"Mau aku ceritain tentang Ira?" tanya Dio.
Ini adalah minggu pagi, saat ini kami berdua berada di atas motor. Aku diam, tidak menjawab perkataan Dio.
Setelah sampai di tempat yang kami tuju, yaitu Car Free Day. Kami segera olahraga berlari mengelilingi sekitaran tempat itu.
"Ira itu kelas sebelas, dia kakak kelas aku. Dia suka sama aku sampai sekarang." ucapnya memulai. Aku tidak menjawab, tetap berlari seraya mendengar Dio bercerita.
"Dia pengen banget jadi pacar aku. Tapi aku gak mau, karena waktu itu aku lagi fokus buat dapetin kamu." lanjutnya, saat mendengar nya aku tersenyum kecil.
"Aku cuma respon dia. Aku tau kalo aku ganteng, tapi kan aku sayang nya sama kamu bukan sama dia. Jadi, ganteng aku itu cuma buat kamu doang. Bukan buat Ira."
"Pede." balasku.
Aku duduk di rerumputan. Dio memberi air mineral kepadaku, dan aku menerimanya.
Dia meneguk air mineral tersebut, lalu setelahnya kembali bercerita. "Jadi, Ira Itu manusia."
"Aku serius." ucapku memukul lengannya gemas.
"Aku juga serius. Aku gak ada hubungan apa-apa sama dia, beneran aku gak bohong." ucapnya dengan menunjukan jari berbentuk 'V'.
"Terus, kenapa kamu mau nemenin dia ke gramedia? dan kamu selalu jemput dia." ucapku menahan marah.
"Ya, lumayan." jawabnya. Aku bingung.
"Lumayan? Maksud nya?"
"Dia bayarin bensin aku, sampe full. Jadi aku gak harus isi lagi buat beberapa hari setelah aku nemenin dia." jawabnya.
"Lumayan buat aku manfaatin, Kai." lanjutnya berbisik di telingaku.
"Kamu gak boleh kayak gitu. Kalo kamu respon dia, pasti dia bakal punya pikiran kalo kamu juga suka sama dia. Karena kamu yang selalu mau nemenin dia kemana-mana." ucapku kesal.
"Yaudah, gak lagi deh." ucapnya tersenyum lalu bangkit.
"Laper." sambungnya.
Lalu aku dan Dio menuju tempat jual bubur ayam langganan kami. Lelaki ini sangat rakus dalam hal makanan, bukti nya pagi ini dia sudah memakan dua mangkuk bubur ayam.
"Kalo makan tuh nafas, Yo." ucapku disela makan. Dio hanya mengangguk lalu melanjutkan santapannya.
Setelah selesai, dia mengajakku duduk sebentar di lapangan tersebut. Melihat lalu lalang orang yang menikmati hari minggu nya dengan berolahraga.
"Kamu janji gak gitu lagi?" tanyaku dengan melihat ke arahnya. Lelaki itu mengangguk pasti.
"Oh iya. Kamu masih ngerokok?" tanyaku penasaran.
"Iya masih, kalo aku lagi stress sama tugas. Tapi aku usahain engga kok."
Aku mengela nafas kasar. Kenapa laki-laki susah sekali di pisahkan dari yang namanya rokok? jujur saja aku tidak menyukai apabila laki-laki tersebut merokok. Aku tidak suka asapnya yang bisa menyebabkan penyakit untuk orang lain, bahkan untuk diri sendiri.
"Kamu masih nakal?" tanyaku lagi. dia mengangguk.
"Kalo aku gak nakal, guru gak bakal kenal aku." jawabnya santai.
" Berarti kamu dikenal karena nakal, Yo. Bukan karena prestasi."
"Kalo gak nakal, gak ada yang bisa di ceritain ke anak-anak aku nanti. Soalnya dunia itu keras, Kai. jangan terlalu fokus sama materi, nanti gila."
"Pintar di pelajaran doang, tapi gak pintar bersosialisasi. Ribet juga nanti nya." lanjutnya.
Kadang, dibalik sifatnya yang menyebalkan. Aku menyukai sifat nya yang selalu memberikanku nasihat dengan caranya sendiri. Aku sungguh mencintai laki-laki ini.
"FANDA!" Panggil Dio. Kak Fanda dan Fera pun menghampiri kami.
"Gak sama Ira, Yo? Tadi gue liat dia sendirian, noh di tukang mie ayam." ucap kak Fanda dengan duduk di sebelahku.
"Jangan bahas Ira." ucapnya lalu terdiam sebentar.
"Nanti ada yang cemburu."Lanjutnya seraya melirik ke arahku dengan tatapan jahilnya.
"Siapa yang gak cemburu, pacarnya deket sama cewek lain." jawabku ketus.
Dio terkekeh lalu mencubit tanganku gemas, hobby dia selain bermain bola adalah mencubit tanganku hingga merah.
"Tapi, Ira jelek kok Kai." ucap Fera dengan terkekeh.
"Gak usah bahas Ira - Ira lagi, bosen." jawabku.
"Ya udah, kita ngomong tentangmu masa depan kita nanti aja." ucap Dio tersenyum. Aku mencubit lengannya kesal.
Dari tempatku duduk, aku melihat Daffa dan Akmal sedang berlari menggunakan celana bola dan baju panjang yang digulung sampai siku.
"AKMAL, DAFFA!" teriakku.
Pemuda itu menoleh, lalu menghampiriku.
"Kak Fera udah punya pacar ya?" tanya akmal dengan nada kecewa.
"Padahal tadi nya gue mau ngedeketin lo." lanjutnya.
Kak Fanda melempar bekas air mineral kosong ke arah akmal.
"Gue cowoknya." ujarnya.
"Gue juga tau, cuma iseng doang biar cewek lo baper." ucap Akmal dengan terkekeh.
Tiba - tiba perempuan yang aku benci datang menghampiri kami. Dia langsung menempati posisi di sebelah Dio.
"Lo siapa?" tanya Fera. perempuan itu tertawa hambar.
"Gue? Pacarnya Dio" jawabnya santai dan spontan membuatku menatap Dio sinis.
Lucu sebenarnya mendengar dia mengaku sebagai kekasih Dio, padahal tanpa dia sadari semua yang ada di sini mengetahui kalau aku lah kekasih Dio.
"Mana mau Dio sama cewek gatel kayak lo." ucap Fera lagi. Perempuan itu menatap Fera sinis.
"Lo sirik ya gue pacaran sama Dio?"
"Eh mbak, nih gue kasih tau ya, Dio udah jadi pacar nya Kaila sejak berbulan-bulan lalu. Dan dengan pedenya lo ngaku kalo lo pacar nya Dio? Punya malu gak lo?" ucap Fera dengan nada kesal.
"Kalo emang bener Dio udah punya pacar dari berbulan-bulan lalu, dia mana mungkin mau terus nganterin gue kemana pun gue pergi." jawabnya.
"Eh Markonah, yang jalanin hubungan nya siapa? Harus banget diumbar kayak anak-anak alay gitu? kalo lo mau tau, Dio mau nemenin lo juga, karena lo yang maksa dia." balas Fera.
Ira melirik Fera sinis.
"Udah dibikin malu, lo tetep mau di sini? Punya malu gak sih lo?" kali ini Akmal yang berbicara.
"Mending lo balik sana, kerjain cucian di rumah udah pada numpuk. Jangan jadi perusak, kayak parasit aja lo!" lanjutnya.
Namun perempuan itu tetap tidak mau beranjak.
"Mau sampe kapan lo diem di sini? Sorry, kita gak level deket sama cewek kayak lo."
Lalu perempuan itu berdiri dan menghentakkan kakinya kesal setelah itu pergi.
"Ada aja manusia kayak gitu." ucapku dengan menggeleng.
"Untung kamu engga kayak gitu ya, Kai." ledek Dio kepadaku.
Setelah puas berolahraga, kami pun pulang. Aku pulang bersama Akmal, karena Dio akan pergi ke suatu tempat. Entalah di mana, dia tidak memberi tahu.
--------
HOLLLAAA!!!!
JANGAN LUPA TINGGALIN JEJAK YA GUYSSS!!!
THANK YOU AND SEE YOU❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Girl
Teen FictionNamanya Aghasa Bhimasema, biasa dipanggil Dio. Bingung kan? nama dengan nama panggilannya tidak nyambung sama sekali. Memang aneh, sama seperti orang nya. Ia anak paskibra yang tampan, menurutku. Aku, Kaila Sherly Sifabella atau bisa dipanggil Kai...