"KAILAA! INI HARI KETIGA GUE KENA HUKUMAN TERUS DARI GURU GARA-GARA DIO, PACAR LO ITU!" teriak Fera ketika baru saja masuk ke dalam rumah.
"Kalau lo marah-marah kayak gitu malah bikin Dionya seneng jailin lo, itu tandanya mantan itu gak harus jadi musuh." jawabku.
"LO SAMA AJA YA SAMA KAYAK DIO! NGESELIN, JAIL!" ucap Fera.
"Dari pada kayak lo. Judes, jutek, tukang marah. Dasar macan ubanan." balasku, lalu meninggalkan Fera menuju kamarku.
Dika Cabe Cabean
Dika : eh curut.
Dika : gue kerumah lo.
Dika ada barang yang ketinggalan, gue mau nganterin barangnya.Kaila : Ok cabs.
Selama menunggu Dika datang, aku memilih menonton film di laptopku. Tak berselang lama aku menonton, tiba tiba ada yang menutupi mataku.
"Woi lepasin dong! Bukan gara-gara apa, masalahnya ini tangannya abis megang apaan sih? bau banget!!" ucapku seraya menutup hidung dengan tangan.
"Iya lah bau, aku abis cebok tadi." jawabnya jahil. Ternyata itu Dio.
"Ih Dio jorok!" balasku seraya memukulnya dengan bantal.
"Nonton apa sih? Ikutan dong." ucap Dio lalu duduk di sebelahku.
"Ih gak mau ah, kamu bau." ucapku.
Dio mengupil menggunakan jari telunjuknya lalu diberikan ke tanganku. "IH DIO JOROK! AMIT-AMIT IHHH!" sementara itu Dio tertawa puas.
"Kamu sana deh! Ganggu aja, udah tau aku lagi serius nonton! Dasar pengganggu!" ucapku kesal.
"Kamu ketularan Fera ya, jadi suka marah-marah?" ledeknya.
"Tapi aku gak kayak macan! Kalo dia itu udah kayak perpaduan macan sama harimau." cibirku.
"Terus ditambah lagi perpaduan buaya, banteng, tirex, pokoknya yang ganas-ganas deh. Mana ada lucu-lucunya manusia kayak dia mah." lanjutku.
"Enak ya kalian ngomongin gue!" tiba-tiba Fera datang lalu menarik telingaku dan juga Dio bersamaan.
"Fakta kali." jawabku, lalu Fera semakin kencang menarik telingaku.
"Assalamualaikum."
"Tuh, dari pada lo marah-marah mulu. Mending lo bukain pintu." ucap Dio lalu mendorong Fera keluar.
"KAILA ADA DIKA!" teriak Fera.
Aku segera keluar dari kamar diikuti Dio menuju depan rumahku.
"Nih." Dika memberikan buku diaryku. Pantas saja saat aku mencarinya tidak ada.
"Lo gak baca isi diary nya kan?" tanyaku was - was.
"Emang isinya tentang apa?" Dika justru bertanya balik.
"Rahasia - rahasia gue." jawabku seraya mengangkat buku diaryku.
"Iya, tadi gue baca." kekeh Dika.
Seketika aku panik, karena di dalamnya ada fotoku yang menangis sehabis mengompol di kasur.
"Gak kok Kai. Gue juga masih tau etika, gak sopan kalo gue main baca aja." ucapnya ketika melihat wajahku yang panik, aku pun bernafas lega.
"Gue balik dulu ya."
"Hati-hati Dik."
"KAILA TAS LO DI BONGKAR DIO NIH." teriak Fera dari dalam. Dengan segera aku berlari ke dalam rumah, betul saja. Dio membuka semua isi tasku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Girl
Teen FictionNamanya Aghasa Bhimasema, biasa dipanggil Dio. Bingung kan? nama dengan nama panggilannya tidak nyambung sama sekali. Memang aneh, sama seperti orang nya. Ia anak paskibra yang tampan, menurutku. Aku, Kaila Sherly Sifabella atau bisa dipanggil Kai...