Saat ini ibuku dan juga orang tua teman-temanku -Ratol- sedang berada di ruang kepala sekolah. Aku dan yang lain menunggu di pinggir lapangan. Tentu dengan rasa gelisah, bagaimana jika ijazah kami ditahan? Atau kami tidak lulus? Atau kami harus pindah sekolah?
"Lo sih ngajak bolos." ujarku.
"Kebanyakan belajar tuh bisa bikin gila." jawab Nanda.
Tiba-tiba saja ponselku berbunyi, ada panggilan masuk dari Dio. Aku baru sadar bahwa sejak kemarin aku tidak memberinya kabar.
"Kamu kenapa Kaila?" tanya Dio. Baru kali ini Dio memanggilku dengan nama, biasanya tidak.
"Aku gapapa Yo, ini lagi jam pelajaran kan? Kamu gak belajar? Jangan main hp mulu."
"Gurunya gak ada. Aku tadi nanya, Kamu kenapa?"
"Aku gapapa Dio."
"Gak usah bilang gapapa, jangan pernah kamu ngebohong sama aku Kaila. Aku tau dari Fera. Kamu ada masalah apa sampai Mamah kamu dipanggil ke sekolah?"
"Bukan aku doang Yo, temen-temen aku juga banyak."
"Aku gak peduli sama temen-temen kamu, aku cuma peduli sama kamu. Yang aku tanya kamu. Pulang sekolah kamu harus cerita." saat ingin menjawab Dio sudah memutuskan panggilannya.
"Dio kenapa Kai?" Tanya Rizal.
"Kayaknya dia marah." jawabku.
Orang tua kami keluar dari ruang kepala sekolah, kami semua dengan cepat menghampiri mereka.
Tante Rina -Ibu Ucup- menarik telinga Ucup. "Bukannya belajar yang serius buat nanti masuk SMA, malah bikin masalah!"
Rasanya aku ingin sekali tertawa, namun aku tahan. "Mah, aman kan?" tanyaku.
"Iya aman." jawab ibuku dengan mengelus pucuk kepalaku.
"Tuh Mah, Kaila aja gak dijewer sama Mamah nya, malah dielus tuh kepalanya. Lah Ucup malah dijewer, Mamah tega!" protes Ucup.
"Dia perempuan, kamu kan laki-laki!"
"Yaudah besok Ucup ganti kelamin aja."
"Mamah gak akan anggap kamu anak Mamah."
Kami semua spontan tertawa. Lalu orang tua kami pulang, Namun tidak dengan kami -Ratol-. Sekarang giliran kami yang menghadap kepala sekolah.
"Untung aja kalian semua berprestasi dalam pelajaran maupun di ekstrakulikuler. Kalau tidak, bapak akan mengeluarkan kalian." ucap Pak Farhan, kepala sekolahku.
"Iya lah Pak, karena itu kita bolos. Soalnya kita udah tau, kalo kita pasti aman. Karena kita kan pinter semua." ucap Rizal.
"Dasar Rizal bego." gumam Fina.
"Yaudah, kalian kembali ke kelas."
-------
Aku sekarang sedang dalam perjalanan pulang ke rumah, biasanya selama diperjalanan aku dan Dio akan mengobrol dan tertawa, tapi tidak untuk kali ini.
Sesampainya di rumah, Dio langsung mengajakku bicara.
"Kamu kenapa? Jadi perempuan itu jangan nakal, enak aja kamu bolos sekolah. Biar aku aja yang nakal, kalau kamu jangan. Gimana pun juga anak-anak kita nanti butuh sosok ibu yang baik." ucapnya.
"Lagi ngambek aja masih bisa - bisanya gombal." kekehku.
"Aku tadi cuma di panggil kepala sekolah, lagian cuma masalah sepele kok." lanjutku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Girl
Fiksi RemajaNamanya Aghasa Bhimasema, biasa dipanggil Dio. Bingung kan? nama dengan nama panggilannya tidak nyambung sama sekali. Memang aneh, sama seperti orang nya. Ia anak paskibra yang tampan, menurutku. Aku, Kaila Sherly Sifabella atau bisa dipanggil Kai...