit gosong tetapi tetap enak. batinku bersorak senang.
Kaila Sherly : makasih bekelnya, enak.Dio Aghasa : nanti pulangnya gue jemput lo ya.
Aku hanya senyum-senyum sendiri membaca pesan dari Dio.
Ketika bell pulang berbunyi, aku segera menuju gerbang sekolah. terlihat di sana Dio yang sedang duduk di dekat motor menggunakan earphone di telinganya. Aku segera menghampirinya.
"Udah lama nunggu?" dia hanya menggeleng seraya membuka earphonenya.
"Nunggu lo peka aja gue bisa, masa nunggu lo pulang doang gak bisa." ucapnya terkekeh.
Lalu Dio menyuruhku untuk segera menaiki motornya. Saat di perjalanan aku sedikit asing melihat jalan yang kita lalui.
"Mau kemana? ini bukan jalan pulang ke rumah gue! jangan macem macem." ucapku.
Motor nya berhenti di salah satu taman yang banyak sekali permainan untuk anak kecil. Aku mengernyitkan dahi.
"Gue suka liat anak kecil." ucapnya dengan duduk di kursi taman, aku mengikutinya dan duduk di sebelahnya.
"Jangan bilang kalau lo pedofil?" ucapku seraya menatap nya dengan waspada.
Dio terkekeh lalu berdiri dan duduk di salah satu ayunan. Aku ikut berdiri dan duduk di sebelah ayunan yang Dio duduki.
"Gue suka liat anak kecil yang lagi main sambil ketawa se-akan engga ada beban."
"Lu punya adik kan? lo liatin aja adik lo sampe puas." jawabku santai.
"Ke rumah gue yuk sekarang." ajaknya tiba-tiba. Aku terdiam sesaat, lalu mengangguk kecil.
Ternyata rumahnya tidak jauh dari taman tersebut. Ketika Dio membuka pintu, ada suara khas anak kecil menyambut kami. Aku pun menoleh ke arah sumber suara.
Kenapa adiknya lebih lucu di banding kakanya yang super nyebelin ini? batin ku.
"Dek Ghasa kok belum bobo?" tanya Dio seraya mengendong adik laki-lakinya.
'Tunggu, apa tadi yang ia katakan? Ghasa? setahuku Ghasa adalah namanya bukan nama adiknya.' batinku bingung
"Ghasa bukannya nama lo? Terus kenapa lo dipanggil Dio?" pertanyaan itu keluar dari mulutku dengan spontan.
Dia terkekeh pelan lalu menjawab. "Dulu waktu adik gue lahir, gue yang kasih nama El-dio Naufal, tapi karena waktu gue kelas enam sd nama gue selalu di olok-olok sama temen gue, gak tau apa penyebabnya. Dari situ gue ngerengek ke bunda gue, supaya panggil gue Dio bukan Ghasa, dan panggil adik gue Ghasa bukan Dio." jelasnya.
Sebenarnya, ketika dia sedang menjelaskan aku ingin sekali tertawa, namun melihat dia bercerita dengan wajah yang sangat serius aku berusaha untuk menahan tawa.
"Ya udah gue panggil lo Ghasa aja." ucapku dengan terkekeh.
"Gapapa asal yang manggil nama itu orang yang gue sayang." saat mendengar jawaban nya, aku segera mengalihkan pandangan.
"Lo gak pulang? Udah jam segini, besok kan lo sekolah pagi." aku melirik jam dinding, ternyata sudah pukul empat sore.
Lalu Dio mengantarku pulang, tak lupa dia mengajak Ghasa adiknya yang sejak tadi merengek minta ikut. Selama di perjalanan Dio dan Ghasa tak berhenti berbicara serta bersenda gurau. Itu adalah hal yang lucu menurutku, seorang Dio dengan tampang yang seram dan selalu melanggar aturan ternyata begitu sayang kepada adiknya.
"Udah nyampe." ucapnya seraya mematikan mesin motornya.
Aku segera turun dari atas motornya.
"Dadah dulu ke kakak Kaila, dek." titah Dio kepada Ghasa. Lalu Ghasa melambaikan tangannya ke arahku setelah itu ia bersembunyi di balik lengan Dio.
"Katanya lo serem, jadi dia takut." ucap Dio dengan terkekeh.
"Gue pulang ya." pamitnya dan segera melajukan motornya.
Sungguh hari ini adalah hari yang menyenangkan bagiku. Aku segera masuk ke dalam rumah, di sana terlihat kakak sepupuku, Fera sedang duduk di sofa.
"Asik yang abis main sama Dio." sindirnya seraya memainkan handphone. Aku tidak mempedulikannya dan segera menuju ke kamarku.
Sesampainya di kamar aku segera merebahkan tubuhku dan tertidur.
----------
HALOOOOO GAESSSS!!!
UDAH UPDATE LAGI NIH.
JANGAN LUPA TINGGALIN JEJAK YA GUYS.
THANK YOU AND SEE YOU❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Girl
Teen FictionNamanya Aghasa Bhimasema, biasa dipanggil Dio. Bingung kan? nama dengan nama panggilannya tidak nyambung sama sekali. Memang aneh, sama seperti orang nya. Ia anak paskibra yang tampan, menurutku. Aku, Kaila Sherly Sifabella atau bisa dipanggil Kai...