27. Dasar Macan!

1.5K 73 6
                                    

Kali ini Dio terlambat menjemputku, dia datang ke rumahku pukul setengah tujuh. Untung saja sekolahku dan sekolah Dio tidak terlalu jauh.

"Kai, tumben lo telat?" tiba-tiba saja Dika sudah berada di sekolah.

"Iya tadi Dio telat jemput, dia kesiangan." jawabku lalu berjalan menuju gerbang sekolah, namun tanganku ditahan oleh Dika.

"Lo mau masuk? Ini udah jam setengah delapan Kai, mau disuruh nyiramin tanaman yang banyaknya naudzubillah?" ucap Dika. Aku menggeleng.

Lalu Dika menuntunku menuju jalan rahasia di samping sekolah, terdapat pintu kecil yang untungnya tidak dikunci oleh penjaga sekolahku. Aku dan Dika pun masuk lewat pintu tersebut, dan ternyata itu potongan jalan menuju gudang sekolah.

Setelah sudah sampai di tangga yang akan menuju kelas kami, Pak Ujang melihat kami.

"Hey, kalian telat ya?" tanya Pak Ujang yang terkenal dengan kepala botak dan juga kumisnya.

"Sok tau nih bapak, saya abis nganterin novel yang abis saya pinjem tadi di kelas 8C pak." jawabku.

"Kalo saya tadi mules pak, jadi ke kamar mandi dulu." jawab Dika.

"Yaudah sana masuk kelas."

Kami pun menaiki tangga dan menuju kelas. Kelas aku dan Dika hanya di batasi tiga kelas.

"Lo telat Kai?" Tanya Lulu ketika aku sudah diperbolehkan duduk setelah menjawab pertanyaan dari guru yang ada di dalam kelasku.

"Pake nanya lagi." jawabku, lalu dibalas kekehan oleh Lulu.

Aku mulai mengikuti pelajaran yang terlewat tiga puluh menit.

-------

"Gimana tadi? Kamu kena hukuman?" tanya Dio ketika sedang berada diperjalanan menuju ke rumah.

"Aku lewat pintu rahasia di samping sekolah, jadi gak ketauan. Kalo kamu gimana?" tanyaku balik.

"Iya aku dihukum lari lapangan lima kali, tapi pas diputaran ketiga aku pura-pura pingsan, biar dibawa ke UKS terus dapet makan sama minum. Telat juga ada untungnya kan." jawab Dio seraya terkekeh.

"Oh iya, kata Fera kamu mau pindah ke sekolah dia?" tanyaku.

"Besok aku pindah. Aku diterima di sana, soalnya ada om aku." jawabnya.

"Tadi ada yang godain aku Kai, kakak kelas." ucapnya.

"Ira?" tebakku.

"Salah. Ada tiga orang,  terus tadi aku suruh mereka beliin aku makanan di kantin. Terus yang satu lagi aku suruh kerjain soal matematika aku."

"Abis itu, aku kumpulin mereka bertiga di meja aku. Terus aku bilang..." ucapnya menggantung.

"Bilang apa?" tanyaku penasaran.

"Jangan deketin gue. Gue udah pacar, pacar gue itu penyabar. Dan takutnya pacar gue udah kehabisan kesabarannya dan mutusin gue, lo semua yang kena imbasnya, jadi mulai detik ini kalian jauhin gue apa mau kena imbasnya duluan dari gue?" jawabnya.

Aku tertawa puas, ternyata kekasihku ini memang pintar mengancam.

"Aku punya tameng buat menghalau cewek-cewek alay yang deketin aku."

"Apa?" tanyaku.

"Tameng aku itu perasaan kamu, karena kamu  juga punya hati. Kalo misalnya aku deket sama perempuan lain, terus kamu juga jadi berani buat deket sama laki-laki lain, percuma kalo aku dulu perjuangin kamu kalo ujung - ujungnya nyakitin kan?" jelasnya panjang lebar.

Cold Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang