39C. Tangisan

2.1K 92 17
                                    

Sepulang sekolah, aku dijemput oleh Akmal karena Akmal ingin menjenguk Dio.

Saat sudah sampai di depan ruangan Dio, aku segera membuka knop pintu.

"Selamat tanggal 23 Kaila!" ucap Dio dengan tersenyum sumringah.

"Aku bahkan lupa kalau hari ini tanggal 23." jawabku jujur seraya berjalan ke arah Dio yang wajahnya sudah berubah sendu.

"Tapi sama aku gak lupa kan?" tanya nya dengan lirih.

"Aku gak lupa sama kamu dan gak akan pernah lupa." jawabku dengan tersenyum tulus.

"Makasih ya Kai." ucapnya tiba-tiba.

"Makasih buat apa Yo?" Aku mengernyit bingung.

"Makasih buat semuanya. Aku beruntung punya kamu, aku gak sia - sia dulu ngejar kamu yang dingin, cuek, tapi akhirnya aku bisa dapetin kamu. Karena aku yakin kamu emang punya aku." jawabnya dengan menatapku dalam.

"Aku mau kamu selalu ada di samping aku, sampai nanti aku pergi." ucapnya dengan menggenggam erat tanganku.

"Emang kamu mau pergi ke mana?" tanyaku tak mengerti.

Dio terkekeh kecil. "Pergi ke kepala kamu, biar kamu inget aku terus. Aku juga mau pergi ke hati kamu biar gak ada yang bisa gantiin posisi aku nanti." Aku tidak paham dengan yang Dio ucapkan, aku hanya menganggukkan kepala saja.

"Ehem."

Dio melihat ke belakangku.

"Eh ada Akmal? Aku kira kamu ke sini sendiri." aku terkekeh mendengarnya.

"Gue mau minta maaf sama lo Yo, karena gara - gara gue, lo jadi mikir macem-macem tentang Kaila yang selalu deket sama gue. Tapi lo tenang aja, setelah ini gue janji kok gak bakal deket lagi sama dia." ucap Akmal.

"Gak usah minta maaf, abis ini gue mau lo selalu ada di samping Kaila disaat gue gak ada di samping dia Mal." jawab Dio.

Akmal tak mengerti dengan apa yang Dio ucapkan, namun dia tetap menjawab. "Gue usahain."

"HAI! FERA CANTIK DATANG BERSAMA PANGERAN RICHARD!!"

"Masuk itu pake salam, gak bisa Fer?" tanya Dio dengan menatap tajam Fera.

Fera menggangguk anggukkan kepalanya. "Engga." jawabnya santai.

"Gue balik dulu." pamit Akmal.

"Hati-hati."

Akmal menepuk lengan Dio. "Cepet sembuh, bro.!"

"Akmal bangsat, TANGAN GUE SAKIT BANGET INI WOI!!" teriak Dio dan hanya dibalas kekehan oleh Akmal. Setelah itu di ruangan Dio hanya tersisa kami -Fera, Richard, aku, dan Dio-.

"Kaila! Anterin gue ke bawah" Fera menarik tanganku paksa.

"Gak boleh. Lo aja sana sendiri! Kaila sama gue buat satu hari ini dan gak ada gangguan dari lo!" balas Dio.

"Marah - marah mulu kerjaan lo! Udah kayak emak tiri!" sindir Fera.

"Bodo amat, dasar macan ubanan!" balas Dio. Fera hendak mencubit lengan Dio, namun dengan segera ditepis oleh pemuda itu.

"Lo sentuh sedikit aja tangan gue, kepala lo bakal gue bikin botak!" ancam Dio. Fera menatap Dio ngeri.

"Sadis banget." cibir Fera. Dan gadis itu segera beranjak keluar.

"Cat, Fera lo kasih asupan apa sih? Gue kalo jadi lo, mungkin gue udah gila." ucap Dio mengarah pada Richard yang sedang memainkan gitar.

"Nama gue Richard! Cat cat cat." dengus Richard.

Cold Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang