39B. Sadar

1.6K 82 1
                                    

Sudah seminggu Dio koma, dan sudah seminggu juga aku berangkat sekolah diantar oleh Ayahku.

"Dio hari ini sadar. Percaya sama gue." aku menghela napas. Setiap jam, setiap menit, setiap saat Richard selalu berbicara seperti itu.

"Anak orang bosen denger lo ngomong gitu terus." balas Agim seraya menoyor kepala Richard.

Aku tak mempedulikan Agim dan Richard yang beradu mulut. Aku mendengar petikan gitar yang dimainkan Agim, dan suara Fera yang menyanyikan lagu.

Pernah berpikir tuk pergi
Dan terlintas tinggalkan kau sendiri
Sempat ingin sudahi sampai di sini
Coba lari dari kenyataan

Tapi ku tak bisa
Jauh ...
Jauh darimu
Ku tak bisa
Jauh ...
Jauh darimu

Lalu mau apa lagi
Kalau kita sudah gak saling mengerti
Sampai kapan bertahan seperti ini
Dua hati bercampur emosi

Tapi ku tak bisa
Jauh ...
Jauh darimu
Ku tak bisa
Jauh ...
Jauh darimu

"Suara lo jelek."

Deg

Semua melihat ke arah sumber suara. Suara yang aku rindukan selama tiga hari kembali terdengar. Aku menghampirinya yang tengah tersenyum ke arahku. Richard yang melihat itu pun segera memanggil dokter untuk memeriksa keadaan Dio.

"Hai, aku kangen." dia memegang tanganku dengan tersenyum. Aku membalas senyumnya.

"Aku takut." gumamku.

"Aku ada di sini Kaila, sama kamu. Gak usah takut sayang." jawabnya dengan menatapku dalam.

"Iya sayang aku gapapa kok, sayang aku kangen." cibir Agim yang merasa diabaikan, pasalnya semua berpasangan sedangkan dia sendiri.

"Kirain pas nanti gue udah sadar, lo udah punya pacar Gim." Dio beralih menatap Agim yang memeluk gitar layaknya memeluk seseorang.

"Ya allah anak Mamah udah sadar." semua terkekeh mendengar kalimat tersebut. Ibu Dio menghampiri Dio dengan tersenyum haru melihat anaknya yang sudah sadar itu. Bersamaan dengan dokter yang masuk untuk memeriksa keadaan Dio. Dokter itu mengatakan jika keadaan Dio sudah mulai membaik.

"Anak Mamah." ledek Richard. Dio menatap sinis ke arah Richard sedangkan pemuda itu semakin tertawa keras.

"Makanya jadi orang jangan sok jagoan. Kerjaannya berantem terus, kena imbas kan lo. Untung lo adik gue!" ucap Nina. Nina masuk seraya menggendong Aghasa yang tertidur.

"Mampus lo ada A Reza." lanjutnya dengan tertawa sinis.

Semua menatap ngeri ke arah pintu ruangan Dio yang akan dimasuki oleh seseorang. Tak lama masuklah orang yang dimaksud, dengan memakai topi putih, celana selutut dan kaos hitam.

"Masih temenan sama Dio aja lo Chard, gak bosen dari SD bareng dia mulu?" tanya Nina. Richard hanya terkekeh kecil mendengarnya

"Udah beres kuliah A?" tanya Dio. Reza menghampiri Dio, sedangkan Dio sudah keringat dingin ketika melihat orang yang paling dia takuti selain ayahnya itu datang.

"Berapa jaitan lo?" tanya Reza dingin.

"Sepuluh." jawab Dio pelan. Reza tertawa hambar mendengarnya.

"Kenapa gak lebih? Pake senjata apa lo pas tawuran tiga hari yang lalu?" tanyanya lagi.

"Gue gak tawuran A." jawab Dio cepat.

"Semoga Ghasa gak kayak kakaknya yang liar ini!" Reza menjuk Dio tepat di depan wajahnya. Dio mulai tersulut emosi mendengarnya.

"Iya semoga! Semoga Ghasa gak kaya gue yang liar, gak tahu diri, kerjaannya berantem, malu-maluin, gak beretika!" Aku terkejut mendengar nada bicara Dio yang meninggi. Aku lebih memilih diam, duduk di sebelah Fera seraya memegang tangannya erat.

"Eh lo, gak malu punya pacar kayak Dio?" tanya Reza beralih menatapku, jujur aku takut menjawab.

Aku menggeleng pelan. "Sama sekali gak malu, malah beruntung." jawabku dengan nada takut.

"Lo boleh nakal Yo, tapi gak gini juga! Bisanya cuma bikin khawatir orang lain." ucap Reza sinis seraya keluar ruangan.

"A Reza emang gak pernah sayang sama Dio! A Reza lebih sayang sama kak Nina sama Ghasa. Sedangkan Dio? Selalu dianggap sampah yang gak berguna!" Dio berbicara dengan nada tinggi.

Sungguh, ingin sekali aku pergi keluar tapi sulit sekali kaki ini untuk bergerak. Aku sangat tidak menyukai keadaan yang seperti ini.

"Setiap orang nunjukin rasa sayang itu beda-beda A. Mungkin A Reza ngomong kayak gitu karena khawatir sama kamu." Ibu Dio menenangkan anaknya, takut jika apa - apa karena kondisi Dio yang belum stabil.

"Kasian tuh Kaila lo jutekin." goda Nina seraya menidurkan Ghasa di sofa. Semua pasang mata melihat ke arahku.

"Maafin aku Kai, kalau aku udah bikin kamu khawatir." ucapnya dengan mengubah posisinya menjadi duduk yang dibantu oleh Agim.

"Aku udah pasti khawatir sama keadaan kamu Yo, A Reza marah ke kamu pasti kamu ada salah. Gak bakal ada asap kalau gak ada api." jawabku. Fera memandangku takjub, mungkin dia heran mengapa aku bisa sebijak ini.

"A Iyo." semua pasang mata menuju kepada Ghasa yang berjalan ke arah ranjang Dio.

"Aduh jagoan Aa." jawab Dio. Aku menggendong Ghasa lalu menurunkan nya diranjang Dio.

Ghasa memukul gemas tangan Dio yang dibalut perban. "Aw, tangan Aa sakit Ghasa." ringis Dio. Ghasa tertawa, semua pun ikut tertawa melihat Ghasa yang tertawa setelah memukul lengan Dio.

"Kamu udah makan Kai?" tanya Dio, aku mengangguk.

"Bohong."

"Udah Dio, tadi aku dipaksa sama Kak Richard."

"Bagus Cat." ucap Dio seraya mengacungkan jempolnya. Aku mendengus kesal.

"Kai, aku masih ganteng gak?" Aku hanya mengganguk, tidak bersuara.

"Kamu gak laper?" Tanyaku balik.

"Udah kenyang liat kamu." jawabnya dengan tampang jahil. Aku lalu duduk di samping Fera yang sedang bercanda dengan Richard.

"Kai, sini aja. Kita juga bisa pacaran, buru sini." aku kembali bangkit mengahampiri Dio.

"Kai temenin gue sini, lo yang nyanyi gue main gitar." Kini Agim yang berbicara. Dio melemparkan buah pisang dari nakas ke arah Agim.

"Enak aja cewek gue mau lo pinjem, buat nyanyi lagi. Suara nyanyi Kaila cuma buat gue!" amuk Dio.

"Lagian Kaila gak bisa nyanyi." ucapku dengan ekspresi datar, yang membuat semua tertawa.

"Kamu gak pulang? Udah sore juga. Gim, anter Kaila pulang." suruh Dio

"Gak mau!" jawabku.

"Pulang! Udah sore!" titah Dio yang tak dapat dibantah lagi.

Aku akhirnya menuruti keinginan Dio. "Awas lo modusin cewek gue. Gue tampol pala lo!" Agim hanya menjawab dengan deheman.

--------
HALLOOO!!
JANGAN LUPA TINGGALIN JEJAK KALIAN YA GUYSSS!!
TANPA KALIAN AKU BUKAN APA APA HEHE.
MAKASIH, BUBAY!❤️

Cold Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang