Ira.
Nama itu selalu saja terngiang di kepalaku. Aku ingin sekali bertanya kepada Dio, namun aku harus mengumpulkan keberanian yang pasti.
"Bengong mulu lo, kesambet setan tau rasa." Akmal datang seraya membawa dua minuman untukku dan untuknya.
Hari ini semua murid yang akan menjadi kelas sembilan di wajibkan hadir untuk mengetahui letak kelas.
"Mungkin gak sih kalo laki-laki, sayang sama lebih dari satu perempuan?" tanyaku kepada Akmal. Pemuda itu menggeleng.
"Ya tergantung orangnya juga, kalo gue sih tipe nya setia." jawabnya.
"BERDUAAN MULU." teriak Daffa ketika masuk ke dalam kelas yang akan kami tempati.
"Apa salahnya berdua sama sahabat sendiri?" tanya Akmal dengan menatap Daffa kesal.
Lala dan Lulu datang membawa lumpia basah pesananku.
"Liburan pada ke mana?" tanya Lulu memecahkan keheningan.
"Sare." (Tidur.)
"Ngojay." (Berenang.)
Aku terkekeh mendengar jawaban Daffa dan Akmal yang menggunakan bahasa sunda.
"Gue serius." rengek Lulu.
"Aku juga serius sama kamu." ucap Akmal dengan nada menjijikan.
Semua teman-temanku datang. Kalian ingat? Geng kami yang bernama Ratol.
"Gue duluan, Kai." pamit Akmal diikuti Daffa lalu keluar kelas bersamaan dengan Ratol masuk.
"Main yuk." ajak si jomblo, Dika.
"Main mulu kerjaan lo Dik, jomblo mah gitu ya." sindir Nanda. Dan Dika menatap sinis ke arah Nanda dan diikuti kekehan yang lain.
"Main ke rumah Nanda yuk! Sekalian ajak Dio, Kai."
Mendengar Rizal mengucapkan nama Dio. Kembali mengingatkanku pada Ira. sungguh, aku penasaran. Siapa sebenarnya perempuan tersebut.
"Dio lagi ada acara. Udah kita aja yang main." jawabku cepat. Setelah itu kami pergi menuju rumah Nanda.
Sesampainya di rumah Nanda, kami semua langsung mengambil posisi ternyaman untuk bercanda. Tanpa ponsel tentunya, karena Dika dan Ucup selalu melarang memainkan ponsel ketika sedang kumpul seperti ini.
Namun, suara tawa dari semua temanku berhenti ketika ponselku bergetar. Dio meneleponku. Fina menyuruhku mengangkat telepon dari Dio, dan aku menyetujuinya.
"Kamu dimana?" tanya Dio.
"Main." jawabku cuek, karena masih kesal terhadapnya tentang Ira.
"Kok gak bilang?" tanya Dio lagi, nadanya terdengar bingung.
"Kamu juga kan gak bilang, kalo kamu pergi ke gramedia yang biasa kamu datengin sama Ira - Ira itu." jawabku cepat.
Langsung saja aku memutuskan panggilan dari Dio, dan kembali masuk ke dalam untuk berkumpul bersama temanku yang lain.
DIOAGHASA.
Dio : Kamu dimana, Kai?
Dio : Kamu tau Ira dari mana?
Dio : Kai, maafin aku :(
Dio : Kai bales dong.
Dio : Kaiii.
Aku tidak membalas dan hanya membiarkan pesan dari Dio.
Tawaku lepas ketika Nanda mencoba merias wajah Dika dengan alat-alat make-up milik kakaknya.
"ANJIRR, DIK LO CANTIK BANGET!" teriak Lulu diselingi tawanya, dengan cepat aku mengambil gambar Dika yang sedang di rias oleh Nanda dengan ponselku. Dika hanya pasrah dengan kelakuan teman-temannya.
"Gua cuma bisa pasrah, buat kalian apa aja gue lakuin." ucap Dika dengan mengelus dadanya.
"Bisa aja lo jomblo." ucap Rasya sembari melempar bantal tepat di wajah Dika.
Setelah puas menjahili Dika dengan make-up. Kini saatnya menonton bersama melalui laptop berukuran besar milik Nanda. Tentu saja kami sepakat memilih genre horror untuk ditonton.
"Setan nya mirip lo, Dik." celetuk Lala seraya menutup wajahnya dengan bantal.
Seru memang, menghabiskan masa liburan bersama teman. Namun, rasa kasihan terhadap Dio muncul. Aku diam-diam mengambil ponselku yang berada di meja.
Banyak panggilan tak terjawab dari Dio.
DIOAGHASA
Dio : Kaila.
Dio : Kaii.
Dio: Ira itu manusia.
Aku membaca dua pesan terakhir yang Dio kirim, kesal memang saat membacanya. Namun memiliki humor tersendiri untukku.
Kaila : Gak nanya.
Balasku singkat dari berpuluh - puluh pesan yang Dio kirim. Dan dengan cepat Dio membalas pesanku.
Dio : Kamu dimana?
Dio : Aku jemput ya.
Kaila : Gak usah.
Kaila : Bisa pulang sendiri.•
Dio : Yaudah hati-hati ya 💛
Dio : Awas diculik om-om.
"Lo lagi marahan sama Dio ya?" tanya Rizal tiba-tiba.
Aku dengan cepat menaruh ponselku ke tempat semula.
"Ketauan dari gelagat lo. Soalnya pas gue nyuruh lo ajak Dio kesini, lo gak mau Kai. Biasanya kan lo paling semangat kalo ngajak Dio main bareng sama kita." sambungnya.
"Udah nonton lagi sana, sayang noh film di anggurin." ucapku untuk mengalihkan pembicaraan. Rizal hanya mendengus.
Lalu aku kembali menonton film yang masih belum selesai.
"Lah, yang lain udah selesai nonton. Nih bocah malah tidur." ucap Lulu ketika melihat Ucup tertidur di sofa dengan bantal menutupi wajahnya.
"Eh kebo, bangun lo." ucap Rizal dengan menggoyangkan badan Ucup, namun pemuda itu tidak juga bangun dari tidurnya.
"Siram aja pake air."
"Kalo bisa air panas."
Rizal menoyor kepala Dika. "Nanti kalo anak orang mati, gimana?"
Nanda kembali membawa segelas air dingin dan segera menyiramnya ke tubuh Ucup. Dan tak lama manusia ini terbangun.
"Sial, baju gue basah."
"Namanya juga di siram, ya basah bego."
Setelah itu Dika meminjamkan jaketnya kepada Ucup.
"Makasih sayang." ucap Ucup seraya mencolek dagu Dika dengan wajah yang menjijikan.
"NAJIS UCUP, GUE GAK BAKAL ANGGAP LO PACAR GUE LAGIII!" teriak Afrina.
"Mampus lo." ucapku dengan tertawa puas.
"Lagian, mau aja lo sama tikus got." ucap Fina dengan menggeleng-gelengkan kepalanya.
Setelah itu, kami memutuskan untuk pulang.
--------
HALLLLOOO!!!
JANGAN LUPA TINGGALIN JEJAK NYA GUYSSS!!!
THANK YOU AND SEE YOU❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Girl
Teen FictionNamanya Aghasa Bhimasema, biasa dipanggil Dio. Bingung kan? nama dengan nama panggilannya tidak nyambung sama sekali. Memang aneh, sama seperti orang nya. Ia anak paskibra yang tampan, menurutku. Aku, Kaila Sherly Sifabella atau bisa dipanggil Kai...