DIO AGHASA.
Dio : Kaila, aku gak bisa anter kamu hari ini. Aku harus dateng pagi-pagi, mau ngerjain tugas matematika.
Dio : Tapi Nanti pulangnya aku jemput kok.
Kaila : Iya gapapa, hati - hati ya💚•
Dio : Siap Bos.
Dio : Love You 💛💛
Aku mengulang membaca pesan dari Dio, tumben sekali dia mengirim pesan seperti itu. Karena aku tau dia tidak suka mengucapkan kata romantis seperti itu.
"Mah, Kaila di anter Ayah aja. Dio katanya gak bisa nganter, harus ngerjain tugas Matematika." ucapku dengan duduk di ruang tamu sembari memakan roti.
"Ngerjain tugas? Gak salah tuh? Setahu Mamah dia itu anti banget sama ngerjain tugas, apalagi matematika." jawab ibuku seraya menyuapi Atha bubur ayam.
"Gak tau deh." jawabku.
----------
Selama beberapa hari, ketika guru masuk tidak langsung ke materi. Selalu perkenalan, sungguh membosankan. Tetapi ketika ingin belajar dan disuruh menulis, tanganku seperti kaku. Bagaimana cara menulis yang benar selama liburan?
Kalian ingat temanku saat pertama kali perkenalan? Hani. Murid yang tidak nyambung saat diberikan pertanyaan. Dia duduk di belakangku. Murid itu seperti anak berkebutuhan khusus atau ABK. Tapi mengapa bisa diterima di sekolah sebagus ini?
Lalu yang paling membuatku tidak nyaman ketika jam istirahat berlangsung. Dia akan setia mengikutiku dan Farda kemanapun kami pergi. Dia akan sangat lama memilih makanan yang akan dibelinya.
Sepulang sekolah aku mengikuti seleksi untuk tujuh belas agustus. Menjadi petugas pengibaran di sekolah baru merupakan salah satu impianku. Merasakan atmosfer baru dan pengalaman pertama.
Seleksi selesai pukul lima sore, lalu aku mengecek ponselku.
DIO AGHASA.
Dio : Aku di tempat biasa ya.
Dio : Semangat seleksinya💚
Kaila : Udah selesai kali seleksinya.
Dio : Yaudah, sekarang kita pulang.
Aku berjalan sembari membalas pesan dari Dio. Aku ingin mengejutkannya dari belakang.
"HAYOOOO!" Ponsel Dio terjatuh akibat teriakanku dari belakang. Aku tertawa puas karena berhasil menjahilinya.
"Untung Hpnya yang jatuh. Kalau yang jatuh cinta aku ke kamu gimana?" godanya sembari mengambil ponsel yang terjatuh.
Selama diperjalanan Dio terdiam. Biasanya dia akan selalu bercerita apa saja sampai telingaku yang mendengar panas. Karena kadang dia bercerita dua kali dicerita yang sama.
"Kamu marah ya, gara - gara aku kagetin tadi? Kamu suka jailin aku, tapi aku gak pernah marah tuh." ucapku memecah keheningan.
"Iya kamu gak marah. Tapi kamu cuekin aku." jawabnya.
"Gak pernah ya!" aku membela diri. Dio terkekeh.
"Udah lama kita gak ke Gramedia Kai." ucapnya.
"Ini udah sore tau, lagian badan aku pasti bau karena abis latihan." jawabku.
"Ya kamu pulang dulu. Mandi. Aku tungguin." aku mengangguk.
Entah anak ini sedang kerasukan apa hingga mengajakku pergi ke Gramedia.
Sesampainya di rumah aku langsung membersihkan diri. Lalu membiarkan Dio menungguku di ruang tamu berbicara bersama ibuku seraya bermain dengan Adikku.
Butuh waktu dua puluh menit untukku bersiap - siap, setelah itu aku menuju ruang tamu.
"Kamu kan belum mandi Yo, lagian masih pake seragam sekolah." ucapku.
Dengan cepat Dio melepas kemeja sekolahnya yang menyisakan kaos putih, lalu ia lapisi dengan jaket levis. Setelah itu dia mengambil kupluk berwarna putih dari dalam tas, dan memakainya agak kebelakang sehingga rambut bagian depannya terlihat.
"Beres kan?" ucapnya seraya berdiri.
Aku terpana untuk beberapa saat. Sangat tampan.
"Yaudah tante, anaknya Dio pinjem dulu ya." pamit Dio.
"Aku pergi ya Mah."
Aku dan Dio menyalami tangan ibuku secara bergantian. Jujur saja, selama dua tahun aku berpacaran dengan Dio, baru kali ini aku dan dia pergi pukul tujuh malam.
"Kamu tumben ngajak ke Gramedia? Mau beli buku?" tanyaku masih penasaran.
"Emang kalo aku ke Gramedia aneh ya?" tanyanya.
"Bukan gitu, kan biasanya kamu ngajak aku ke Mall kalo gak ke tempat game, atau alat musik." Dio tidak membalas, dia masih fokus menyetir.
Sesampainya di salah satu mall, Dio langsung menuju Gramedia. Ia mengambil buku yang berisi semua rumus matematika.
"Aku mau ikut Olimpiade matematika." ujarnya.
Aku membulatkan mata, benar-benar terkejut mendengar ucapan Dio. Olimpiade matematika? Sebenarnya Dio adalah murid yang pintar. Tapi dia selalu menutupi kepintarannya. Ketika aku bertanya mengapa, ia pasti akan menjawab 'Kalau murid di kelas tau aku pinter, pasti semua deketin aku karena pinter. Bukan karena ingin berteman.'
Tapi kali ini dia menerima tawaran mengikuti Olimpiade matematika. Mungkin dia ingin berubah, mengingat dia sudah kelas dua belas.
Setelah selesai membeli yang Dio butuhkan, kami menuju toko Alat musik.
"Aku mau beli gitar baru." ucapnya lalu mengambil Gitar berwarna Hitam. Setelah membayar kami bergegas pulang.
"Aku mau nyobain gitar barunya." ucapnya setelah kami sampai di rumahku.
Dio mulai memetik gitarnya, dan bernyanyi.
Sebelumnya, Aku tak percaya
Aku bisa mencapai puncak dunia
Sebelumnya, aku tak percaya
Aku bisa menggapai bintang-bintang angkasaTapi kau selalu ada
Memberikanku kekuatan
Untuk terus berjuang
Menjadi yang terbaikKau lah alasan aku bisa
Kau lah alasan aku bertahan
Untukmu aku persembahkan
Semua....
Yang terbaik dariku..Dio tersenyum ke arahku, senyum yang sangat tulus.
--------
HOLLAAA!!!
JANGAN LUPA TINGGALIN JEJAK KALIAN GUYS!
THANK YOU, BUBAY!❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Girl
Teen FictionNamanya Aghasa Bhimasema, biasa dipanggil Dio. Bingung kan? nama dengan nama panggilannya tidak nyambung sama sekali. Memang aneh, sama seperti orang nya. Ia anak paskibra yang tampan, menurutku. Aku, Kaila Sherly Sifabella atau bisa dipanggil Kai...