Ketika jam pelajaran matematika selesai, aku dan Lala segera menuju ke kantin dengan mengendap - endap untuk membeli makanan ringan, karena matematika membuat siapapun yang tidak mengerti pusing tujuh keliling.
"Lo udah pacaran sama kak Dio?" tanya Lala tiba-tiba. Aku tersedak mendengar nya.
"Awas di phpin." lanjutnya.
"Udah deh, gue lagi nikmatin makanan ini. Jadi, jangan nanya yang begituan dulu.'' ucapku dengan memasang wajah lelah.
"Tapi di lihat dari sikap dia ke elo selama ini, pasti itu bikin rasa suka di hati lo mulai tumbuh, jujur aja deh." ucapnya lagi.
Memang sejujurnya aku mulai nyaman dengan kehadiran Dio, tapi aku mencoba tidak terlalu berharap agar nanti tidak patah hati kalau memang benar dia hanya ingin main - main saja.
"Tuh kan diem, berarti bener."
"Diem gue adalah emas." ucapku santai. Lala mendelik jijik ke arahku.
"Diem lo itu bukan emas, tapi nahan berak." Sekarang giliran aku yang mendelik ke arahnya.
Setelah itu aku dan Lala kembali ke kelas, ternyata di kelas sudah pergantian pelajaran, dan sudah ada guru yang tengah mengajar.
"Mampus kita." ucap Lala seraya menepuk jidatnya.
Ide cemerlangku muncul, aku segera menarik Lala ke uks dan meminta plester, lalu kembali ke kelas. Setelah plester terpasang di tangan Lala, kami masuk kedalam kelas dengan menunjukan ekspresi sedatar mungkin.
"Dari mana saja kalian?" tanya guru tersebut ketika aku dan Lala datang dan menyalami guru itu.
"Ini bu, abis anterin Lala ke uks minta plester. Soalnya tadi tangan dia berdarah." jawabku.
Saat mendengar jawabanku, guru yang kejam itu menyuruhku dan Lala duduk.
'huft, selamat' Batinku.
Ketika bel pulang berbunyi, aku dan Lala memutuskan pergi ke salah satu tempat perbelanjaan, hanya sekedar refreshing bukan untuk membeli apapun.
Mataku tertuju pada salah satu pasangan yang tengah memakan ice cream di salah satu tempat duduk.
"Gangguin orang pacaran yuk" ucap Lala tiba-tiba.
Ide jahil Lala muncul ketika kami sedang di landa bosan, dan aku menggangguk semangat. Ketika sudah dekat, aku terkejut ketika orang itu adalah Dio dengan perempuan di sampingnya.
"E-eh kok lo di sini?" tanya Dio terkejut.
Aku tidak menjawab, aku segera menarik tangan Lala dan pergi menjauh.
"Udah gue bilang kan, kakak kelas emang kayak gitu! Sok kegantengan!" ucap Lala menahan emosi.
Aku sebenarnya cemburu, tapi apalah daya. Aku hanya orang asing yang baru muncul di kehidupannya.
"Yaelah santai, gue biasa aja kok." ucapku dengan tersenyum walau itu dipaksakan.
"Gue juga cewek kali La, gue tau perasaan lo! Gue kalo ada di posisi lo, pasti gue bakal nabok dia." ucap Lala yang masih mencoba menahan amarah nya. Kku hanya menghela nafas.
"Gue sama dia cuma temen." jawabku.
Setelah itu aku memutuskan untuk pulang, karena memang aku sudah tidak semangat lagi untuk berjalan - jalan.
Sesampainya di rumah aku segera membersihkan tubuh, lalu merebahkan tubuh di kasur dan mulai memainkan ponsel.
Banyak sekali notifikasi dari Dio.
Dio Aghasa : lo marah? gue tau lo pasti bakal bilang gue brengsek, tapi jujur gue cuma sayang sama lo. tadi gue sama temen - temen gue, bukan sama cewek yang lo liat tadi.
Dio Aghasa : dan please jangan coba ngejauh dari gue, gue sayang lo.
Aku menghela nafasku dan tidak ada niat untuk membalas pesan nya.
"KAILA ADA DIO" teriak Fera dari bawah.
Aku terkejut mendengarnya dan segera keluar kamar lalu menuju ruang tamu. Di sana terlihat Dio yang sedang duduk dan masih memakai baju yang sama saat aku bertemu nya tadi.
"Lo marah?" aku menggeleng, lalu dia merubah posisi duduknya dengan mengahadap ke arahku.
"Jujur sama gue Kai, kalau lo marah juga gapapa." lanjutnya.
Aku mengela nafas. "Mending sekarang lo pulang, gue capek mau istirahat." ucapku.
Lalu Dio berdiri seraya tersenyum. "Iya gue pulang, istirahat ya."
Setelah dia pergi aku kembali ke kamar.
"Lo jangan jadi perempuan kayak gue, nyesel karena udah ninggalin Dio." ucap Fera tiba-tiba.
Aku mengernyit bingung, tidak mengerti apa yang ia bicarakan.
"Nanti lo bakal rasain." ucapnya lagi, lalu keluar kamarku dengan membawa makanan ringan di tangan nya.
Tunggu, apa tadi yang dia bawa?
"MAKANAN GUE LO COLONG MULU, DASAR MALING." teriakku.
Aku menatap sedih box makananku yang tersisa dua makanan lagi. Jadi aku putuskan malam ini untuk membeli makanan.
Tepat pada pukul tujuh malam, aku meminta Fera untuk mengatarkanku ke supermarket di depan perumahan.
"Lo yang bayarin ya, bodo amat! " ucapku memaksa.
Fera hanya pasrah lalu menuju kasir. Setelah selesai membayar, aku menuju taman yang terdapat wifi gratis.
Gratisan itu memang asik, namun aku hanya sebentar di sana karena hujan mulai turun.
------
Kadang hujan memang selalu datang membawa bencana dan terkadang datang membawa kerinduan. -Kaila.
-------
HAI HAI HAIIIII!!!
JANGAN LUPA TINGGALIN JEJAK KALIAN YA GUYSSS
THANK YOU AND SEE YOU❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Girl
Teen FictionNamanya Aghasa Bhimasema, biasa dipanggil Dio. Bingung kan? nama dengan nama panggilannya tidak nyambung sama sekali. Memang aneh, sama seperti orang nya. Ia anak paskibra yang tampan, menurutku. Aku, Kaila Sherly Sifabella atau bisa dipanggil Kai...