Flashback on
"Tadi dokter bilang kalau Dio kambuh lagi, pas lo pergi tiba-tiba Dio ngerasain sakit lagi dan dia tadi sempet kejang - kejang. Dokter sama perawat udah berusaha semampu mereka buat nyelamatin Dio, tapi Tuhan berkehendak lain. " ucap Richard menjelaskan.
"Lo yang tabah ya kai, mungkin Tuhan lebih sayang sama Dio." ujar Richard yang masih memelukku bersama dengan Fera.
'Maksudnya apa? Jangan bilang kalau..' batinku.
Dengan cepat aku melepaskan pelukan itu dan menuntut penjelasan kepada mereka. "Maksud lo apa kak?! Dio baik - baik aja kan? Dia gak kenapa napa kan?!" tanyaku panik dengan mata memerah.
Fera mengusap punggungku untuk menenangkanku. "Lo harus bisa nerima kenyataan Kai, Dio udah engga ada. Dia udah gak ngerasain sakit lagi sekarang." jawab Fera.
"Maksud lo apa?! Gak mungkin! Dio gak mungkin ninggalin gue." balasku hampir menjerit. Aku menerobos masuk ke dalam ruangan Dio.
Dia di sana, terbujur kaku dengan mata yang terpejam. Wajahnya sangat damai. Aku berjalan mendekatinya dengan menahan tangis, dokter dan perawat yang berada di sana beranjak keluar.
"Yo.." panggilku lirih seraya mengelus wajahnya yang pucat itu.
Aku mendengar semua keluargaku dan keluarga Dio sudah menangis terisak di sana. Namun aku tidak menghiraukannya. Pasti ini semua hanya permainan saja. Dio pasti hanya bercanda.
"Yo, kamu bangun dong. Jangan bercanda terus! Ini cuma sandiwara kan? Kamu udah berhasil bikin aku nangis Yo. Sekarang kamu bangun!" ucapku dengan air mata yang sudah mengalir deras di kedua pipiku. Aku menggoyangkan lengan Dio dengan tangan bergetar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Girl
Teen FictionNamanya Aghasa Bhimasema, biasa dipanggil Dio. Bingung kan? nama dengan nama panggilannya tidak nyambung sama sekali. Memang aneh, sama seperti orang nya. Ia anak paskibra yang tampan, menurutku. Aku, Kaila Sherly Sifabella atau bisa dipanggil Kai...