37. Anak SMA

1.3K 66 6
                                    

Hari ini hari keduaku menjadi murid SMA. Pakaian hari ini serba putih, karena sekarang hari jum'at. Pelajaran pertama yaitu bahasa Jepang, Sensei Selvi menyuruh kami memperkenalkan diri di depan.

"Nama saya Hani Miyati. Biasa di panggil Hani, saya tinggal di Perumahan Kencana. Saya mempunyai kakak perempuan, dia sudah menikah. Dan sudah mempunyai anak perempuan." ucap perempuan berbadan gempal, memiliki kulit berwarna sawo matang, dan memiliki gigi depan seperti kelinci. Perempuan itu sedang memperkenalkan dirinya di depan.

Aku dan Farda menahan tawa melihatnya.

"Kamu tinggal di mana?" Tanya Sensei Selvi.

Aku penasaran apa jawaban dari remaja perempuan di depan itu. Sepertinya dia anak yang memiliki kekurangan, atau bisa disebut sedikit bodoh mungkin.

"Sudah kawin bu." jawabnya dengan tampang bodoh.

Tawa seisi kelas pecah ketika mendengar jawaban yang keluar dari mulutnya. Perempuan itu bingung melihat seisi kelas tertawa, ia menggaruk rambutnya sampai terlihat berantakan.

"Kamu tinggal di mana Hani?" Tanya Sensei Selvi lagi berusaha sabar.

"Oh, Saya kira tadi ibu nanya kakak saya."

Ah sudahlah sepertinya dia memiliki penyakit telinga.

--------

Hari ini aku di suruh menuju tempat musik sekolah, karena ada pertemuan bersama anggota paskibra di sekolah ini. Awalnya Aku bingung di mana letak tempat musik di sekolah ini karena kondisi sekolah yang sangat besar. Aku mengikuti arahan dari kakak kelasku melalui via whatssapp.

Ketika sampai, di sana sudah banyak yang berkumpul. Semacam tempat untuk berkumpul, yang di depannya terdapat kolam berenang yang sangat luas.

Setelah hampir tiga puluh menit kami semua diperbolehkan pulang. Aku berjalan menuju tempat Dio biasa menjemputku.

"Tumben pulangnya lama, kamu abis dari mana?" tanya Dio ketika aku sudah berada di depannya.

"Tadi aku kumpul paskibra dulu." jawabku.

"Sekarang udah selesai kan?" tanya nya. Aku mengangguk lalu menaiki motor Dio.

Cuaca hari ini sangat panas, ditambah seragam yang kupakai juga membuatku tidak nyaman karena bahan yang digunakan sangat tebal.

"Temenin aku ke rumah Richard dulu ya." Aku mengangguk.

Sesampainya di rumah Richard aku membeku karena banyak sekali teman-teman Dio di sana. Ada yang merokok, bermain gitar sembari bernyanyi, bermain game, dan masih banyak lagi.

Dio menyadari tingkahku yang diam saja. "Ayo masuk aja, gapapa kok. Temen-temen aku gak bakal makan kamu, ada Fera juga di dalam. Ini tuh lagi kumpul temen kelasan."

Aku mengangguk maklum, lalu masuk. Benar saja ada Fera disana.

"Yo, ini kan kakak kelas semua. Aku gak mau ah." Aku menahan lengan Dio agar tidak meninggalkanku.

"Di sini anak SMA semua, kan kamu bukan SMP lagi. Aku aja gapapa gabung sama temen-temen kamu kan? Ada Fera juga kok." jawab Dio menenangkan.

"Tapi aku takut, kalau ada Kak Nayla gimana?" Dio tersenyum lalu menarikku.

"Ada aku yang jaga kamu. Gak perlu takut, aku kan tameng kamu."

Banyak dari teman-teman Fera yang langsung menyapa dan mengajakku berbicara . Aku bukan tipikal orang yang mudah berbaur dengan orang baru, sangat berbeda dengan Dio.

"Eh, kok lo mau sih jadi pacar Dio. Jelas-jelas di kelas dia itu orang yang ngeselinnya minta ampun. Setiap hari ada aja anak cewek yang barangnya diumpetin. Terus barangnya ditaro di pot bunga lah, di atas jendela lah. Mentang-mentang dia badannya tinggi." oceh remaja berambut panjang dengan behel di giginya .

Cold Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang