Sudah tiga hari ini aku jarang memainkan ponsel, karena banyak sekali tugas untuk kelulusanku. Mulai dari praktek dan tambahan nilai.
"Cepet-cepet lulus deh." keluhku.
"Nanti pas udah lulus malah pengen SMP lagi, anak jaman sekarang kan pada labil. Udah kayak anak remaja aja." balas Fera.
"Lo sama gue kan anak remaja. Oh iya lupa, lo kan nenek-nenek." Fera menjitak kepalaku.
"Dasar emak tiri!" ledekku lagi.
"Tadi kata lo nenek - nenek, sekarang emak tiri. Lo pikir badan gue ada berapa?"
"Ada dua, lo kan gendut" ledekku.
Fera melemparku dengan cokelat yang berbentuk bundar.
"Lagi dong, kalo dilempar cokelat mah gue nagih terus."
"Gue kasih kaos kaki nih!" ancamnya.
"Kaos kaki lo itu bau bangke, jadi jangan bikin gue jadi bau kayak kaos kaki lo deh!"
"Heran deh gue, banyak banget kalimat di otak lo." cibirnya.
"Jelaslah, gue kan pinter. Gak kayak lo, milih cowok aja salah."
Fera mengacak tasku dan mengambil buku diary punyaku tanpaku sadari, dan dia mulai seperti orang gila yang tertawa sendiri membaca tulisanku.
"Aku kangen dia, dia kemana ya." ujarnya.
Aku mengernyit. "Lo baca apaan?"
"Ya tuhan kenapa Akmal itu ganteng, tapi dia kulitnya hitam." lalu aku menyadari kalau yang Fera baca adalah buku diaryku. Aku segera merebutnya.
"Gak sopan!" ucapku.
"Akmal itu ganteng." ledek Fera.
"Diem lo macan!" jawabku.
"Kalau gue diem, gue gak bisa jailin lo." balasnya.
Tak lama Richard masuk seraya membawa makanan dan juga kentang goreng kesukaanku dan Fera.
"Yeay! Dibawain makanan kesukaan Kaila." ucapku senang dan mulai mengambil kentang goreng itu. Namun Fera dengan cepat merebutnya.
"Yang beliin pacar gue, jadi ini buat gue."
Aku menggoyang-goyangkan kaki Kak Richard. "Kak Richard, Fera nya pelit." aduku.
"Itu buat kalian berdua, kan ada empat bungkus. Masing-masing dua." jawab Richard.
"Kamu kok belain dia." cibir Fera.
"Bukan belain, kalau kamu kebanyakan makan nanti berat badan kamu naik. Kemaren aja udah 55 kilogram, mau jadi 60?" tanyanya.
Aku tersenyum puas lalu kembali merebut kentang goreng yang seharusnya jadi milikku. "Inget berat badan ya mbak." ledekku.
"Oh iya. Dio kemana? Kok gak bareng Kak Richard?" tanyaku.
"Katanya telat lima belas menit."
Aku lalu membuka ponsel dan membuka roomchat Dio, dan mulai mengetik sesuatu.
DIO AGHASA.
Kaila : Jangan pulang lama-lama.
Lima menit kemudian Dio membalas.
Dio : Iya ini aku mau pulang, kamu mau dibawain makanan?
Kaila : Gak usah. Kak Richard udah bawa kok.
Dio : Oke. Aku otw ya💚
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Girl
Ficțiune adolescențiNamanya Aghasa Bhimasema, biasa dipanggil Dio. Bingung kan? nama dengan nama panggilannya tidak nyambung sama sekali. Memang aneh, sama seperti orang nya. Ia anak paskibra yang tampan, menurutku. Aku, Kaila Sherly Sifabella atau bisa dipanggil Kai...